Mataku tak bisa terpejam.
Udara panas seolah menambah derita malam yang membuat cairan ditubuhku keluar.
Tak cukup dengan air mata, kini keringat membanjiri sekujur tubuh.Tuhan, dosa apakah yang ku lakukan padamu?
Tidakkah dia melihat kebaikanku walau hanya secuil?
Dia yang berkhianat, kenapa aku yang disalahkan?
Haruskah aku benar-benar berkhianat padanya?
Mungkin aku tidak akan sesakit ini jika begitu adanya...
"Sepertinya minggu ini aku tidak akan beranjak dari kasur." Begitulah penerawangan ku malam itu.
Malam dimana ku habiskan hanya dengan menangis dibalik bantal. Melampiaskan segala amarah yang terpendam.
Seperti orang bodoh yang tak tentu arah, tangisku akan membuat hatiku mengeras. Begitulah yang ku kira sebelum akhirnya ponselku bergetar.
Ku sugar rambut ke belakang saat nama Tobirama-sensei muncul disana.
"Ya, sensei..." Aku tersentak dengan suaraku sendiri.
"Hei, apa kau sakit?" Suaranya terdengar sangat khawatir.
Ah... jadi begini rasanya dikhawatirkan...
"Mataku tidak mau terpejam. Dan sekarang suaraku seperti mau hilang." Benar, suaraku serak dan tenggorokanku kering.
"Apa kau sakit?"
"Entahlah... aku tidak merasakan apapun." Itu karena diriku yang masih kesal dan sakit hati dengan ucapan Jiraiya.
"Siapa teman dekat yang bisa kau mintai tolong?"
Aku sempat terdiam, menerawang satu persatu sosok yang mungkin bisa masuk dalam kategori teman.
Memilah dengan acak hingga sel otak dalam tengkorak ini berdenyut nyeri."Ah... maaf sensei, sepertinya aku tidak memiliki teman yang seperti itu."
Mendengar suara Tobirama-sensei seperti sedang mendengar dongeng sebuah cerita penghantar tidur. Mataku mulai dilanda kantuk yang sangat hebat. Aku bahkan sudah tidak sadar dengan percakapan yang kami lakukan.
Dan aku....
Tertidur pulas.
.
.
.
.
.
"[ Name ] ..... aku tau ini menyedihkan. Tapi bisakah kau memberiku satu kesempatan lagi?"
Pria bodoh yang kini membawa es potong ditangan kanan sedang berdiri dengan wajah yang merona.
"Kalau sakit, sebaiknya ke UKS. Jangan menemuiku karena aku bukan petugas PMR." Ucapku dengan sarkas yang justru membuat pria didepanku tersenyum lebar.
"Aku suka dengan sifatmu yang satu ini. Selalu jujur dan apa adanya."
Aku mendongak, menatapnya dengan datar.
"Aku juga suka tatapanmu yang seperti ini, kau sangat imut, [ name ]"
Demi planetnya Ras Amanto , tolong singkirkan pria dihadapanku ini.
"Aku benar-benar suka padamu, [ name ] !"
Aku hanya bisa menghela nafas.
"Kau, pria bodoh yang memiliki banyak kekasih itu, kan? Untuk apa kau mendekatiku? Mau menjadikanku salah satu koleksimu? Berhentilah bermimpi karena aku tidak berminat sama sekali." Kakiku melangkah pergi, namun dengan cepat dia kembali berdiri di hadapanku."Ku mohon, beri aku satu kesempatan lagi... apapun akan ku lakukan demi dirimu, [ name ] !"
Helaan nafas kembali meluncur dari kedua bibir. Kepalaku mulai dilanda nyeri karena berbicara dengan pria ini.
Apalagi dia tipe yang jika tidak diberi jawaban memuaskan, maka mulutnya tidak akan berhenti sampai aku berucap IYA.'Mendokusai...' Aku menghela nafas.
"Kalau begitu putuskan semua kekasihmu dan bertobatlah seperti seorang pertapa!"Pria yang rambutnya tergerai itu tersenyum lebar. "Baiklah!"
Aku tertegun untuk pertama kalinya.
Wajah bodohnya ternyata bisa tampak lumayan jika dirinya tersenyum seperti ini.Oh- apa mungkin retinaku yang sudah rusak (?)
Ah, tidak... sepertinya ini bukan yang pertama aku melihat Jiraiya dengan wajah seperti itu.
Mataku terbuka, mengerjap dengan bodoh sambil memahami situasi yang terjadi.
Dahiku berkerut dalam dengan pandangan fokus kedepan.
"Ah... ternyata hanya mimpi masalalu." Aku beranjak bangun dan mengusap wajah.Berjalan dengan santai menuju kamar mandi sambil melewati ruang tamu dan dapur yang bersebrangan.
"Oh, kau sudah bangun?"
Langkahku terhenti, mataku melebar, tubuh ini kaku seketika saat telingaku mendengar suara seorang pria yang berada di dalam area apartemenku.
'Siapa?'
Aku menelan saliva yang rasanya seperti bongkahan batu, begitu keras dan menyakitkan. Jantungku berpacu dengan sangat cepat bagai di arena balap saat mendengar langkah mendekat dari belakang tubuh.
'Tidak-tidak! Ku mohon.... siapapun tolong aku!!!' Bibirku terbuka namun suaraku tercekat dan tak mau keluar.
Aku berusaha bernafas dan mengumpulkan kekuatan.
DARE GAAAAAAAA !!!!!! TASUKETEEEEE!!!!!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
Fanfiction[ name ] ingin meninggalkan kekasihnya. Tapi dia justru menjadi pihak yang ditinggalkan. "Inginnya berpaling pada Tobirama-sensei... tapi apalah daya, cintanya pada sang tunangan begitu besar." *** Design cover by KSeira Art by Pinterest Character b...