Bagian 9

108 22 1
                                    

Aku menatap hamparan area kampus dari atas gedung. Menikmati semilir angin yang turut menggerakan helaian rambutku dengan perlahan.

'Damainya.... seandainya setiap sudut kota sesegar ini...' Mataku terpejam, membiarkan angin menerpa wajah dengan pelan.
Berharap kedamaian ini bisa bertahan untuk waktu yang lama, tanpa ada seorangpun yang mengganggu.

"Jadi benar, kalau kau memiliki hubungan khusus dengan Tobirama-sensei?"

Indahnya pemandangan dikotori polusi bernama Jiraiya. Pria itu kini berjalan mendekat dan berdiri tepat di sampingku.

Kenapa saat kita mengharapkan sesuatu, hal berkebalikan selalu muncul setelahnya?

"Aku melihatnya keluar dari apartemenmu kemarin."

Udara segar yang sudah tercemar tak lagi bisa dinikmati. Akupun berpindah tempat demi udara segar yang sangat bagus untuk kinerja paru-paru didalam dada.

"[ name ] !" Jiraiya berteriak dibelakang sana.

Aku menghentikan langkah dan membalikan badan.
"Tidak berteriakpun aku bisa mendengarnya, Jiraiya."

"Lalu kenapa kau mengkhianatiku?!"

Bibirku yang sedikit terbuka kini menutup sempurna. Sepersekian detik setelahnya, aku berucap.  "Berkhianat? Aku?" Kali ini aku berjalan mendekat.
"Memangnya apa yang sudah ku lakukan?"

Mata Jiraiya memerah. "Kalian sudah melakukannya, kan! Kau sudah melakukannya dengan pria itu!"

Aku melipat kedua tangan didepan dada. "Kau punya bukti?"

Dia lalu mengambil ponsel dan menunjukan sebuah foto padaku.

Gambar dua insan berciuman yang membuat mataku terpukau.

Dahiku berkerut dalam saat menyelami dua insan didalam foto tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahiku berkerut dalam saat menyelami dua insan didalam foto tersebut. Alhasil, aku tersentak dengan mata yang melebar.

'Kapan aku berciuman dengan Tobirama-sensei?!!!!!!'

Aku bahkan sampai mengambil ponsel Jiraiya dan membesarkan gambar pada layar.

Sepertinya ada yang aneh...

Sekilas memang mirip denganku, tapi...
Ku ingat-ingat kembali dengan menyelami memori dalam otak satu persatu.

Kali ini tidak bisa ku lakukan dengan acak, aku harus memastikannya dengan sangat yakin.

"Aku tidak merasa pernah memiliki dress seperti ini."
Ucapku dengan gerakan mengembalikan ponsel pada Jiraiya.

"Jadi kau menyanggahnya?"

Aku mengerutkan dahi. "Memangnya kau dapat darimana foto itu?"

Jiraiya mengantongi ponsel. "Dari ponsel Tobirama-sensei."

Dahiku semakin berkerut. "Hah? Mana mungkin!"

"Mengaku saja!" Jiraiya masih mendesakku.

"Bagaimana kau bisa mendapatkannya dari ponsel Tobirama-sensei. Apa dia yang menunjukannya sendiri?" Tanyaku dengan bertubi.

"Tidak. Saat acara makan bersama jurusan, dia mengambil gambarku dengan Tsunade. Lalu aku yang memintanya menunjukan foto itu padaku. Tapi saat layar tergeser, aku menemukan foto itu. Foto kalian berdua yang berciuman. Sial!" Diakhiri dengan mengumpat kesal.

'Apa sensei sengaja melakukannya? Tapi untuk apa? Dia mengedit foto kami? Atau...' Otakku masih berfikir keras.
'Seingatku dia memang sering memakai baju itu, tapi bukankah sensei memang selalu memakai baju yang warnanya hampir sama?' Aku menghela nafas.

Pria dihadapanku jelas-jelas sedang krisis kepercayaan.

Aku mendecakan lidah. "Jiraiya, berapa lama kau berpacaran denganku? Apa selama itu kau sudah benar-benar mengenalku?"

Wajah Jiraiya kembali terlihat kesal. "Justru karena aku mengenalmu, aku merasa dikhianati karena foto ini!"

Aku menghela nafas, semilir angin kembali menerpa  dan menggoyangkan rambut kami.
"Akan ku tanyakan pada Tobirama-sensei yang sebenarnya. Dan..."
Aku mulai kesal karena tingkahnya.
"Hubungan kita sudah berakhir, berhentilah mengikutiku seperti penguntit. Kau bisa ku laporkan kepada polisi." Lanjutku sambil berlalu meninggalkan Jiraiya yang masih mematung ditempatnya.

Seharusnya kau berhenti, Jiraiya...
Jangan semakin membuatku kecewa karena kau tidak bisa mengenalku dengan baik.

***

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang