Hari minggu kali ini dipenuhi dengan bunga.
Hati, rumah, beranda..... semuanya berbunga."Jadi kau tidak ingat saat ku tanya sandi apartemenmu?"
Aku menggeleng dengan cepat.
"Tapi kau ingat kalau aku menelfonmu?"
Aku memasang pose berfikir sebelum mengangguk kemudian.
"Maaf, aku tertidur."Tobirama-sensei menghendikan bahu lalu kembali berkutan dengan sesuatu yang ia bawa saat menuju kesini.
"Jadi tadinya kau akan mengajakku menyelesaikan pekerjaan semalam?"
Tanyaku sambil turut membantunya."Ha. Tapi mendengar suaramu yang aneh, aku yang sudah di jalan jadi mampir ke sini."
Aku mengerutkan dahi. "Memangnya kau menelfonku jam berapa, sensei?"
"Tepat jam 6 pagi." Jawaban yang membuatku langsung mengecek layar ponsel.
Tersentak dan sedikit tidak yakin dengan yang terpampang disana."Kau bangun tepat jam 10 pagi dan aku menunggu sekitar 3,5 jam dalam kondisi basah kuyup." Lalu dia menggumam dengan sedikit kesal. "Kenapa parkirannya jauh sekali sih?!"
Aku membuang muka, menggaruk pipi dengan pelan, 'Apartemen ini memang tidak memiliki basement, jadi kalau ada kendaraan harus parkir di ruang terbuka.'
"Tapi kau sudah siap sedia dengan hakama itu, sensei." Tunjuk ku pada pakaian yang ia kenakan.
"Aku membawa hanya untuk berjaga-jaga. Kampus kita juga kan tidak ada basement untuk parkir."
Aku mengangguk pelan tanda menyetujui ucapan.
"Hah... akhirnya selesai!" Dia berseru dengan senang yang ku ikuti dengan mengangkat kedua tangan.
"Hore! Aku juga selesai!!!" Aku bersorak gembira.
"Kerja bagus!" Dia mengulurkan tangan dan mengacak surai milikku.
"Oh- rambutmu sangat halus sekali, [ name ].""Benarkah?" Rasanya aku mendapat poin tambahan hari ini. Apalagi saat sensei mengangguk.
"Bolehkah aku pergi ke beranda?" Pertanyaan yang langsung ku angguki dengan cepat.
"Kau juga sebaiknya ikut. Angin segar akan membuat otak kita kembali segar." Ucapnya saat bangkit dari tempat duduk.Aku mengekor untuk mengikutinya menuju beranda.
"Ah... sejuknyaaa..." Dia merebahkan diri dan aku duduk bersila.
"Perlu ku ambilkan bantal, sensei?"
"Hm? Tidak usah. Aku lebih suka begini." Jedaannya membuatku kembali menatap ke depan.
"Kalau kau membawakanku bantal, yang ada kau akan ku jadikan guling."Dengan cepat ku tolehkan wajah ke samping. Pria yang merebahkan diri itu sedang memainkan rambutku yang terurai.
Matanya tengah mengamati tiap helai rambut seolah ada sesuatu yang menarik disana.
Ku tarik wajahku dan kembali menatap ke depan. Mengatur nafas agar jantungku berdegup dengan normal.
'Apakah hanya aku yang terlalu baper? Atau pria ini yang sedang menggoda, eh?!'
Bibirku membentuk vokal dengan helaan nafas yang keluar dari sana.
"Jadi kenapa kau menangis semalaman sampai tidak sadar kalau pagi menjelang?"
Aku menatap awan yang berjejer diatas sana. "Entahlah..."
Sedikit mendongak untuk menatap awan lain. "Mungkin karena aku kesal dengan mantan kekasih (?)"Gerakan pada rambutku sempat terhenti sepersekian detik.
"Kau memutuskannya?" Pertanyaan itu berasal dari Tobirama-sensei.
Aku menggeleng. "Dia yang memutuskanku."
"Kenapa? Seharusnya kau yang memutuskan pria brengsek itu." Rambutku kembali dimainkan olehnya.
"Aku bertanya-tanya, apakah orang lain juga akan beranggapan rendah tentangku?"
Selain menghentikan gerakan pada rambutku, Tobirama-sensei mengubah posisi menjadi duduk yang kedua lengannya menyangga lurus ke belakang.
"Apa dia merendahkanmu?"Aku menoleh dan mengangguk singkat.
"Aku yang tidak pernah mau diajaknya berhubungan intim, dituduh berselingkuh dengan sensei."Pria disampingku ini tersentak dengan sangat ketara. "Denganku?"
Aku tersenyum masam, "Dengan sangat kecewa dan berat hati ku katakan begitu adanya sensei."
Yang terjadi kemudian, Tobirama-sensei justru terkekeh.
Selucu itukah?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
Fanfiction[ name ] ingin meninggalkan kekasihnya. Tapi dia justru menjadi pihak yang ditinggalkan. "Inginnya berpaling pada Tobirama-sensei... tapi apalah daya, cintanya pada sang tunangan begitu besar." *** Design cover by KSeira Art by Pinterest Character b...