Bagian 12

106 17 0
                                    

Sepanjang perjalanan pulang yang ku lakukan hanya diam, mematung dengan pikiran yang menjelajah antariksa.

Begitu juga dengan pria disampingku.

'Apa tadi aku salah dengar, ya? Kalau benar dia menyatakan hal itu didepan makam, seharusnya sekarang dia bertanya pendapatku dong...!' Aku tidak habis pikir dengan yang ku lakukan saat ini.

Jangan-jangan dia sengaja menggodaku. Dia sedang mempermainkanku, kan? "Ah...Menyebalkan sekali..." Tanpa sadar kalimat itu keluar begitu saja dari mulut ini.

Padahal aku jarang mengumpat, jarang mengeluh, meski selalu ku lakukan dalam hati. Tapi kenapa yang sekarang rasanya menyebalkan sekali sih?!

Aku menghela nafas dengan sangat panjang.

"Apa kau lapar?"

"Tidak." Sautku dengan cepat. Memangnya siapa dia? Berani-beraninya mempermainkanku!

Meski ku akui, aku sangat haus akan kasih sayang, tapi tidak begini juga...

Ku usap wajah dan berakhir menyangga pipi.

"Tapi aku lapar. Kita makan dulu ya."

"Terserah." Sautku dengan cepat. Entah kenapa rasa sebal di hati ini masih tak bisa sirna. Apa perlu ku panggil ahli sihir agung seperti yang ada di komik-komik Korea dan Jepang?

"Aku baru ingat, di dapurku ada bahan makanan. Kita makan di rumahku saja ya."

"Terserah." Ya, benar. Pertanyaan apapun akan ku jawab terserah. Bahkan ajakan ketempat sen-

Aku menoleh dengan cepat. "Kemana?"

Sensei menggerakan telunjuknya untuk menunjuk sebuah apartemen mewah. Yang membuat ku berteriak dalam hati. 'Mamaaaaaaa! Aku diculik pak dosen!!!!!'

Pria disampingku terkekeh. Dengan lihai dia memarkirkan mobil di basement. Lalu membawaku keluar untuk menuju gedung tempat ia tinggal.

Sepanjang langkah yang ku lakukan hanya menelan saliva dengan otak yang berfantasi liar.

'Tidak! Ini tidak benar! Kenapa aku harus mendatangi rumah pria?! Aku akan terjebak disana, didalam apartemen hanya berdua?! Tidaaaaakkkk!!!' Tanpa sadar kepalaku menggeleng.

Sensei yang menariku ke dalam lift melepaskan pergelangan tangan dan memasukan kedua tangan miliknya ke dalam saku.

"Aku tidak sendiri di rumah. Ada aniki yang sedang melakukan riset dari luar negeri."

Ucapan Tobirama-sensei membuatku menatap horor padanya. Dia bisa membaca isi kepalaku, kah?

"Semuanya tercetak jelas di wajahmu."

Ucapannya membuatku mengatupkan bibir dan menunduk dalam, "Memangnya apa yang terlihat diwajahku?"

Sensei membungkuk untuk menatap wajahku dari dekat. "Mau ku jabarkan satu-satu?" Ucapnya dengan nada menggoda.

Yang ku lakukan adalah menghindari tatapan maut yang hanya membuat jantungku semakin berdebar.

Pria bertubuh kekar itu mengulurkan tangan dan menarik pundakku. "Jangan jauh-jauh dariku."

Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Seketika ruangan sempit itu dipenuhi oleh orang-orang yang berdesakan untuk menaikinya.

Sensei menariku ke dalam pelukan dan mengunciku dengan kedua tangan yang ia letakan dikanan dan kiri dinding lift. Aku terpojok.

Pria bersurai putih keperakan itu membisikan sesuatu ditelinga, "Aku sudah mengatakannya kan, jangan menjauh dariku." Bisikan yang getarannya terasa sampai ke dada, melintasi bulu kuduk yang kini masih meremang.

Iman, bertahanlah. Jangan sampai goyah.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang