Panah Tuduhan

377 74 8
                                    

Seminggu kemudian, arse akhirnya diperbolehkan kembali pulang dan melanjutkan sekolahnya. Dikelas pun dia disambut bahagia oleh teman-temannya.

"Oh Arse, sebenarnya aku ga mau bilang ini karena kamu baru sembuh dari sakit. Tapi zidane sedang tidak bisa masuk sekolah karena anggota keluarganya ada yang wafat. Tidak apa kan sementara kamu yang menghandle kelas?" Tanya Jian dan arse menggeleng sambil membereskan buku-bukunya.

"Tidak apa, itu tugasku jadi wakil."

Maju ke depan kelas, arse mulai membuat data absen kelasnya. Memanggil satu-persatu teman-temannya dan mengecek jadwal kelas guru apa saja yang akan mengajar mereka hari ini dan melapor kepada wali kelas.

Terberkatilah kelasnya yang sangat kompak dan sangat bisa mengerti keadaan arse. Ya walau harus arse akui, pembahasan mereka sangatlah menjijikkan di telinga arse. Jangan kalian tebak apa yang mereka bicarakan, terlalu kotor.

Lalu saat mau masuk jam istirahat kedua, Jian mendekatinya. Dia bilang mau bicara.
"Tolong beri aku surat izin se, aku mau pulang sebentar."

"Ada apa?"

"Hal mendesak, tidak akan lama." Mungkin...

"Oke."

Arse jadi penasaran ada apa dengan jian sampai gadis itu terburu-buru keluar dari kelas.

.......

Teresa mengepalkan kedua tangannya kencang, mengumpulkan segala emosinya pada kepalan tangan itu. Teresa menjambak rambutnya sendiri. Bahkan sang mama yang memastikan dari jauh mulai takut dan khawatir pada putrinya.

"Teresa..."

"Mama!! Ga bisa ma! Aku ga bisa membiarkan arse menanggung dosa yang bukan perbuatannya."

"Apa maksud kamu?"

Tidak menjawab, teresa keluar dari kamarnya dengan langkah cepat. Mengambil sepedanya dan keluar dari bagasi. Sang mama berteriak memanggil, mau kemana teresa dengan keadaan yang terburu-buru itu.

Kayuhan sepeda teresa membawanya ke sebuah tempat, dimana semua bencana ini dimulai. Iya, sekolah lamanya. Saat sampai di gerbang sudah banyak orang yang bukan dari dalam sekolah saja. Karena memang saat ini sekolah itu sedang menyelenggarakan sebuah pentas seni yang dibuka umum.

"Teresa..."

Gevian sampai menampar dirinya sendiri, meyakinkan apakah yang ada di hadapannya ini adalah seorang teresa atau halusinasinya. Tapi dia tidak sedang berhalusinasi.

Dan kehadiran teresa mulai mencuri eksistensi beberapa siswa yang telah mengenalnya. Setelah dua tahun berlalu dan sang korban muncul cukup membuat satu sekolah kembali mengingat peristiwa kelam itu.

Seorang gadis mendekati Teresa, dia adalah sahabat dekat teresa.
"Teresa.. kenapa kamu disini?" Tanya temannya dengan lembut dan pelan.

"Kenapa? Ini untuk umum kan?" Jawab teresa dengan sinis.

"Bukan begitu maksudku, kenapa...kamu datang?"

"Bukankah ini waktu yang tepat? untuk aku membalikkan keadaan." Jawab teresa sambil menatap lurus ke satu arah yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Gevian yang seolah peka terhadap situasi pun mencengkram erat lengan teresa. "Tidak... Tidak disini teresa, nama sekolah bisa hancur."

Tapi teresa berontak, menatap tajam gevian. "Kau ingin melindungi si brengsek kak?" Tanya teresa. Gevian jelas menggeleng.
"Aku melindungi sekolah."

"Alasan yang tolol!"

"SEKOLAH INI DIPENUHI OLEH MANUSIA-MANUSIA MUNAFIK!!" teriak teresa membuat semua mata tertuju kepadanya, diantara kerumunan itu bahkan juga ada sona dan aichie.

All For You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang