Suni membersihkan rumah dan mengepel seluruh rumah kecuali kamar, karena takut ada yang hilang. dia mengelap semua debu di perabotan, yang tentu saja agak tebal karena beberapa hari ditinggal keluar kota. Masih ada sisa-sisa pegal di kaki dan tubuhnya, tapi dia mengabaikannya. dia tak ingin tampak terasa nyaman ketika diberikan tempat tinggal oleh keluarga Yessy. dia harus memperlihatkan sikap baik yang tidak mengecewakan.
dia ingin memasak, tapi tidak ada sayur atau apapun yang bisa dimasaknya. Tapi tidak, di freezer ada sepotong daging, walau tidak banyak tapi cukup untuk sekali masak. Suni melihat kotak bumbu, agar bisa menentukan apa yang harus dimasak dengan daging itu.
Masih ada cabe, masih ada bumbu-bumbu, adakah bumbu seperti laos, salam, jahe, kunyit.. aduuh.. daun jeruk sudah kering..
"Tak apa, ini bisa dibuat rendang," gumam Suni.
Kemudian dia mengeluarkan daging itu, membiarkannya beberapa saat agar tidak lagi membeku. dia menyiapkan bumbu, menguleg dan menumisnya, lalu memberinya sedikit air, baru kemudian mengiris-iris dagingnya.
Suni merasa puas bisa melakukannya. Ini kebiasaan dia ketika bekerja di toko pakaian. Sang majikan membiarkan Suni masak apapun yang bahannya ada. Dan masakannya membuat sang majikan puas. Dia sering memuji bahwa masakan Suni itu enak.
"Tapi nanti bu Yessy marah nggak ya, jangan-jangan aku dimarahi karena lancang," katanya sambil mengaduk-aduk rendangnya.
Bau harum rendang sangat menyengat. Suni menutupi wajannya agar dagingnya menjadi empuk.
dia membersihkan dapur, lalu membuka tudung saji di meja makan. Masih ada sisa nasi goreng. Dia belum sarapan sejak tadi. Suni mengambil sisa nasi goreng itu dan memakannya di dapur.
Sambil makan itu Suni merenungi hidupnya. dia merasa bersalah telah meninggalkan kampung dan bapaknya yang sudah tua. Puaskah bapaknya ketika dia memberikan sejumlah uang yang diberikan nyonya cantik yang ternyata jahat itu?
Ada rindu menempel di dadanya. Dia kangen teguran-teguran bapaknya, kangen mencuci baju bapaknya yang apek setelah pulang dari sawah. Dia kangen menghabiskan sisa makan bapaknya setiap kali bapaknya merasa kebanyakan ketika dia mengambilkan nasi.
Lalu begitu nasi goreng yang disantapnya telah habis, dia berdiri sambil mengusap air matanya.
Ketika daging rendang itu empuk dan terasa enak ketika dicicipinya, Suni mematikan kompor dan menaruh rendang itu di sebuah mangkuk, lalu meletakkannya di meja, barulah Suni pergi mandi.
Sehabis mandi dia melihat setumpuk pakaian diatas tempat tidurnya. Pakaian-pakaian yang masih bagus, dan berbau wangi. Semuanya panjang sebatas mata kaki, dan lengannya juga panjang sampai ke pergelangan. Suni juga melihat hijab didekat tumpukan itu.
"Ya Tuhan, ini pakaian yang lebih santun daripada pakaian yang pernah aku impikan sebelumnya."
Suni memakainya. Dan merasa senang karena bentuk tubuhnya tak berbeda dengan sang majikan. Suni mengenakannya, juga memilih hijab yang sesuai dengan baju yang dikenakannya. Aduhai apakah itu diriku ? Lalu Suni merasa telah lama melupakan Allah. Oo.. rupanya Yessy juga menyiapkan mukena didekat tumpukan baju itu.
Suni berlari kekamar mandi, berwudhu dan bersujud dengan khusuknya, sampai bercucuran air matanya.
***
Pak Murti kecewa karena ternyata Anto tak mau melepaskan pekerjaan lamanya.
"Saya mohon maaf pak. Ijinkanlah saya melanjutkan tugas saya di kantor saya yang lama, sementara saya juga akan belajar membantu menjalankan bisnis ini," kata Anto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...