Part 23

5.3K 422 22
                                    

Dewasa bukan dilihat dari umur, tapi dari cara pikir dan lingkungan sekitar kita gimana.

-Marcelino Aldeo Greyson

Sinar matahari pagi mulai masuk dari celah-celah jendela kamar Arthur dan Aleta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari pagi mulai masuk dari celah-celah jendela kamar Arthur dan Aleta. Arthur menggeliat, dia membuka matanya perlahan dan menatap Aleta yang masih tidur bersandar di dada bidangnya.

Arthur tersenyum tipis mengingat kejadian malam tadi yang mereka lakukan. Dia mengelus kepala Aleta membuat sang empu terusik.

"Enghh" lenguh Aleta, semakin mengeratkan pelukannya pada Arthur.

Arthur terkekeh pelan. "Hei bangun udah pagi" ucap Arthur lembut.

Aleta bergerak sedikit kemudian meringis saat intimnya terasa sakit membuat Arthur kelabakan. "Eh eh kenapa" ucap Arthur panik.

"Sakit" lirih Aleta.

"Kita kerumah sakit ya sayang" ucap Arthur.

Aleta menggeleng. "Nggak usah, aku mau mandi."

Arthur duduk, mengambil boxer dan memakainya. Dia berjalan mendekati Aleta, menyelipkan kedua tangannya di ketiak dan lutut Aleta kemudian mengangkatnya, membawa Aleta ke kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi dengan Arthur yang menggendong Aleta ala bridal style. Arthur mendudukkan Aleta di depan meja rias.

"Masih sakit gak" tanya Arthur, mengeringkan rambut Aleta menggunakan hairdryer.

Aleta menggelengkan kepalanya. "Udah enggak kok" jawabnya tersenyum tipis.

"Sekolahnya izin dulu ya" ucap Arthur yang di angguki oleh Aleta.

Setelah menyisir rambut panjang Aleta, Arthur mengambil handphonenya yang berada diatas nakas samping tempat tidur.

"Halo assalamualaikum" ucap seseorang di sebrang sana.

"Wa'alaikumsalam, Gar tolong izinin gue sama Aleta ye" ucap Arthur.

"Lah lo berdua kenapa" tanya Edgar.

"Kepo lu, pokoknya izinin dah"

"Oke oke gue izinin nanti"

"Thanks"

"Yoi, apasih yang enggak bu-"

Tut Tut Tut

Arthur mematikan telfonnya sepihak, membuat Edgar mengumpati bosnya itu.

"Anjing dimatiin" umpat Edgar.

"Heh ngomongnya" Cia yang berada di sebelah Edgar memukul pelan pundaknya.

Edgar mengusap tengkuknya dan menyengir lebar. "Maaf, kelepasan" ucapnya.

ARLETA [hiatus sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang