Suni melambaikan tangannya dengan lemas.
"Toloong.." dia merasa sudah berteriak, tapi suaranya serak.
Tubuhnya benar-benar lemas. Sejak semalam kedinginan dan seharian tertepar lemas tanpa makan. Lalu terbayanglah wajah tua ayahnya. Seperti tak rela ketika dia berpamit pergi. Seperti tak percaya ketika dia memberikan segumpal uang. Apakah ayahnya sudah merasa bahwa dia akan masuk kedalam perangkap singa perempuan berwajah cantik? Ayahnya tak merasa senang ketika wajah cantik dibelakang kemudi mengangguk kepadanya. Naluri seorang ayah lebih tajam. Dia yang bodoh karena silau mendengar hasutan setinggi langit, dan akhirnya apa? Dia seperti sebatang ranting yang di rusak . Siapa yang peduli? dia bahkan dikira kuntilanak. Lambaian tangannya membuat orang ketakutan.
"Ya Tuhan..."
Suni tiba-tiba mengingat Tuhan.
Akankah dia ingin kembali kepada ayahnya? Tidak. dia tak ingin ayahnya bersedih mendengar kegagalannya. Memang benar dia bisa menyelamatkan diri dari cengkeraman si Buas tambun itu, tapi ayahnya pasti justru akan memarahinya.
Suni bangkit perlahan. dia belum ingin mati. dia melangkah terombang-ambing. Terkadang berpegangan pada kayu yang kebetulan ditemuinya. Lalu dia menyesali cara dia berpakaian. dia kembali kedinginan. Hari mulai gelap. Beberapa kendaraan melintas, tapi siapa peduli pada langkah kaki lemas yang penuh kotor dan derita?
"Beri aku baju.. beri aku baju.." bisiknya lirih.
Tangan Suni bersedakap, tapi udara yang mulai dingin tak mampu menyingkir dari tubuhnya. Tapi Suni benar-benar tak ingin menyerah. Dia terus melangkah dan melangkah.
"Kemana aku harus pergi?"
Suni bingung sendiri. dia harus kemana. dia tak tahu jalan. Ingin kembali kepada majikan tokonya saja dia tak tahu alamatnya dimana. Ingin mencari tetangga desanya yang mencarikan pekerjaan saja juga tak tahu dimana alamatnya.
"Baju.. aku butuh baju.. Wiji.. dimana kamu.. hanya kamu yang aku kenal dikota ini, tapi aku tak tahu kamu ada dimana."
Suni terus melangkah.
"Ya Tuhan.. tolonglah aku.. sungguh aku bertobat.." bisiknya berkali-kali.
Dan Suni tetap melangkah sambil terombang-ambing.
Tiba-tiba sebuah cahaya lampu menyorot kearahnya. Sebuah mobil mendekat. Suni melambaikan tangannya. Tapi hanya sekilas. Tiba-tiba dia takut itu mobilnya pak Frans. Atau barangkali tak ada yang akan peduli karena mengira dia kuntilanak.
Tapi beberapa puluh meter didepannya, mobil itu berhenti.
Suni berdebar ketika seseorang turun dari mobil.
"Ya Tuhan, seorang laki-laki."
Suni ketakutan. Laki-laki melihat perempuan sendirian dimalam hari, pastilah laki-laki iseng atau mesum yang ingin mengganggu. Kalau sampai dia disiksa atau mau diperkosa, dia tak lagi punya kekuatan untuk melawan. Dan perasaan itu membuatnya takut, dan jatuh tertelungkup.
Laki-laki itu semakin mendekat.
"Ya Tuhan, apa dia mati?" teriakny.
Seorang lagi keluar dari mobil itu. Tapi dia perempuan. dia mendekat.
"Ada apa mas?"
"Perempuan ini tiba-tiba jatuh pingsan. Aku kira mati, dia masih hidup."
"Kasihan mas, ayo angkat dia ke mobil."
Sepasang laki-laki muda dan perempuan itu adalah pengantin baru yang mau pulang dari berbulan madu diluar kota. Mereka Yessy dan Rudianto.
Anto mengangkat tubuh Suni yang terkulai, dan menidurkannya di jok belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Aléatoire~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...