CYT 11 : Rencana Beli Mobil✨

3 4 0
                                    


Gunawan membuka lebar-lebar matanya. Barangkali dia salah melihat. Tapi benar. Itu Anto, dengan seorang wanita. Bergandengan mesra, dan itu tidak wajar kalau hanya teman biasa. Gunawan ingin menghentikan mobilnya, tapi jalanan sangat padat, dan mobil-mobil sudah ramai membunyikan klaksonnya. Gunawanpun berlalu, melaju ke rumah sakit.

"Kalaupun aku berhenti, lalu menemuinya, apa yang harus aku katakan? Aku bukan siapa-siapa bagi mereka. Tapi mengapa aku merasa ingin marah? Bagaimana kalau Yessy tahu tentang hal ini? Hubungan macam apa yang terjadi diantara kedua orang itu?" gumamnya berkali-kali sampai kemudian dia sampai dirumah sakit.

Gunawan mampir ke loket administrasi untuk menyelesaikan seluruh biaya yang harus dibayar.

Ketika Gunawan memasuki kamar rawat inap pak Kardi, dilihatnya pak Kardi sudah duduk ditepi ranjang dengan gelisah. Dia bernafas lega begitu melihat Gunawan.

"Aduuh.. hampir saja aku pulang sendiri Gun."

"Maaf, jalanan sangat macet, jadi nggak bisa segera sampai."

"Aku kira Darman yang akan menjemput aku."

"Darman mau berangkat, tapi saya mencegahnya. Biar saya saja, kan lebih dekat."

"Aku ini menyusahkan banyak orang ya Gun."

"Tidak, semuanya ikhlas membantu. Yang penting Pak Kardi harus tenang, dan jangan banyak berpikir. Nanti dibawa lagi ke rumah sakit lho," kata Gunawan menakut-nakuti.

"Iya, akan aku coba."

"Sudah siap semua? Mana yang harus dibawa?"

"Cuman itu, baju-baju, dan apa lagi, semua sudah aku masukkah kedalam tas besar. Darman juga membelikan aku beberapa baju untuk ganti."

"Baiklah, sini biar saya bawakan. Ayo kita pulang."

Pak Kardi bangkit.

"Bagaimana pembayarannya? Darman kemarin aku suruh mengambil uangku didalam almari. Itu pemberian Suni, entah berapa aku belum pernah menghitungnya."

"Tidak usah, simpan saja uang itu, barangkali Pak Kardi memerlukan sesuatu. Semuanya sudah beres."

"Kamu yang bayar?"

"Mas Darman."

"Kalian itu bohong semua. Kemarin Darman bilang bahwa kamu yang akan membayar. Sekarang kamu bilang Darman yang bayar."

Gunawan tertawa sambil mengangkat tas berisi baju-baju pak Kardi.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Siapa yang bayar itu kan tidak penting. Yang paling penting adalah Pak Kardi sehat dan bisa pulang kerumah."

Mereka berjalan beriringan ke arah parkiran.

"Ini mobil kamu ?" tanya pak Kardi sambil naik mobil ketika Gunawan membukakan pintu.

"Iya. Mobil dari perusahaan," kata Gunawan sambil duduk di kemudi dan membawa pak Kardi pulang.

***

Ketika Suni selesai membersihkan meja makan, dia mengira Yessy sudah berangkat kembali ke kantor. Tapi ternyata dilihatnya Yessy masih ada di teras. Suni melangkah ke depan.

"Ternyata ibu masih disini?"

"Iya, kalau aku pergi pasti pamit sama kamu dong."

"Iya sih.."

"Taksinya belum datang-datang nih, dari tadi aku nungguin."

"Waduuh.. mengapa tidak disuruh jemput teman ibu yang tadi mengantar sih."

Cinta Yang TerserakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang