Haruskah arse bersyukur saat ini?
Saat teman-teman sekelasnya menerima dengan sangat baik. Mereka semua sangatlah baik, mereka tidak membicarakan keburukan atau menghinanya.Terutama jian, dia sangat ramah dan perhatian. Wanita itu juga ramah kepada adik kelas atau kakak kelasnya. seperti primadona saja.
"Sebaiknya kamu ga usah ikut jam olahraga." Zidane menahan tangannya saat mereka akan menuju ruang ganti seragam.
"Kenapa?"
Zidane menghela nafas. "Pengidap Trombositopenia, rentan."
Arse menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya cukup terkejut karena ada seseorang yang mengetahui penyakitnya itu.
"Jangan heran se, aku ketua kelas. Aku tahu semua data siswa kelas ini. Aku bilang begini bukannya ada maksud jahat, hanya kita cuma menjaga kan?"
Arse masih diam, sebenarnya dia ingin sekali memainkan bola basket. Meskipun di mansion diperbolehkan tapi itu hanya sebulan sekali. Apa tidak bisa mencuri waktu di sekolah?
"Kamu tidak mau kan ayahmu mendapat laporan tentangmu."
Ah, arse pasrah saja. Tidak jadi mengganti seragamnya dan mungkin hanya akan menyaksikan dari pinggir lapangan saja.
Sementara teman kelasnya memulai jam olahraga, arse mendapat telpon dari damian. Kenapa bisa ada nomor damian? Entah, arse mana tahu. Dia kan jarang pegang hpnya, hanya jika ingin mengirim pesan ke mamanya saja.
"Iya?"
"Bagaimana disana?"
"Cukup baik."
"Senang mendengarnya. Ayah akan pergi ke Philipina selama dua hari, aku hanya memberitahumu. Jadi jika kau membutuhkan apa-apa, kamu bisa datang padaku se."
"Jangan merepotkan dirimu sendiri, apa pekerjaan yang ayah berikan padamu kurang banyak sampai harus mengurusku juga? Aku punya Andre."
Disebrang sana damian hanya mengulas senyum. Dia tidak marah sama sekali dengan ucapan arse.
"Aku hanya menawarkan bantuan, hanya membuat kita tidak lagi canggung. Kalau begitu aku tutup ya? Bersenang-senanglah."
Arse lah yang menutup panggilan duluan dan langsung mengantongi hpnya lagi.
Tidak berapa lama kemudian, arse menarik ucapannya jikalau kehidupan sekolahnya akan lancar sekarang. Ternyata dimanapun sama saja.
Ada saja para pembenci. Dari kelas sebelah yang menantang dengan angkuhnya.
"Siapa yang bisa melakukan free throw dengan mata tertutup maka kelasnya akan mendapat traktiran roti madu di kantin!"
Itu cuma taruhan biasa bagi arse. Tapi entah kenapa rasa gengsi dan perseteruan terasa kuat diantara kelasnya dan kelas yang menantang itu.
"AYO PILIH PERWAKILAN!!"
Zidane memerhatikan satu-persatu teman sekelasnya.
"Kenapa diam doang? Ga ada yang mau maju kah?" Gumam arse dari bangku pinggir yang merasa heran dari kelasnya belum memutuskan.
"Kelas mu ga ada yang berani kah?" Tanya Morgan selaku pemimpin kelas yang menantang itu kepada zidane.
Akhirnya arse turun ke lapangan, mengambil satu bola.
Morgan melihat kedatangan arse yang asing.
"Anak baru?" Tanyanya kepada zidane dan zidane mengangguk."Siapa nama?"
"Arse."
Morgan tersenyum kemudian mengangguk. Dari kelasnya maju perwakilan bernama Justin.
Mereka akan melempar secara bersamaan ke dua ring basket dengan mata tertutup, siapa yang masuk kelas itulah yang mendapat traktiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
All For You✓
Teen Fiction"mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari.." "Aku tak perlu bahasa apa pun Untuk mengungkap aku cinta kamu Aku tak pernah beristirahat Untuk mencintai kamu sesuai janjiku.." Dua penggal lirik itu, mewakili kisah ini. Tentang...