Bagian 19

308 29 5
                                    


"Apa tidak ada yang ingin kau katakan?"

Aku menatap lekat pada sebuah bungkusan berwarna pink yang terletak diatas meja. Menerka-nerka isi dari benda menyilaukan mata yang permukaannya mengkilat.

Ugh... aku tidak suka pink.

"Ah... jadi begitu... ku kira semua wanita menyukai pink."

Mataku langsung menatap horor ke arah Tobirama-sensei.

Entah belajar ilmu membaca pikiran darimana, seolah dia bisa membaca pikiranku dengan jelas.

"Sudah ku bilang berkali-kali. Jangan menatapku seperti itu." Ucapnya sambil menyangga dagu.

"Ta-tapi... tapi kau menakutkan, sensei!" Ucapku dengan terbata.

Pria itu tersentak. "Aku? Menakutkan? Sisi yang mana?"

Semua sisi!

Inginnya berteriak seperti itu.
Aku berdehem singkat, "Seolah kau bisa membaca pikiranku, sensei... dan.... tebakanmu selalu benar."

Tobirama-sensei terkekeh. Entah sisi mananya yang lucu.

"Aku serius, sensei." Ucapku dengan sedikit kesal.

"Maaf-maaf...." Ia tengah berusaha meredakan kekehannya.
Berdehem singkat sebelum kembali berucap.
"Aku juga pernah muda dan melewati masa seusiamu." Ia menjeda.
"Kau pikir aku lahir langsung sebesar ini?"

Ah... rupanya begitu... dia bicara soal pengalaman hidup.

Aku menganggukan kepala dengan pelan dan kontinyu. Mengempiskan hidung dan sedikit memiringkan kepala.

"Ada apa?"

Aku mendongak. "Aku penasaran dengan masa muda sensei." Ucapku dengan senyum yang sangat tipis.

"Jangan menggodaku."

"Hah?" Mulutku langsung terbuka.

"Jangan menggodaku dengan senyuman itu. Atau kau akan ku cium, [ name ] !"

Aku terkekeh. Sebegitu ingin menciumku kah?

"Sudah ku bilang, jangan menggodaku. Ck!" Sensei menghadap ke arah televisi yang sedari tadi menyala, menonton dua insan yang sedang melakukan percakapan absurd.

"Ngomong-ngomong... boleh ku buka?" Tunjukku pada paperbag yang semula terabaikan.

"Hn." Tangan sensei memegang remot dan tengah menggonta-ganti channel.

"Maaf ya, aku tidak bisa romantis." Gumamnya yang masih bisa ku dengar.

Akupun membuka bungkusan dan mendapati sepasang cincin yang sangat manis.

"Ini.... apa?" Aku kembali menatap sensei yang kini menyangga dagu.

"Itu namanya tali." Dia kembali mendecakan lidah.
"Memangnya kau tidak tau kalau itu sepasang cincin, [ name ] ?" Ia menjeda.
"Kau itu pintar akademis. Tapi kenapa kalau urusan yang seperti ini kau sangat lambat sih?!" Sensei menatapku sepenuhnya.
"Sini ku buka dulu segelnya biar kau paham!"

Aku membringsut menjauh dari sensei. "Maaf, belum cukup umur." Ucapku sambil memunggunginya.

Desahan keluar dari mulut sensei. "Haiissss... entah dosa apa yang ku lakukan di kehidupan sebelumnya." Menggumam pelan sambil kembali menatap tv.

Dan aku juga kembali duduk menghadap sensei dengan kaki kiri yang ku tekuk diatas sofa.
"Aku tau benda ini namanya cincin. Tapi.... kan aku tidak tau maksud dari balik arti dua cincin ini, sensei...." Ucapku dengan sepelan mungkin.

"Sudah ku bilang, kan. Aku akan menikahimu. Jadi kau pakai saja cincin yang kecil dan aku akan pakai yang ukurannya besar."

Dia benar-benar tidak romantis...

Aku salah menilainya waktu itu saat dahiku dikecup. Ku kira dia memiliki sisi romantis tersendiri.

Ah... benar, sisi romantisnya tidak melulu dengan lamaran yang menyentuh. Adakalanya juga dia romantis.

Anggap saja begitu.
Aku menahan senyum.

"Yah sensei... ini bagaimana memakainya?" Ucapku sambil merentangkan jemari kiri.

"Kau tinggal memasukannya di jari manis, [ name ]." Pandangannya tak beralih dari layar tv.

"Hm? Bagaimana....?  Apa ku minta orang lain mengajariku dulu ya?" Ku lihat reaksi wajahnya berubah.

Sensei langsung menoleh ke arahku dengan tatapan kesal. "Dasar bodoh!"

Ditariknya kotak cincin dan mengeluarkan yang ukurannya kecil. Lalu memasangkan benda tersebut di jari manisku.

"Hehe..." Rasanya seperti menang lotre.

"Kau sengaja, kan?"
Aku mengangguki ucapan sensei dengan senyum yang terus mengembang diwajah.

"Sini, milik sensei ku pasangkan juga." Ku ambil cincin yang tersisa dengan ukuran besar dan memakaikannya di jari manis kiri pria tampan ini.

"Arigato..."
Wajah sensei terlihat sangat damai.

Ah tampannya kekasihku ini!!!!!!

***


- F I N -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- F I N -

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang