CYT 16 : Menikmati Kebebasan Dan Memabokkan✨

5 4 0
                                    


Suni melanjutkan bersih-bersih rumah dengan wajah gelap seperti tertutup mendung. Tapi kemudian dia teringat benda-benda berserakan dikamar. Ini bisa menjadi bukti, lalu dia bergegas menghampiri tas dan mengambil ponselnya. dia memotret seluruh kamar dan barang-barang berserakan disana. Lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Bagimanapun bu Yessy harus tahu," bicaranya sambil membersihkan semua debu. Setelah itu dia baru kembali ke dapur.

Tapi ada pertimbangan lain, yaitu keadaan pak Murti yang mungkin saja masih membuat Yessy sedih. Bagaimana nanti kalau dia tahu bagaimana kelakuan suaminya?"

Suni masih menimbang-nimbang ketika mengambil cucian dan menjemurnya. Bukan di luar tapi didalam ruangan dekat gudang.

"Tapi kalau dibiarkan terus-menerus, dia akan semakin seenak-enaknya."

Jadi apapun yang terjadi, Yessy harus segera diberitahu.

Lalu dia meneruskan memasak.

"Suni.." itu suara Yessy ketika menelpon Suni.

"Ya bu.."

"Masih dirumah?"

"Iya bu.. baru mau goreng ayam."

"Aduh Suni, kalau memang susah nggak perlulah.. , bisa beli kan."

"Saya juga bersih-bersih rumah bu, rumahnya kotor sekali, dan saya.. menemukan..."

"Menemukan apa Suni ?"

"Ini..." lalu Suni kembali ragu-ragu.

"Ini apa sih?"

"Ini, gelas-gelas kotor.. tt.. tapi sudah saya bersihkan."

"Oh, kalau kamar tidak dikunci tolong dibersihkan sekalian Suni..."

"Iit.. itu.. tidak bu.."

"Tidak bagaimana?"

"Mm.. saya tidak tahu dikunci atau tidak, tapi saya tidak berani bu, besok saja kalau ada ibu."

"Suni, aku percaya sama kamu."

"Eh, sebentar bu.. ayam saya hampir gosong."

Lalu Suni menutup ponselnya dengan hati berdebar-debar.

"Hampir saja aku mengatakannya, tapi kenapa aku takut ya. Aduuh, kalau saja ada orang lain yang bisa aku ajak berbincang. Perasaan ini seperti membebani jiwa saya. Harus keluar tapi tak berani mengeluarkannya.

***

Dan ketika sampai di rumah sakitpun Suni tak mampu bercerita apapun.

"Hm, baunya sedap Suni, ayo kita makan, kebetulan bapak lagi tidur."

"Baiklah bu."

Suni meletakkan makanannya di meja sofa.

"Kamu tadi juga membersihkan kamar aku?"

"Oh.. itu.. itu.. tidak bu."

" Gimana sih kamu.."

"Sungguh saya takut bu, besok-besok saja kalau ibu ada."

"Aku tuh sangat percaya sama kamu, kok kamu tetap tidak mau mengerti."

"Yang percaya kan ibu. Nanti kalau ada barang-barang yang hilang, pak Anto pasti marahnya sama saya."

"Jangan dengarkan dia, dia itu memang curigaan sama orang, susah membuatnya percaya. Tapi kalau kamu melakukan yang terbaik, kamu nggak usah khawatir."

"Iya bu."

"Ayo kita makan Suni, kata Yessy sambil menyendok nasi."

"Cuman ayam goreng dan lalapan, sayur di kulkas sudah pada layu bu, saya buang tadi."

Cinta Yang TerserakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang