CYT 19 : Pria Gagah Misteri✨

4 3 0
                                    

Yessy terkejut. Begitu saja Indri bersimpuh dan memegangi baju bawahnya, sambil menangis. "Tolong saya mbak, tolonglah.. saya hamil mbak.. mas Anto harus menikahi saya. Kalau tidak, bagaimana dengan bayi yang saya kandung ini?"

Tiba-tiba saja Yessy merasa perutnya mual. Seorang wanita, telah merendahkan dirinya dengan membiarkan seorang laki-laki yang bukan siapa-siapanya untuk bermain, lalu membuatnya hamil, bahkan dengan suka cita, kemudian bersimpuh dihadapannya untuk meminta maaf dan minta agar suaminya menikahinya.

Yessy ingin mundur ke belakang, tapi Indri memegang ujung bajunya kuat-kuat.

"mBak, ijinkan mbak, tolonglah saya."

"Yessy, aku bersalah. Aku tak bisa menahan diri, tapi semuanya sudah terlanjur. Kamu berhati baik, tolonglah kami."

Yessy tak menjawab. Matanya masih menyala, seakan ada api menyembur dari sana. Apa yang harus dia lakukan? Seorang wanita minta agar suaminya menikahi dia dengan alasan sudah terlanjur mengandung? Salah siapa maka Yessy yang harus berkorban untuk mereka?

"Yessy, janganlah sampai air mata kamu menitik. Jangan menangisi laki-laki tak berguna itu." kata batin Yessy.

"Yessy..." suara Anto terdengar seperti rintihan.

"Saya akan mati menanggung malu kalau sampai mas Anto tidak menikahi saya."

"Mengapa kamu tidak mati?" ingin sekali kata-kata itu dilontarkannya, tapi mulut Yessy terasa capek.

"Tolonglah saya.." Indri masih meraung. Yessy ingin menendang wanita itu agar terlempar kemudian melepaskan bajunya, tapi Yessy ternyata tak berani melakukannya. Dia bahkan mengangguk ketika sekali lagi Anto memohon.

"Yessy, ijinkan aku menikahi dia. Dan jangan ceraikan aku karena aku sangat mencintai kamu."

"Cinta? Hahhh !"

"Nikahi dia, dan enyahlah dari hadapan aku !" marah Yessy keras, nyaris berteriak.

Anto ingin mendekat dan memeluknya untuk mengucapkan terimakasih, tapi Yessy mendorongnya dengan jijik.

"Enyahlah !!"

"Yessy, aku akan tetap mencintai kamu," kata Anto sambil menarik Indri agar berdiri, kemudian setengah berlari meninggalkan rumah.

Yessy jatuh terduduk di sofa. Dia ingin menjerit, tapi dia selalu teringat kata-kata Gunawan. Laki-laki itu tak berharga untuk ditangisi.

Dia terengah-engah, sedapat mungkin menahan keluarnya air mata. Apa yang harus dia lakukan? Lalu Yessy teringat kata Gunawan, ketika bapaknya bertanya, apakah Yessy berbahagia? Aduhai, kalau sampai bapaknya tahu tentang rumah tangganya, apakah tidak akan bertambah sakit? Tadinya dia ingin menggugat cerai suaminya, tapi mengingat bapaknya, Yessy mengurungkan niatnya.

"Lalu akan seperti apakah hidup aku ini?" jeritnya lirih.

***

Sudah agak malam ketika Gunawan datang ke rumah sakit. Dilihatnya Suni duduk disamping ranjang pak Murti, sambil memijit-mijit kakinya pelan.

Melihat kedatangan Gunawan, pak Murti melambaikan tangannya dengan lemah. Gunawan mendekat, kemudian memegang tangan itu dan menciumnya. Bibir pak Murti bergerak-gerak.

"Bapak ingin menanyakan Yessy?"

Pak Murti tampak mengangguk pelan. Tidak persis seperti sebuah anggukan, tapi mata itu mengiyakan.

"Bu Yessy baru pulang sebentar pak, mungkin mengambil baju atau apa," kata Suni. Tapi mata Suni kemudian menatap Gunawan, dan mulutnya berbisik.

"Susullah ke rumah mas."

Cinta Yang TerserakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang