Perubahan

381 77 12
                                    

        Arse memandangi layar ponselnya. Wajah sendu, hilang harapan. Begitu sakit kala semua yang arse lakukan hampir sama seperti halusinasi.

Ada puluhan mungkin ratusan pesan yang arse kirim kepada sang mama. Namun mama tidak pernah membalas pesannya. Hanya membaca. Apa sang mama benar-benar tidak peduli padanya? Sama seperti ayah.

"Mama bahagia ya sama keluarga baru mama? Yah gapapa. Harapan aku sama mama sekarang cuma tipis." Gumam arse seorang diri menatap foto mamanya.

Arse sudah yakin dengan dirinya sendiri. Semalaman arse merenungi beberapa alasan mengapa ia masih harus mempertahankan hidupnya. Dan berharap pada sang mama hanyalah sia-sia semata. Maka, ia akan berhenti.

To. Mama

"Ma.. aku ga pernah bosan kirim pesan ke mama. Aku ga pernah keberatan jika mama cuma membacanya dan tidak membalas. Tapi sepertinya aku sudah lelah.

Mama tidak bisa membantuku, itu kenyataannya. Makanya mama ga pernah membalas satupun.

Aku janji sama mama. Aku akan berhenti mengusik hidup mama. Ini pesanku yang terakhir ma. Pintaku.. tolong jangan hapus namaku disetiap doa mama,ya? Aku masih butuh doa baik dari mama."

[Blocked]



PRANG!!!!





Arse melempar hp nya kencang dan tepat sasaran mengenai sebuah bingkai foto. Sebuah bingkai dimana sebagai tempat foto arse dengan mamanya kala ia kecil..

Bingkai itu hancur, sama seperti harapan yang arse simpan.

Andre yang mendengar suara pecahan pun masuk terburu-buru ke kamar arse, sedikit terkejut dengan keadaan didepan matanya.

"Arse.. aku akan membeli bingkai yang baru, tenang saja. Fotonya masih aman. Hp nya mau beli baru atau perbaiki aja?"

Arse menyibak selimutnya dan berdiri mendekati andre.

"Fotonya mana?" Pinta arse mengadahkan satu tangan ke andre. Tanpa babibu andre memberikan satu foto itu. Dan kali ini andre benar-benar terkejut dengan perbuatan arse.

Arse merobek foto itu sampai jadi tak berbentuk. Lalu membuangnya ke lantai.

"Arse.." suara andre tercekat. Tak menyangka, barang yang paling arse sayangi hari ini arse juga yang menghancurkannya.

"Jangan pernah membahas mama lagi. Dia bukan bagian dari hidupku lagi om."

"Tapi dia ibumu arse! Dia yang melahirkan kamu. Kamu masih ingatkan sama harapan kamu? Kamu ingin pergi dan hidup sama mama jika kamu sembuh, ingatkan?" Andre memegang erat kedua pundak arse.

Arse menatap mata andre.
"Harapan apa? Berharap pada mama sama saja seperti membunuh diriku sendiri. Berhenti adalah cara yang pasti. Mama punya prioritas yang lain, aku bukan prioritasnya."

Arse melepas tangan andre dari pundaknya. Lalu arse keluar dari kamarnya. Masih lengkap dengan baju piyama putih bergaris birunya.

Andre pun mengikuti, mau kemana tuan mudanya itu.

Arse terus berjalan. Lama-lama ia ngos-ngosan sendiri berjalan dirumahnya sendiri. "INI RUMAH BERAPA METER PERSEGI SIH?!! LUAS BANGET, BANGSAWAN JUGA BUKAN MAKE RUMAH SEGEDE GABAN!"

andre mengelus dadanya, sangat amat terkejut tetiba mendengar arse berteriak ngegas pada ucapannya. Bahkan juga para maid, pertama kali mereka mendengar arse begitu.

"Arse.. jangan berteriak, nanti sakit tenggorokannya." Tegur andre.
Tapi arse tidak memperdulikan andre, dia kembali melanjutkan jalannya.

Lalu arse berhenti lagi di sebuah lorong dimana ada sebuah jendela besar berderet dengan beberapa tirai berwarna merahnya..

All For You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang