Happy reading __________
Cincin emas dengan permata kecil ditengahnya. Matahari yang memantulkan cahaya ke permata itu menjadi titik dimana mata mendapatkan tujuannya.
Menarik tangan kedepan wajah, dan menutupi matahari dengan tangan untuk melihat lebih jelas cincin itu. Mata coklatku terus merindukannya, namun hanya bisa mengingatnya dari permata ini.
Ini ceritaku dengan-Nya dari awal.
■◇■
Ibuku meninggal saat aku berusia 7 tahun. Ayahku seorang pemburu yang sangat keras. Ketika ia tak mendapatkan buruannya ia langsung melampiaskan amarahnya kepadaku, hingga membuatku kehilangan akal dengan semua bentakan dan pukulan fisiknya bertahun tahun. Tidak ada yang memperdulikanku sama sekali. Hingga akhirnya pikiranku tak bisa kukendalikan, tubuhku yang bergerak sendiri dengan tatapan kosong yang penuh kebencian, mengayunkan kapak pada leher ayahku saat sedang tertidur.
Tanganku yang kotor, membuatku puas. Dengan baju compang campingku penuh dengan warna merah dan bau yang pekat. Kurasa ini adalah bau seorang pecundang , yang tidak seharusnya kupanggil "ayah".
Aku dilahirkan dengan keistimewaan hidung dan mata seperti seekor rubah. Saat ibuku hidup, aku diajari mengenai obat obatan yang ada di hutan. Dan aku dapat dengan mudah mengenali nama tanaman dari baunya. Karena indra penciumanku yang sangat tajam.
■◇■
Dari obat obatan yang aku pelajari dari ibuku, akhirnya aku bisa mengawetkan organ organ penting dan menjualnya. Saat aku memiliki cukup uang akhirnya aku pergi ke kota, walau aku tak memiliki tujuan yang pasti.
Saat ke kota, usiaku masih 13 tahun. Dengan melangkah ke kota aku bisa melihat hal hal yang belum pernah aku pelajari. Tak punya tujuan, tak punya tempat tinggal, dan tak memiliki saudara. Aku benar benar sendirian, tanpa ada orang yang mengajakku bicara.
"Gadis kecill.... mau kemana nih?"
Sekelompok berandal menggodaku dari kejauhan namun tak kuperdulikan. Semua mata mereka menuju padaku, dan memiliki tatapan sebagai hinaan. Aku lebih suka berjalan dikegelapan dari pada bersampingan dengan mereka. Terus berjalan hingga sampai dijalan buntu.
Aku menoleh ke kanan dan kekiri namun tak ada seorangpun. Hingga...
"Nak... kamu yang disana!"
Dengan mengangkat tangan se dada dan menunjukku sebagai isyarat bertanya, namun tak menjawab.
"Iya... kamu, siapa lagi!"
"Sini, cepetan"
Berjalan dengan keraguan ke arah orang itu.
"Kamu dari mana?"
"Namamu siapa?"
"Udah makan?"
"Dimana orang tuamu?"
Suara yang pelan dan hangat, menatapku dengan rasa kasihan. Bibirku yang kering, dan gemetar hingga tubuhku yang sangat kurus karena kelaparan. Tak kusangka aku bisa bertemu dengannya. Dia adalah seorang ibu dipanti asuhan, dibelakangnya terlihat anak anak lain dengan nasib yang sama denganku. Dia mengangkat tangannya, sama seperti ayahku yang membuatku takut dan trauma, aku langsung menutup mataku. Tangan yang diangkat itu tak menyentuh pipiku dengan keras namun sebaliknya.
Tangan yang hangat mengusap pipiku yang kotor. Hingga akhirnya air mataku yang selama ini kutahan, tumpah begitu saja. Aku menangis dengan suara yang sangat keras dan ia terus menenangkanku dengan pelukannya. Layaknya seorang ibu yang benar benar aku rindukan selama ini.
"Ayo, ikut saya. Mau?"
Aku yang sudah tenang dan mulai mengusap air mataku, mengangguk dan mulai mempercayainya. Dia menggenggam tanganku dan keluar dari kegelapan. Senyumnya yang muncul terkena cahaya matahari yang hangat terus menuntunku sampai ke panti asuhan.
Dengan merendahkan tubuhnya didepanku, dan berkata.
"Sekarang disini rumahmu, bersama yang lain"
Puluhan pasang mata yang mengintip dari pintu masuk, dengan aroma mereka yang wangi. Namun masih belum ada yang berani menghampiriku. Aku tak pernah memiliki teman sebayaku membuatku bingung untuk berteman dengan mereka. Hingga aku bertemu dengan seorang anak perempuan yang memiliki kekurangan.
..........♡..........
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything- jika kau tau itu [END]
Romance"Apa yang membuat dia bisa jatuh cinta padaku?" Anak yang terlahir dari sebuah desa yang tidak dikenal. Dibesarkan dengan kekerasan oleh ayahnya dan memutuskan untuk meninggalkan rumah di umurnya ke-13 tahun. Berkelana ke kota tanpa mengetahui tujua...