"Dia angkuh, wajar bukan kalau dia ansos?ga ada yang mau berteman sama dia."
"Percuma good-looking kalau dia ga punya tata krama, hadeh... Ga banget."
"Anak orang kaya ya? Kurang kasih sayang tuh pasti!"
"Pucet banget kayak zombie hahahaha"
"Pacarin aja! POROTIN SEMUA UANGNYA HAHAHAHA"
"NAJIS BANGSAT GW DEKETIN DIA! tampangnya lumayan sih buat koleksi gw.."
"Mukanya murung terus, depresi ya?"
"Udahlah jauhin aja, dia ga butuh kita."
"Eh katanya dia dari keluarga mafia ya? Serem banget anjir! Mana ada yang bahagia jadi anak mafia?"
*****
Arse membereskan barang-barang yang ada diloker sekolahnya sekaligus membersihkan banyak sampah. Dia tidak terlalu punya banyak barang dilokernya. Hanya ada beberapa buku, sekotak tisu, dan handphone lamanya.
Arse mengeratkan almamater dan rompi seragamnya, siapa yang tahu arse sedang berusaha berlama-lama menggunakan seragamnya itu. Karena mungkin ini adalah terakhir kalinya dia memakai seragam. Ini adalah tahun kedua dia di SMA, dan ini adalah tahun terakhirnya bersekolah di sekolah umum.
Dia membawa tasnya. Berjalan di lorong-lorong yang mungkin akan ia rindukan. Meski tidak punya kenangan yang indah.
Arse bisa merasakan beberapa gunjingan masih mengarah kepadanya dengan disengaja. Para siswa disana bersorak senang saat tahu siswa yang mereka benci akan pergi sebentar lagi.Di depan gerbang sekolah sudah ada mobil mewah dengan beberapa penjaga yang menanti dirinya. Satu penjaga berbadan kekar mengambil tasnya untuk dibawakan.
"Ayo masuk Ar.." saat penjaga itu membukakan pintu, arse masih diam ditempatnya berpijak. Lalu menoleh ke arah belakang, ke gedung sekolah.
Penjaga itupun tahu apa yang dirasakan tuannya, merasa miris saat tahu tuan mudanya tidak memiliki teman yang baik. Harus keluar dari sekolah dengan cara dan pandangan yang buruk.
Lalu tangan arse mengepal kencang, rahangnya pun mengeras. Dia membuka jaket serta almamater juga rompinya dengan agak kasar, menyisakan kemeja putih panjangnya yang lengannya ia lipat dengan kasar juga. Menarik perhatian penjaganya. Lalu arse membuka bagasi mobil.
"Ar kamu mau kemana? Nanti malam adalah acara penyambutan."
Arse menatap tajam penjaga kepercayaan ini, lalu dia kembali mengambil skateboard miliknya.
"Lalu? Apa aku peduli?"Penjaga itu masih menahan tangan arse untuk tidak pergi sembarangan. "Saya mohon tuan muda Arse, saya ga mau kamu kena amarah tuan besar."
"Masa bodo"
Arse pun menghempas kasar tangan penjaganya dan pergi meninggalkan dengan skateboardnya.
Dia, Arserean Erwino. Arse nama panggilannya. Tampan dengan dua tahi lalat di pelipis dan sekitar telinganya. Agak pucat dan sulit tersenyum.
Di mata orang-orang apalagi di mata Keluarga besarnya, dia hanyalah seorang anak tak berhati yang di manja dan tak begitu diperdulikan.
Dia tidak punya teman satupun dan dia memang tidak membutuhkan teman.Dia bukan anak mafia, itu hanya rumor sampah hanya karena siswa disekolahnya secara tidak sengaja melihat penjaganya mengantongi pistol dan pisau dipinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All For You✓
Teen Fiction"mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari.." "Aku tak perlu bahasa apa pun Untuk mengungkap aku cinta kamu Aku tak pernah beristirahat Untuk mencintai kamu sesuai janjiku.." Dua penggal lirik itu, mewakili kisah ini. Tentang...