Bagian 17

136 26 0
                                    

Apa kalian pernah memikirkan soal ending cerita hidup yang dijalani?

Meski tidak sedalam ketika memikirkan nilai semester dan kelulusan, tapi akhir-akhir ini topik yang seperti itu muncul dengan tiba-tiba.

Datangnya tidak ditentukan dan perginya pun membawa angan.

Kira-kira bagaimana endingku dengan Tobirama-sensei?

Apakah kami akan bahagia?

Tidakkah dia akan seperti Jiraiya?

Atau justru aku yang tergoda pria lain yang lebih muda dari sensei?

Sekelumit pertanyaan tanpa akhir yang membuat kepala berdenyut nyeri ini berputar di otak. Menguras tiga perempat energi yang membuatku kelelahan.

"Kalau kau duduk disitu, yang ada kau akan jadi ikan buntal."

Kepalaku mendongak, mendapati seorang gadis bersurai merah. Merupakan satu-satunya teman yang bisa dikategorikan dekat dan bisa dimintai tolong kapan saja.

Tapi saat Tobirama-sensei menanyaiku adakah teman yang bisa dimintai tolong, aku tidak akan menjawab dirinya.

Karena apa?

Dia, si gadis berambut merah yang ia cepol dua disisi kanan dan kiri, sedang menempuh pendidikan ditempat yang sangat jauh. Bahkan dia harus menempuh waktu 5 jam untuk sampai di temptku.

"Mau pasta?"

Dia menawariku makanan yang sedang ia pegang.

Mengingatkanku pada lamaran Tobirama-sensei.

"Ne, Mito. Apa di kampusmu ada sensei yang tampan?"

Dia menyipitkan mata sambil memasukan pasta ke dalam mulut.
"Ada. Tapi sudah menikah." Jawabnya sambil mengunyah.

"Berapa umurnya?"

Dia kembali memasang pose berfikir, "37?" Sedikit tidak yakin.

Aku mengerjapkan mata sembari menelaah ucapannya. Ah tunggu... jadi sensei tampan yang Mito maksud itu lebih tua dari Tobirama-sensei???

"Kenapa dengan muka bodohmu itu?" Seloroh Mito sambil mengunyah pasta.

"Ti-tidak... apa 37 tahun itu tidak terlalu tu....a?" Ucapku dengan ragu.

Dia menghela nafas dengan singkat. "Hanya berjarak 15 tahun dengan kita."

Hanya?

Bagi Mito 15 tahun itu sebuah hanya????????

"Ne, bagaimana menurutmu kalau bertemu dengan pria tampan tapi jarak usianya 10 tahun lebih tua dangan kita?" Tanyaku dangan ragu.

"Bagus, dong. Tapi aku lebih suka yang lebih tua sedikit, apalagi kalau orangnya humoris, pasti akan membuat kita awet muda."

Awet muda ya?

Aku menyangga dagu. Sedikit ragu namum ada kelegaan juga saat sahabatku ini tidak mempermasalahkan soal umur pasangan.

"Oh ya, apa kau tidak ada jadwal kencan dengan jiraya?"

Kepalaku langsung menoleh. "Kami sudah putus."

Pasta dalam mulut Mito hampir tersembur keluar. Untuk saja dia dengan sigap menutup mulutnya sendiri.
"Akhirnya kau sadar juga, [ name ]."

"Apa maksudmu?"

"Kau memutuskannya kan?"

Aku menggeleng. "Jiraiya yang memutuskanku?"

"Wah.." Dia meletakan piring yang masih berisi pasta diatas pangkuan.
"Apa dia kesal denganmu yang seperti pertapa ini?" Ia menjeda.
"Syukurlah... dia sadar kalau kau ini gadis baik-baik yang tidak bisa dinodai olehnya."

"Ucapanmu berlebihan."

"Memang benar, kan.... memutuskanmu dengan  alasan apa lagi kalau bukan itu?" Mito kembali memasukan pasta ke dalam mulut.

"Dia menuduhku berselingkuh."

Mito terbatuk. Memukul-mukul dadanya karena tersedak pasta.

Harusnya kau semburkan saja pastanya, sobat.

Aku memberikan air yang langsung ditenggaknya hingga tandas.

"Hah! Apa katanya? Memangnya dengan siapa kau dituduh berselingkuh?!" Ucapnya dengan suara melengking.

"Dengan salah satu dosenku dikampus."

"Yang mana?"

"Yang tampan. Dosen yang pernah ku ceritakan padamu."

"Oh- Tobirama-sensei?"
Aku menganggukinya.

"Wah gila! Jiraiya benar-benar gila! Kau dituduh berselingkuh dengan dosen killer macam Tobirama-sensei. Apa matanya rabun, eh?"

Aku mengerutkan dahi.

"Pria seperti Tobi-sensei itu pasti menyukai wanita yang memiliki oppai besar. Kita ini tidak akan masuk dalam listnya, [ name ]."

"Begitukah?" Ucapku dengan tampang polos.

"Lalu, sekarang kau bagaimana?"

"Aku dan dosen yang kau bilang penyuka oppai  besar itu... berpacaran."

"Haaaaahhhh!!!!!"

Untung saja pasta sudah habis. Jadi tidak ada semburan ataupun sedakan.

"Jadi kau benar-benar berselingkuh?!"

Yang ada hanya cipratan bumbu pasta dari garpu yang Mito gerak-gerakan ke arahku.

"Aku tidak berselingkuh dan kami baru jadian belum lama." Aku menjeda.
"Atau mungkin belum jadian ya?"

Mito berkacak pinggang. "Kau gimana sih?"

"Pokoknya Tobirama-sensei sudah melamarku saat kami belum mengatakan komitmen apapun soal pacaran."

PRANG!!!

Aku harus membeli piring baru nih...

***

Mito : "Temanku yang seperti budha itu dilamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mito : "Temanku yang seperti budha itu dilamar.... aku kapan?"

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang