Bagian 18

139 17 0
                                    

Kakiku melangkah menyusuri jalanan yang dipenuhi pedagang tanaman.
Harum semerbak bunga mulai hinggap dihidung kala melewati sebuah toko bunga.

Aku hanya melirik singkat pada lambaian lili, tulip dan mawar yang berjejer rapih di depan toko.

Langkahku tak henti karena sosok disamping kanan terus menggandengku dengan erat.

"Aku harus mendapatkan bonsai itu!"

Mito, tiba-tiba menariku pergi ke sebuah festival tanaman hias yang hanya berlangsung 1 hari dalam 1 tahun.
Langkahnya melebar yang juga ku ikuti seirama. Menghentak kencang sebuah pedistrian sampai kami tiba disebuah stand lumayan besar dan masuk kedalamnya.

Kepala Mito menoleh, seperti tengah menyisir tiap bagian dalam stand sampai akhirnya dia menujuk bagian yang ada ditengah-tengah sebuah kaca.

"Itu dia!!!"

Gandengan kami terlepas, dia berlari menuju sebuah tanaman bonsai yang dikerubuti oleh 2 orang pria.

Aku tak terlalu minat dengan bonsai, aku hanya minat dengan bunga-bunga hidup yang menawarkan keindahan dan wewangian.

Suara gaduh terdengar, aku menolehkan kepala dan memicingkan mata melihat Mito sedang bersitegang dengan seorang pria bersurai hitam kecoklatan yang rambut panjangnya tergerai.

"Jelas-jelas aku dulu yang menemukannya!"

"Tidak! Aku yang lebih dulu melihatnya."

Kepalaku tergerak dengan mata terfokus pada si pria yang membuatku penasaran.

Sepertinya aku kenal....

"Ano.... sumimasen..." Aku melerai keduanya dengan halus.

"[ name ] ! Jelas-jelas aku yang melihatnya lebih dulu!" Begitulah yang diucapkan Mito.

Tapi tidak dengan si pria yang kini melebarkan mata. "Adik ipar?!"

Mata Mito mengerjap dengan bodoh. "Adik ipar?"

Kepalanya menoleh ke arahku dan pria dihadapannya secara bergantian

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya pria itu lagi.

Aku tersenyum canggung.
"Temanku datang dari kota M untuk mencari bonsai. Dia bilang salah satu syarat kelulusan adalah dengan mendapatkan bonsai legendaris itu."

Pria yang ternyata Hashirama-san ini lalu menatap lekat ke arah Mito.

"A-apa!" Membuat wajah dari gadis bersurai merah ini bersemu.

Hashirama-san lalu melipat kedua tangan didepan dada. "Karena kau teman adik iparku,  silahkan saja kau ambil."

"Tunggu!" Mito mengangkat kedua telapak tangannya ke depan.
"Kenapa sedari tadi kau memanggilnya adik ipar? Apa kau menikah dengan kakaknya [ name ] ? Tapi [ name ] kan anak pertama dan satu-satunya." Lanjutnya.

"Adikku yang jangkung dan tampan akan menikah dengan [ name ]. Jadi dia ini akan menjadi adik iparku."

Ucapan Hashirama-san membuat Mito berbisik penuh penekanan padaku. "Bukankah kau berkencan dengan Tobi-sensei, kenapa kau malah menikah dengan adik om-om ini?!"

Aku menggaruk pipi, "Ah.... itu karena adik om-om ini adalah Tobirama-sensei."

"Om, kau seharusnya mengalah pada anak muda seperti dia." Suara rendah yang berasal dari belakang tubuh membuatku mendongak.

CUP!

Sebuah kecupan singkat mendarat di dahi.

"Kyaaaaa!!!!" Mito berteriak histeris, sedangkan Hashirama-san tengah menutup kedua telinga.

Ah... seperti dejavu.

"Kau tidak boleh mengerjai temanku, sensei." Ucapku sambil mengusap dahi dengan wajah yang ku buat sedatar mungkin.

"Yo, gaki. Ayo kita makan. Biarkan bonsai itu dibayar oleh om-om itu untukmu." Tunjuk sensei pada kakaknya.

Aku menatap Mito dan Hashirama-san bergantian. Lalu menarik sahabatku dan mengikuti sensei yang kini menggenggam lengan kanan milikku.

Meninggalkan Hashirama yang kini tengah membayar bonsai untuk Mito seperti kata Tobirama-sensei.

***

Hashirama: "Tidak apa-apa, aku masih punya bonsai lain dirumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hashirama: "Tidak apa-apa, aku masih punya bonsai lain dirumah.... anak-anaku, tumbuh sehat ya kalian 💖 "

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang