Yang Telah Patah

414 77 13
                                    

Arse tetaplah manusia yang bisa merasakan kehilangan, sedih, kecewa dan sakit. Dulu arse pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki teman. Dia pernah punya teman.

Teman yang arse pikir akan menjadi rumah keduanya, teman yang arse pikir menerimanya dengan apa adanya. Teman yang bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah.

Tapi arse salah, justru kini, orang yang ia anggap teman itu kini menjadi titik balik sebuah masalah yang membuat jalan kehidupannya semakin pelik.


Arse menutup bukunya, menyimpannya kembali ke dalam tas. Lalu mengambil hp nya yang ada di tas. Mengabaikan keadaan kelas yang sedang ricuh karena tidak ada guru yang mengisi kelas dari dua jam yang lalu.

Baru saja ia akan mengecek pesan masuk, dari arah depan jian mengejutkannya. Arse ingin marah, dia tidak suka dikejutkan. Tapi dia hanya diam saja.

"kamu tau? Aku kesal sama zidane. Apa-apaan dia, melarangku dekat sama kamu se."

Arse cuma diam.

"Padahal kan hak setiap orang untuk dekat bukan? Kamu keberatan gak dekat sama aku?"

Entahlah, arse merasa jian berbeda kali ini.

"Jangan ganggu aku an, pergilah." Usir arse dengan halus.

"Ternyata benar katanya, kamu ini sulit."

Alis arse menukik, merasa aneh dengan ucapan jian. Mengapa jian seperti sudah tak asing dengan dirinya?

"Arserean... Jangan abaikan aku seperti itu, kamu mau bertemu teresa kan?aku bisa membawamu pada teresa."

Kepala arse yang semula menunduk terfokus ke hp kini terangkat dan menatap dalam jian, apakah jian tengah berbohong?

Sementara jian tertawa dalam hati, bersorak karena arse telah memakan pancingannya.

.
.
.
.

"Berapa kali aku bilang jian, jangan dekati arse." Zidane tengah menatap sinis jian di dekat gudang lapangan indoor.

Tapi jian seolah tidak peduli.

"Memangnya apa yang salah sih? Aku membuka jalan arse bertemu teresa! Sebagai bentuk pertanggungjawaban, arse ga bisa kabur."

Zidane membantahnya. "Ga pernah ada kebenaran yang pasti siapa pelakunya an!"

Jian tersenyum sarkas. Menyugar rambutnya panjangnya ke belakang. Lalu menatap lekat zidane.

"Memangnya siapa yang berpikir kebenaran akan terkuak? Yang diinginkan hanya pertanggungjawaban. Aku benar kan? Daripada dirimu! Mengetahui semua data rahasia tapi cuma diam sebagai penonton."

Jian berjalan melewati zidane, meninggalkan pemuda itu diam membisu.




Jian Dara Darmawan. Yang tak pernah arse sangka adalah seorang sepupu dari Teresa, temannya.

Dengan pergi secara diam-diam, arse bersama dengan jian akan menemui teresa. Dengan wajah bersedih jian menceritakan keadaan teresa.

"Disanalah teresa.." jian menunjuk ke arah sebuah taman dimana ada sebuah ayunan dan teresa duduk disana, melamun.

Hati arse mencelos, temannya tidak dalam keadaan baik-baik saja bahkan setelah setahun berlalunya kejadian.
Teresa nampak lebih kurus, Teresa memotong rambutnya.

Tapi seperkian detik berikutnya, tatapan mata teresa bertabrakan dengan tatapan mata arse. Teresa langsung berubah panik dan berlari, arse yang tidak mau kehilangan jejak teresa pun mengejar teresa. Jian juha terpaksa mengikuti.

All For You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang