Bagian 11

119 19 1
                                    

Aku turun dengan dress floral, berharap hati yang sedang galau ini sedikit berbunga karena efeknya.

Tapi, pria yang bersandar pada mobil dengan balutan hitam itu menyuruhku ganti pakaian serba hitam.

Hello sir, memangnya kita mau ke pemakaman ya? Kok pakai hitam-hitam sih?!

Mendadak aku kesal dengan ulahnya.
"Seharusnya kan dia bisa mengabari sebelum aku turun." Memanyunkan bibir sambil mengganti pakaian dengan dress hitam yang ada didalam lemari.

Menautkan diri dicermin dan seketika teringat dengan foto yang ditunjukan Jiraiya.
"Kok aku jadi tidak menyukai warna hitam, ya?"

Kenapa sosok ku harus mirip dengan mendiang tunangannya, sih?
Lagi-lagi aku menatap cermin dengan iba.

"Inginnya berpaling pada Tobirama-sensei... tapi apalah daya, cintanya pada sang tunangan begitu besar." Helaan nafas terdengar sangat ketara.

"Ah! Tidak tau lah! Lagi pula aku mau fokus pendidikan dulu! Jangan mikir yang macam-macam!" Menepuk kedua pipi dengan sedikit kencang hingga bekas merah tercetak disana.

Akupun bergegas turun dan kembali menghampiri Tobirama-sensei.

"Kita berangkat." Ucapnya sambil membukakan pintu untuk ku.

Wah... serasa menjadi ratu sehari.

Aku tersenyum tipis, terlebih saat pria disampingku ini membantu menggunakan sabuk pengaman.

Dimatanya, aku ini pasti bocah ingusan yang harus dia jaga.

Dia tidak tau saja, anak bau kencur ini sedang berdebar-debar menantikan cinta datang setelah kemarau panjang.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sensei sangat mahir dalam mengemudi, hingga rasa nyaman menyelimuti diri ini.

"Sebenarnya kita mau kemana, sensei?"

Pertanyaanku hanya dijawab deheman. Lalu dia membelokan stir mobil menuju area parkir sebuah pemakaman.

Janjungku kembali berdetak kencang, ucapanku tadi saat berganti pakaian seperti cenayang peramal masa depan.

"Astaga..."

"Ada apa? Ini pertama kali mengunjungi makam?" Gumamanku rupanya terdengar oleh sensei.

Aku menoleh dengan senyum canggung. "Iya."

"Oh- kalau begitu jangan jauh-jauh dariku. Atau kau bisa diculik hantu pencari gadis cantik."

Bukannya takut, aku malah terkekeh dengan ucapannya.

Bisa ae, bambang!

Tobirama-sensei turun, berjalan menuju ke arahku dan membukakan pintu dari luar. Tangan kananya yang terulur ku sambut dengan pikiran positif 'Dia hanya membantuku keluar dari mobil.'

Begitulah awal pikiran baikku terlahir, sebelum akhirnya terkhianati dengan tak kunjung lepas genggamannya pada tangan kiri ini.

Langkahnya besar, aku mengikutinya dengan terburu.

"Apa terlalu cepat?" Ia bertanya sambil menolehkan wajah yang ku jawab anggukan singkat.

Setelahnya ia memelankan langkah dan membuatku berjalan dengan nyaman melewati beberapa blok komplek pemakaman hingga akhirnya berhenti tepat didepan sebuah nisan.

"Seira, aku datang."

Yang ku lakukan adalah mematung, menatap nisan yang ada dibawah sana.

"Aku sudah sering bilang kan, di kampus ada mahasiswi yang sangat mirip denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku sudah sering bilang kan, di kampus ada mahasiswi yang sangat mirip denganmu." Genggaman tangannya padaku mengerat.
"Aku membawanya untuk dikenalkan padamu. Namanya [ name ] dia jauh lebih imut dibanding dirimu."

Aku menoleh ke arah sensei, tidak apa-apakah bicara seperti itu?

Seira-san tidak akan marah dan menghantuiku kan?

Pandanganku kembali menatap nisan. 'Gomenna, Seira-san. Aku tersesat dan dijebak kemari oleh Tobirama-sensei. Kalau kau tidak berkenan, komplain saja pada sensei ya... jangan padaku.' Aku menarik nafas dengan cepat.

"Tolong berikan restu pada kami. Aku akan menikahinya setelah dia lulus." Saat itu juga nafasku tercekat.

NANIIIIIII??????

***

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang