Aku terjebak bersama pria yang usianya terpaut jauh denganku.
Meski begitu, dia terlihat tenang dan tetap duduk nyaman ditempatnya.
Aku menahan bibir agar tidak menguap, tapi sepertinya hal itu sia-sia.
"Tidurlah di kamar."
Aku menoleh dengan mata merah menahan kantuk.
"Kau gunakan kamarku dan aku akan tidur di kamar aniki." Ia berjalan menuju kamar yang ia klaim sebagai kamar Hashirama-san.
Tangannya berada di knop pintu, namun benda persegi panjang itu tak kunjung terbuka.
"Sialan! Sepertinya aniki menguncinya dari luar!" Umpatan yang masih bisa ku dengar dengan jelas.
"Sensei tidur saja di kamar. Aku akan tidur di sofa." Ucapku.
"Jangan! Udara malam sangat dingin. Disini tidak ada pemanas ruangan. Kau tidur saja di kamar. Aku akan tidur disini."
Mana bisa seperti itu! Dia kan tuan rumah, sedangkan aku tamu.
Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas.
Otakku sedang memikirkan cara terbaik untuk masalah ini.
Walau bagaimanapun, aku tidak bisa membiarkan sensei tidur dengan tidak nyaman didalam rumahnya sendiri."Bagaimana kalau kita berbagi ranjang? Sensei tidak akan melakukan apapun padaku, kan?"
Dia terlihat menelan saliva dengan tegang. "A-akan ku coba." Ucapnya dengan sedikit terbata.
Aku mengikutinya yang melangkah masuk ke dalam kamar. Ranjangnya lumayan luas dan lebar. Penampakannya pun sangat kokoh dan sepertinya harga ranjang milik sensei ini sangat mahal.
Tidak seperti ranjang milikku.
"Kau tidurlah di ujung sana, aku akan tidur di ujung sini." Ia menunjukan bagian kita masing-masing.
Aku mengusap lengan.
"Apa kau mau mengganti pakaian dengan bajuku?"
"Huh?" Mataku mengerjap dengan bodoh.
Baju sensei? Yang mana? Baju luar atau baju dalam?!
Kerjapan mataku tak berhenti sampai disana."Sebaiknya kau membasuh badan dan menggantinya dengan ini." Dia mengeluarkan piyama lengan panjang berbahan sutra dan sebuah celana yang kakinya terlalu panjang untukku.
Oh, untunglah... dress ini juga tidak nyaman kalau ku pakai tidur. Bagaimana kalau nanti bagian roknya naik dan pahaku terekspose?!
Tidak boleh! Mau bagaimanapun juga, sensei adalah pria normal yang pasti bisa tergoda imannya kapan saja!
"Kau bisa menekuk ujungnya." Berucap sambil mengusap pangkal hidung dengan wajah yang merona.
"Baiklah... aku akan memakainya."
Setelah membasuh badan, aku keluar dengan balutan piyama milik sensei. Rasanya tubuhku tenggelam oleh baju miliknya.
"Tidurlah. Oyasumi."
Sensei mendekap bantal dan memunggungiku.'Secepat itukah dia tidur?'
Dengan gerakan pelan, ku rebahkan tubuh ini diatas ranjang. Menatap langit-langit kamar yang cahayanya sudah berganti redup.
Pria disampingku tidur dengan damai.
"Oyasuminasai, sensei..."Aku memejamkan mata dengan tenang. Dan juga sedang berusaha mengumpulkan kepercayaan agar pria disampingku ini bisa menjaga keteguhan hatinya hingga akhir.
Setidaknya sampai diriku siap dengan segala konsekuensi yang ada.
Bertahanlah, sensei. Kau pasti bisa!!!
***
"Aku akan berusaha keras. Menjadi pertapa hebat dan menahan nafsu duniawi..." - Tobirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
Fanfiction[ name ] ingin meninggalkan kekasihnya. Tapi dia justru menjadi pihak yang ditinggalkan. "Inginnya berpaling pada Tobirama-sensei... tapi apalah daya, cintanya pada sang tunangan begitu besar." *** Design cover by KSeira Art by Pinterest Character b...