Peri Cintaku

389 65 6
                                    

Aiko menaruh makanannya di meja, menunggu suaminya turun dari kamar dan akan segera berangkat bekerja. Setelah itu aiko berjalan menuju satu kamar.

Itu kamar anaknya atau lebih tepatnya, kamar anak-anaknya dengan suami yang kedua. Iya, aiko bisa dibilang mempunyai tiga anak sekarang. Arse, Athirah dan Avirah.

Walau athirah dan ahirah tahu mereka mempunyai seorang kakak, aiko tidak akan berharap banyak arse mengakui kedua adiknya.

"Kalian turun agak telat.."

"Iya mah, virah tadi sibuk cari buku tulisnya." Ujar athi yang sepertinya mulai jenuh menunggu saudara kembarnya.

"Sarapan dulu ya, nanti mama carikan bukunya."

Langsung saja athi dan virah menuruti perintah sang mama. Athi dan virah tahun ini baru memasuki sma jadi mereka masih dalam masa adaptasi. Aiko harus extra dalam membantu mereka menyiapkan keperluan.

Si kembar sampai di meja makan dan tepat berbarengan dengan papa mereka. "Mama kemana?"

"Tuh..." Aiko menyusul. Kemudian mereka berempat sarapan bersama. Sambil berbincang hal kecil. Zayyan adalah seorang Direktur disebuah perusahaan. Memang sibuk namun kepribadian zay yang hangat dan mengutamakan keluarga adalah point plusnya.

Setelah sarapan dan berpamitan, aiko mengantar kedua anaknya ke sekolah. Disepanjang perjalanan mereka membicarakan banyak hal. Termasuk rencana perayaan ulangtahun si kembar.

"Kalian mau hadiah apa dari mama nih?" Tanya aiko sesaat setelah mereka sampai di depan gerbang sekolah.

Si kembar saling tatap sebentar. Kemudian menatap penuh harap pada sang mama. "Mah... Ini ulangtahun kita yang keenam belas jadi...boleh gak mama undang kak arse?"

Aiko terdiam, sorot matanya berubah. Yang bisa ia lakukan hanya mengulas senyum tipis.
"Mama gabisa pasti, tapi.. mama usahakan ya?"

Si kembar mengangguk antusias kemudian pamit masuk ke dalam sekolah. Sementara Aiko terdiam dan melamun didalam mobilnya.

Athirah dan avirah memang sudah melihat foto dan mengetahui fakta tentang arse. Itu sudah dua tahun yang lalu. Namun baru sekarang mereka meminta pada aiko untuk dipertemukan. Aiko gugup tentu saja.

Dan sudah empat bulan sesudah kepindahan, aiko belum sekalipun menelpon arse. Aiko tahu, arse takkan memulai lebih dulu. Karena yang arse pikir ia tidak mau menganggu aiko. Aiko benar-benar merasa dirinya sudah keterlaluan.

"Tapi kalau mama mau aku, hubungi aku dan aku selalu akan datang. Ingat itu ya ma."

Aiko meneguk ludahnya susah payah. Dia mencari ponselnya dan mengetikkan sebuah nomor. Aiko hanya merasa bersalah dan tidak enak.

Dan dengan keberanian memulai, aiko menghubungi anaknya.

"Halo arse.." dua kata itu adalah awal mula. Aiko tidak tahu seberapa besar rindu arse mendengar suaranya.

"Halo ma.."

"Anak mama baik-baik aja?" Namun aiko tersenyum, mendengar suara anaknya saja hatinya sudah benar-benar menghangat.

Hening sebentar, arse tak kunjung menjawab. Dan aiko mendengar nafas yang memberat.

"Aku baik. Kenapa mama telpon aku?mama sedih?"

"Arse.."

"Iya ma..aku disini."

"Kedua anak bungsu mama. Sebentar lagi akan ulangtahun. Mereka tahu kalau mama juga punya anak sebelum mereka, mereka mau ketemu kamu arse. Mama ga memaksa, tapi anggap saja kedatangan kamu adalah hadiah."

All For You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang