Bagian 3

166 23 0
                                    

Keheningan yang hakiki hanya ku temukan di perpustakaan. Aroma khas lembaran buku tua memenuhi indra penciuman yang membuatku memejamkan mata. Seperti sebuah morphine, aromanya menenangkan jiwa.

Aku bahkan mampu memperkirakan berapa pengunjung yang sedang berada di ruangan saat ini. Tak banyak, karena itulah aku menyukainya.

"Oh- kau [ name ] kan? Kekasih dari pria yang suka memakan es potong sambil membawa majalah porno...."

Nafasku tercekat, menerka wanita mana yang berseloroh begitu santai tanpa beban.

Mataku terbuka, dengan pelan dan penuh ketenangan menatap sosok wanita bersurai pirang yang kini mendudukan dirinya di hadapanku.

"Kau pacarnya Jiraiya, kan?"

Aku masih menatap tanpa bersuara.

"Oh- mungkin kau amnesia, tapi akan ku ingatkan lagi sosoknya." Dia mengeluarkan ponsel dan menunjukan sesuatu dari layar persegi yang ia genggam.

" Dia mengeluarkan ponsel dan menunjukan sesuatu dari layar persegi yang ia genggam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemarin kami menghabiskan waktu bersama hingga larut malam."

Ujarnya yang membuat genggaman pada buku ditangan ini mengerat setelah melihat sedikit provokasi dari wanita cantik berdada besar.

Oke, oppai miliknya memang fanfastis. Dan aku kalah telak.

"Lebih baik kau menyerah saja. Jiraiya sudah lama mengincarku, sebentar lagi kau pasti akan dicampakan olehnya."

'Wahai hati dan otak ku yang baik, tolong jangan terpancing. Diamlah dan bayangkan saja pria tampan yang bisa kau jumpai dimana saja.' Ku tarik nafas dengan perlahan dan tiba-tiba aku tercekat dengan apa yang baru saja terlintas dalam otak.

'Tobirama-sensei?!'

Mataku terpejam dengan buku yang ku gunakan untuk menutup wajah yang sudah ku pastikan merona cerah.

"Lihat, kan...... jangan sampai kau mengulang mata kuliah tahun ini hanya karena pria brengsek itu."

Buku yang sedang digenggam kali ini ku turunkan perlahan, menatap wanita yang sekarang mulai membuka lembaran buku tepat dihadapanku.

"Ano.... sebenarnya kau ini siapa?" Tanyaku perlahan.

Pasalnya dia sudah mulai salah paham dengan aksi-reaksi yang ku lakukan.

"Aku?" Dia mengibaskan rambut pirang panjangnya ke belakang. Gerakan yang sangat anggun dan membuatnya terlihat semakin berkharisma.
"Kau tidak tau?" Kali ini dia menyilangkan kedua tangan didepan dada.
"Seantero kampus bahkan tidak ada yang tidak mengenalku." Dia berseringai.
Meskipun begitu, wajahnya masih tetap cantik.

Sialan!

"Yah... hanya satu dosen yang belum bisa ku taklukan." Kali ini dia meletakan kaki kanan diatas kaki kiri sambil menyandarkan punggung pada sandaran kursi.

"Sepertinya ada yang salah dengan dosen itu. Dia sama sekali tak bereaksi saat ku goda. Tidak seperti kekasihmu."

What the hell ya?

Excuse me, mbak? Sedang curhat? Dengan saya?

'Memangnya siapa dosen aneh yang mbak maksud ya? Saya saja yang melihat dada situ sedikit tergiur dan auto minder...' Rasanya mulutku ingin berucap demikian.

Tapi, siapa aku? Temannya bukan, hanya seonggok mahasiswi tanpa title yang sebentar lagi namanya tenggelam kalah pamor dengan wanita-wanita cantik seperti dirinya di kampus ini.

Akupun hanya bisa menghela nafas.

"Hei. Apa kau tau jadwalnya Tobirama-sensei?"

Dahi ku berkerut, bola mataku mengerjap dengan bodoh. 'Sepertinya aku salah dengar. Ini pasti karena efek tadi pagi.'

Dan aku menggumam pelan. "Sepertinya begitu..."

"Hm? Apanya?" Wanita didepanku sedang menyangga dagu sembari menunggu jawaban dariku.

"Apa?" Ulangku dengan tanpa dosa.

"Kau tau atau tidak jadwal Tobirama-sensei? Ku dengar kau mahasiswi yang akan menjadi asistennya tahun ini."

Oh- aku lupa akan hal itu. Tobirama-sensei sendirilah yang menunjuk ku sebagai asisten.

Buku sepenuhnya ku turunkan, ku tutup dengan pelan dan meraih tas yang ada dikursi sebelah. "Maaf ya, agendaku padat. Silahkan tanya ke ruang dosen atau akademik saja mengenai jadwal sensei."

Aku pergi meninggalkan wanita cantik yang namanya masih belum ku ketahui.
Penasaran sih, mungkin akan ku tanyakan pada salah satu anak kelas lain kali.

***

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang