Bagian 5

130 20 0
                                    

Pria dengan surai putih panjang sedang bersandar pada pintu apartemen milik ku.
Tangannya dilipat didepan dada. Wajahnya mengisyaratkan kekesalan yang mendalam.

"Kau pergi tanpa memberitahu ku?"
Pertanyaan pertama yang meluncur dari kedua bibirnya. Seolah mengubur ribuan chat dan panggilan tak terjawab yang ku tujukan padanya.

Dua minggu, 3 hari aku diabaikan.
Dia menghilang bagai ditelan bumi. Hanya bayang-bayang dan sayup kabar miring saja yang hinggap ditelinga, membuat kepala dan hati ini semakin membeku.

"Bermainlah dengan wanita sesukamu, maka aku juga akan bermain sesuka hati." Alih-alih menanyakan kabar, aku justru tersulut emosi yang susah payah ku kubur selama 5 tahun terakhir.

Kedatangannya seperti sulutan api pada tabung gas. Sepertinya aku akan meledak, bagai balon yang ditiup tanpa henti, seperti gelas kaca yang ditimpa balok besi ratusan kilo.

"Jadi selama ini kau bermain-main dengan pria lain?"

Aku menatap tepat kearah bola matanya. "Itu yang kau tanyakan setelah menghilang tanpa kabar?" Kaki ku melangkah maju.
"Aku ini kekasih, atau orang lain bagimu?"

Pupil matanya membesar, dia tersentak dengan gadis yang 5 tahun ini ia pacari. Yang hanya akan diam melihat dirinya bertemu wanita lain. Yang akan mengalah jika berdebat dengan pria yang hobi membaca majalah dewasa.

"Oh, apa kau bosan karena aku tidak bisa kau tiduri seperti wanita lain?" Mulutku mulai menyuarakan aspirasi.
"Kalau begitu kita akhiri saja hubungan yang seperti toxic ini. Dengan begitu, kau bisa berkencan dengan siapapun sesuka hati."

"Kau....." Mata Jiraiya memicing tajam.
"Apa karena kau sudah menghabiskan malam mu dengan Tobirama-sensei makanya meminta putus dariku?"

Bola mataku melebar.
Aku sudah sering mendengar gosip Jiraiya menghabiskan malam panjang dengan beberapa wanita. Bahkan aku terap diam saat melihat chat penuh hal vulgar antara dirinya dengan wanita lain.
Selama ini otak ku tetap dingin tak tersulut satu emosi pun saat membahas kebrengsekan Jiraiya.

Tapi apa katanya?!

"Jadi benar, kau berselingkuh dengan Tobirama-sensei." Matanya memicing tajam. Sedang mengintimidasi diriku yang lemah ini.

Tidak, aku mungkin bisa menerima semua sikap Jiraiya. Karena dia tetap menghormatiku yang selalu menolak ajakan berhubungan intim.

Tapi sekarang, dengan kata-kata yang bagai menyayat hati itu dia tujukan untuk ku?
Kepadaku yang selama ini sudah bersabar menahan diri..?

"Baiklah. Kita putus!" Jiraiya melenggang pergi.

Sampai akhir aku tidak bisa membalas perkataannya. Bahkan untuk sekedar menyanggahpun tak bisa.
Lidahku kelu dengan tudingan tak berdasar yang ia layangkan untukku.

"Serendah itukah aku dimatamu...." Genangan air memenuhi kelopak mata, tak mampu dibedung bagai air bah yang membanjiri kedua pipiku.

"Jiraiya bodoh! Bodoh! Bodoh!" Bahuku bergetar dengan mulut yang terus mengumpat.

"Dasar pria bodoh!!!!" Berakhir menangkup wajah dengan kedua tangan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang