"Mas Gunawaaan !" sebuah teriakan menghentikan motor yang dikendarai Gunawan. dia menoleh ke arah belakang, dilihatnya seorang gadis dengan rambut di kepang dua, tengah berlari menghampirinya. Gadis sederhana dengan dandanan yang sederhana pula, tampak manis di pagi hari itu. Dulu Gunawan amat dekat dengan gadis itu, tapi setelah lama bekerja di kota, dia hanya menganggap Suni sebagai teman biasa. Lain halnya dengan Suni yang sangat mencintai Gunawan. dia ingat, dulu Gunawan pernah berjanji, bahwa kalau dia sudah banyak uang, maka dia akan melamar Suni. Ucapan itu di simpan di hati Suni, dan akan ditagihnya pada suatu hari nanti.
"Suni ?"
"Tahu-tahu mas Gunawan sudah ada disini. Kapan pulang ke kampung mas?"
"Sudah kemarin sore."
"Sudah kemarin? Kok nggak mampir kerumah sih? Mas Gunawan lama di kota, lalu lupa sama Suni kan?"
"Bukan, tidak lupa, aku kan pulang karena ibu aku sakit. Jadi begitu pulang, langsung mengurus sakitnya ibu."
"Bude Marto sakit apa?"
"Kecapekan mungkin, tapi sudah agak mendingan kok."
"Oo, nanti setelah dari pasar aku mampir deh."
"Iya Suni, nggak apa-apa kok."
"Ini mas Gunawan mau kemana?"
"Mau ke apotik.. aku pergi dulu ya.."
"Aku ikut mas.."
"Lho, katanya mau ke pasar, nanti kesiangan."
"Nggak apa-apa mas. Aku kangen banget sama mas Gunawan."
"Besok sebelum kembali aku mampir kerumah."
"Nggak sabar aku mas," kata Suni yang kemudian langsung naik di motor Gunawan, sehingga mau tak mau Gunawan terpaksa membawanya juga.
Suni merangkul pinggang Gunawan erat-erat. Kerinduannya tak tertahankan lagi. Sudah lama Gunawan pergi, sejak kuliah dikota, lalu bekerja disebuah perusahaan besar, lalu jarang pulang, dan kalaupun pulang tak pernah menemui dirinya. Semula Suni membiarkan saja, dan mengira Gunawan sedang mengumpulkan uang sebelum benar-benar melamarnya. Tapi kali ini Suni harus menagih janjinya. Tampaknya Gunawan sudah menjadi orang kaya. Motornya dari merk terkenal dan model terbaru. Bajunya bagus, menambah ketampanan yang sangat dipujanya.
"Suni, lepaskan tangan kamu, nggak enak dilihat orang," tegur Gunawan yang merasa risih.
"Biarkan saja mas, kita kan orang-orang muda yang sedang jatuh cinta," jawab Suni tanpa mengendurkan rangkulannya.
"Ah, kamu.."
"Nggak suka ya aku berpegangan begini. Aku takut jatuh, tahu !"
"Cuma nggak enak dilihat orang," jawab Gunawan kesal.
***
Ketika sedang menunggu obat di apotik yang agak jauh dari rumahnya, Suni terus menempel di pundak Gunawan.
Bebarapa orang mengawasinya, tapi beberapa lagi mengira bahwa Suni sedang sakit dan sedang menunggu obatnya.
Tapi Gunawan yang melihat beberapa pasang mata menatap mereka, segera menjauh dikit.
"Mas, kok gitu sih."
"Jangan begitu, nggak enak dilihat orang."
"Mas, kalau orang-orang kota itu , bergandengan tangan sepanjang jalan, atau menempel lekat-lekat seperti ini, nggak ada sungkan-sungkannya kan? Pada suatu hari nanti aku bakal jadi orang kota juga kalau ikut mas, jadi biarkan saja aku bersikap seperti orang kota," kata Suni tanpa sungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...