Hari sabtu
Hari dimana pernah ku tunggu selama beberapa bulan silam.
Menunggu sabtu seperti menunggu dia yang selalu hadir dikala sabtu.Oh, sebenarnya yang ku tunggu bukan sabtu, tapi dia yang akan datang mengunjungiku setiap sabtu.
Dia,
Sosok yang akhir-akhir ini seperti hantu. Menghilang tanpa jejak.
Bahkan pesan yang ku kirimkan kemarin sore tak kunjung mendapat balasan. Tidak hanya itu, tumpukan pesanku beberapa hari lalu juga bernasib sama.Jika belum dibaca, mungkin aku bisa memaklumi. Tapi ini sudah ada notif pesanku dibaca.
"Sepertinya dia benar-benar cacat." Begitulah mulutku menggumam. Ada sepersekian persen mengandung do'a dan harapan.
Ku gerak-gerakan ponsel pintar berwarna hitam legam diatas karpet berbulu lembut yang warnanya mendekati ungu.
Tubuh yang turut merebah disana mulai terasa nyaman hingga mataku pun terpejam.Sudah dipastikan sabtu ini tidak ada kegiatan, sama seperti sabtu minggu lalu. "Jiraiya sialan!"
Umpatanku keluar begitu saja tepat satu detik sebelum ponselku bergetar. Bukan getaran singkat seperti notifikasi online shop yang selalu muncul memberi harapan palsu.
Getaran kali ini terbilang panjang dan dalam.
Membuatku membuka sebelah mata untuk mengintip kiranya ada apa dengan ponsel pintarku.Mata yang lain turut terbuka, dengan lebar menemani mata lain yang sudah terbuka sempurna.
"Tobirama-sensei?"
Tubuhku auto duduk dengan tegap, sedikit membungkuk saat menggeser layar ponsel dan menempelkan benda pipih ini ke telinga.
"Apa aku mengganggumu?"
"Tidak, sensei. Ada apa?" Tanyaku dengan penuh kehati-hatian. Tidak biasanya dosen ini menghubungiku saat libur.
"Apa kau bisa meluangkan waktu untuk membantuku?" Dia bertanya dengan santai, tapi suaranya terdengar sangat berat.
"Apa kau dalam masalah?" Aku hanya mengira-ngira. Jika tidak penting, dia tidak mungkin sampai menelfon.
"Aku sedang mengkoreksi ujian anak semester baru, digabung dengan anak-anak yang mengulang di tahun ini." Ia menjeda.
"Kalau kau ada waktu, tolong datang ke lab komputer. Aku menyewa ruangan ini dari Itama seharian." Ujarnya dengan sangat luwes.Bagaimana ini? Haruskah ku abaikan dan menikmati waktu santai? Atau ku terima saja? Toh hari ini juga tidak ada kabar dari Jiraiya....
"Ano... sensei... tolong tunggu 30 menit. Aku akan bersiap dan menemuimu di lab Itama-sensei." Akhirnya akupun menyetujuinya.
"Hm. Ku tunggu." Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Tobirama-sensei, sambungan telfon pun berakhir.
"A-! Aku harus mandi!!!" Dengan gerakan cepat aku berlari menuju kamar mandi.
Ritual membasuh dan membilas badan ku lakukan dengan cepat, tidak ada yang namanya dandan. Karena aku tidak terlalu menyukainya.
Ku semprotkan beberapa kali parfum di area leher dan telapak tangan, mengikat rambut dan memakai syal karena diluar udaranya sangat dingin.
Setelah rapi dengan rok hitam dan kaos panjang yang ku lapisi dengan jeans biru, akupun melangkah keluar sambil membawa tas kecil berisi dompet, kunci dan ponsel. Melangkah keluar dari apartemen kecil yang ku sewa selama 3 tahun terakhir. Tak lupa ku raih sebuah novel yang baru sempat ku baca beberapa bagian.
Novel romance karya seorang penulis terkenal. Meski vulgar, namun pembawaannya sangat natural. Bahkan tak jarang membuatku terseret imajinasi liar yang ia ciptakan.
Langkahku berhenti didepan pintu kayu yang tertutup sempurna. Mengetuknya perlahan hingga seorang pria tampan bersurai putih keperakan menyembulkan wajahnya.
"Kau telat 5 menit." Ucapnya dengan nada kecewa."Maaf, maaf.... karena ini hari sabtu, aku berjalan kaki dari apartemen."
Tobirama-sensei yang sudah berjalan mendahului ku itu menoleh ke belakang. "Jalan kaki? Bukankah apartemenmu itu jauh?"
Aku menggaruk pipi dengan pelan, "Begitulah."
"Lain kali ku jemput saja."
Mataku mengerjap, 'Ada lain kali ya?'
"Duduklah." Dia menarik sebuah kursi dan aku pun duduk disana.
"Ini dokumen yang akan kau periksa. Dan ini lembar jawabannya."Aku mengangguk dan meraih kertas yang ia sodorkan.
"Mohon kerjasamanya." Sensei kembali ke tempat duduk.
Sesekali ku lirik pria yang kini duduk sambil menatap layar monitor dengan sangat serius. Wajah tampan dengan mata tajam yang cocok menjadi tokoh utama dalam novel romance.
'Astaga... apa yang ku fikirkan sih!!!'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
Fanfiction[ name ] ingin meninggalkan kekasihnya. Tapi dia justru menjadi pihak yang ditinggalkan. "Inginnya berpaling pada Tobirama-sensei... tapi apalah daya, cintanya pada sang tunangan begitu besar." *** Design cover by KSeira Art by Pinterest Character b...