Darmawan's

381 73 5
                                    

Setahun lalu mungkin adalah waktu suram dan kehancuran untuk Darmawan. Dimana putri tersayang mereka, harapan keluarga mereka itu hancur tak berdaya.

Saat itu mereka tidak tahu apa yang terjadi, semua terjadi dengan cepat. Menerima telpon dari pihak sekolah siang itu rasanya hari benar-benar menjadi gelap untuk mereka.

Melihat anak gadis mereka menangis dengan keadaan yang sudah hancur adalah akhir yang buruk.


"Siapa pelakunya teresa??"

Pertanyaan itu tidak pernah terjawab dengan gamblang dari mulut anak perempuan mereka. Bagaimana mereka bisa menuntut sebuah keadilan?

Sampai akhirnya seorang memberitahu mereka, meludahkan satu nama sebagai tuduhan.

"ARSEREAN PELAKUNYA!!! AKU SAKSINYA!!!"

mata mereka tertuju kepada anak laki-laki dengan mata yang menangis menatap teresa. Percaya saat itu adalah pilihan mereka satu-satunya, terdesak.

Anak bernama arserean itu membantah tuduhannya, namun saat saksi sudah buka suara. Mereka bisa apa? Mereka mau keadilan untuk putri mereka.

Tapi nyatanya, arserean adalah anak bersayap uang. Keluarga dengan nama kebesaran yang mampu membeli hukum. Kasus ini dihilangkan begitu saja dengan uang.

Murka?jelas.
Tapi darmawan hanya sebuah keluarga berpenghasilan dari restoran ayam kecil. Sekali lagi, mereka bisa apa?

Hingga saat teresa mengatakan ia hamil. Saat itu mereka benar-benar hilang harapan. Memaki, mengutuk seorang anak bernama arserean yang telah menghancurkannya.

"GIMANA SAMA MASA DEPAN KAMU TERESA?!! ANAK ITU HARUS PUNYA AYAH! DIA GA BOLEH JADI AIB!!"

Teresa cuma bisa berharap jika ia keguguran saja, tapi semakin dirasa dia semakin tidak bisa berbuat apapun selain menerima kehamilannya.

Menjadi seorang ibu berumur 16 tahun, entah bagaimana teresa akan menyikapinya. Yang ia tahu ia harus menguatkan mentalnya, bangkit perlahan dan menuntut pelakunya. Itu tujuannya sekarang.

Walau trauma kadang masih menjajah mentalnya.

Teresa keluar dari kamarnya, menyiapkan sarapan untuk mama dan papanya yang hari ini akan ke restoran seharian penuh. Pertengkarannya dengan jian semalam pun sudah terlupakan. Jian turun dari tangga dan menyapanya. Menerima sarapan roti bakarnya.

Tapi teresa tahu, ada yang berbeda dengan jian. Entah... Mungkin jian memang sudah memilih diam.

"Boleh.. aku melihat foto arse?"

Jian menghentikan pergerakannya mengunyah lalu menatap mata teresa yang langsung membuang muka.

"Untuk apa?"

"Hanya.. ingin."

Jian merogoh kantong seragamnya, lalu mencari sebuah foto. Iya, jian pernah memfoto arse secara diam-diam. Hasil foto layaknya paparazzi.

Saat melihat foto arse, sontak teresa meneteskan air matanya. Kenapa hatinya begitu sakit ketika melihat wajah sahabatnya ini. Melihat sepupunya menangis, jian mengambil kembali hpnya.

"Kamu mungkin akan terkejut ketika mengetahui kabarnya sekarang."

.....

Teresa memutuskan membawa jalan-jalan anaknya yang sudah berumur satu tahun itu. Bayi cantik, manis dan begitu menggemaskan. Dengan bantuan kain gendongan, Teresa menaruh bayinya didepannya.

Berjalan-jalan menikmati pemandangan yang segar. Bagaimana dengan sekolah? Teresa memutuskan akan mengambil paket. Karena keluarganya kurang mampu untuk menyewa guru privat.

All For You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang