二 Trauma

54 35 13
                                    

Happy reading __________

Dibawah pohon yang rindang, dan udara yang lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibawah pohon yang rindang, dan udara yang lembut. Dengan memejamkan mata dan mulai menghirup udara dengan perlahan.

Seorang anak menggunakan kursi roda, melambaikan tangannya dengan memanggil namaku dengan suaranya yang nyaring.

"Herin....."

Aku yang melihatnya, langsung tersenyum dan berlari ke arahnya. Dia teman pertamaku yang ada di panti asuhan ini.

■◇■

Aku yang berdiri didepan pintu panti asuhan melihat ke arah pintu masuk. Semua menatapku dengan mata penasaran mereka, dan bertanya pada ibu panti.

"Ibu siapa dia??"

Dengan tersenyum ibu panti itu menggandengku dan berjalan ke arah mereka, untuk berkenalan. Namun tidak ada yang ingin mendekatiku, karena bau badanku yang kurang sedap.

"Ibu, baunya sangat busuk!"

Dengan menutup hidung mereka dan melangkah mundur perlahan.

"Enggak papa, dia teman kalian."

Lalu datanglah anak yang menggunakan kursi roda itu dengan mengulurkan tangannya.

"Hallo... namaku siren"

Aku yang melihatnya tak bisa mengucapkan satu katapun, entah bagaimana mulutku tak ingin mengeluarkan suara sama sekali. Dengan cepat dia menarik tanganku untuk berkenalan.

■◇■

Sejujurnya sampai sekarang aku lupa siapa nama ibu panti yang merawatku.
Namun kasih sayangnya selama ini tetap kuingat, hingga tak bisa kuhitung seberapa banyak yang dia berikan padaku.

Saat tiba di dalam panti, ibu itu menyuruhku untuk melepaskan tas yang ada dipunggungku. Hingga spontan aku menarik kembali tasku supaya tidak dibuka olehnya. Namun tanpa sengaja tas itu sobek dan isinya keluar dari dalam tas itu.

Tas itu berisi puluhan lembar uang berwarna merah. Ibu panti yang melihat itu terkejut, dan bingung bagaimana anak sekecilku bisa membawa uang sebanyak itu.

"Nak...dari mana kau mendapatkan uang ini? Apakah uang ini milikmu?"

Dengan ia melontarkan pertanyaan pertanyan itu membuatku sedikit takut dan akhirnya mulai menangis lagi. Tas yang sangat berat itu akhirnya ku lepaskan dan disimpan olehnya.

Akupun pergi kekamar mandi bersamanya. Ia melepas pakaianku dan melihat seluruh tubuhku penuh dengan lebam dan darah yang sudah mengering. Kerangka tulang yang terlihat jelas dan rambut yang rusak dan lengket. Sebegitu buruknya dulu penampilanku hingga orang tega untuk melihatku dengan tatapan hina. Hanya ibu pantilah yang melihatku dengan tatapan yang berbeda dari orang-orang.

Saat aku mandi, ia sedikit takut saat memandikanku. Aku yang terdiam saat lukaku terkena sabun, tanpa merasakan perih sama sekali. Tapi dialah yang menangis melihat kondisiku ini. Aku tak mengerti bagaimana dia bisa menangis padahal dia tidak memiliki luka ditubuhnya sama sepertiku.

Setelah mandi, lukaku diobati satu persatu setiap harinya. Diberikan makanan yang hangat dan enak hingga aku lupa dengan uang yang ku bawa. Selama 2 minggu aku tinggal disana aku terus bermimpi buruk dan menangis ditengah malam hingga membuat yang lain terbangun karenaku. Dan aku berpindah tempat tidur dari yang lain, aku tidur disebelah ibu panti dengan menggenggam tangannya hingga tertidur.

Satu bulan berlalu, aku mulai mengucapkan kata pelan-pelan. Didepan ruang makan bersama

"N-namaku... herin."

Dengan kata pertamaku yang akhirnya keluar dari mulutku membuat semua orang terkejut dan melihatku secara bersamaan. Semuanya tersenyum dan menyapaku dengan ceria.

"HALOO...HERIN"

Aku sedikit terkejut dengan suara mereka yang menggema didalam ruangan. Dan kembali menangis dengan meremas bajuku. Namun tangisan ini adalah tangisan yang baru bagiku. Sebuah tangisan bahagia yang membuat hatiku hangat. Sirenpun mendorong kursi rodanya dan mulai kembali memperkenalkan namanya.

"Hallo herin, aku siren"

Senyumnya yang tulus mengulurkan tangan untuk kedua kalinya kepadaku. Dan aku melakukan hal yang sama dengannya.

■◇■

Kami makan bersama, dan dia mulai menceritakan bagaimana dia mendapatkan kursi roda itu. Dia juga terlahir kurang beruntung sama sepertiku. Ibunya bercerai dengan ayahnya, sang ibu menjadi depresi dan mulai menelantarkan siren ditengah hutan. Siren yang tak mengetahui dimana dia hanya menangis ditengah jalan dan berharap ibunya menjemputnya kembali untuk pulang.

Lima hari berlalu sejak dia ditelantarkan. Siren sangat kelaparan dan tak sanggup untuk berjalan kembali. Hingga tanpa sengaja dimalam hari segerombol orang geng motor menabrak kakinya hingga putus. Dia berteriak meminta tolong namun pengendara motor itu malah melarikan diri. Tidak ada orang sama sekali disana, siren terus berteriak meminta tolong hingga kehabisan darah. Dan siren pingsan ditempat kejadian itu.

Lalu cahaya mobil pun datang melewatinya, namun dia tak sanggup lagi untuk mengelak dan hanya bisa pasrah.

..........♡..........

My Everything- jika kau tau itu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang