"Yessy, kamu mendengar apa yang bapak tanyakan?" pak Murti mengulang pertanyaannya karena agak lama Yessy tidak menjawab karena terkejut.
"Oh, iya bapak.."
"Untuk apa kamu membeli mobil baru?"
"Supaya saya dan mas Anto bisa berangkat sendiri-sendiri dan tidak saling mengganggu, bapak."
"Bukankah salahnya sendiri kalau dia tidak mau bekerja ditempat kita? Mengapa harus menggunakan fasilitas dari perusahaan kita?"
"Bapak, saya akan menggunakan dengan uang pribadi saya."
"Wouw.. bagus. Kalau begitu Gunawan tidak harus memikirkannya kan?"
"Mengapa dengan mas Gunawan?"
"Gunawan berusaha agar perusahaan bisa membantu untuk pembelian mobil itu. Dia berbicara dengan aku, tapi aku tidak setuju."
Yessy terdiam. Selalu saja ayahnya meremehkan suaminya. Sakit hati Yessy yang sangat mencintai suaminya.
"Pelan-pelan saya akan bicara agar dia bisa membantu di perusahaan kita," kata Yessy menahan kekesalannya.
"Silahkan saja kalau dia mampu. Baiklah kalau kamu akan membelikan dengan uang pribadi kamu. Mudah-mudahan kamu tidak akan menyesalinya."
Lalu pak Murti menutup pembicaraan itu begitu saja.
Yessy duduk tercenung masih dengan memegang ponselnya. Dia kesal kepada ayahnya yang selalu merendahkan suaminya, tapi dia kesal juga kepada suaminya karena keberatan meninggalkan perusahaan lamanya.
Suni mendekat sambil membawa segelas jus lemon yang tadi dibuatnya.
"Bu, jus lemon yang baru saya buat."
"Terimakasih Suni," katanya lalu meraih gelas itu dan meneguknya pelan.
"Bapakku tidak suka pada suami aku.." gumamnya seperti kepada dirinya sendiri.
"Terkadang perasaan orang tua lebih peka," kata Suni pelan. Dia teringat pada ayahnya yang dulu tampak tidak suka ketika dia pamit bekerja di kota. Kenyataannya dia hampir celaka. Dan hanya keberuntungan saja yang membuatnya bertemu Yessy yang kemudian menolongnya.
"Orang tua lebih peka? Apa maksudnya Suni?"
"Dulu ketika saya pamit kepada bapak saya karena keinginan bekerja di kota, bapak saya sangat keberatan. Saya nekat, dan saya hampir celaka ketika bertemu bandot tua itu."
"Mungkinkah bapak menganggap bahwa suamiku orang yang tidak baik?"
"Maaf bu, saya tidak mengatakan itu. Barangkali bapaknya bu Yessy punya pertimbangan lain."
"Yaaah.. pasti karena bapak kesal setelah menganggap mas Anto tidak mau membantu di perusahaannya."
Tapi Suni tak menjawab. Dia lebih merasa bahwa pak Murti punya perasaan yang peka, seperti juga bapaknya sendiri.
***
Malam itu Gunawan memang berada dirumah pak Murti. Tapi sebenarnya dia bukan ingin mengadukan soal Yessy yang ingin beli mobil lagi. Yang penting ketika dia mengatakannya, ialah meminta pertimbangan pak Murti, apakah mungkin perusahaan bisa mengganti uang pribadi Yessy yang akan dipergunakan untuk membeli mobil demi suaminya. Walaupun Gunawan punya kekuasaan penuh untuk memutuskan sesuatu di perusahaan pak Murti, tapi dia selalu meminta pertimbangan pak Murti untuk sesuatu yang besar.
"Tidak Gun, bodoh sekali kalau kita membelikan mobil untuk Anto sementara dia tidak mau membantu kita. Terserah saja kalau Yessy mau mempergunakan uang pribadinya. Perusahaan tidak akan menggantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
عشوائي~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...