Anto dan Indri sangat terkejut, terlebih Anto yang mengetahui bahwa dia adalah mertuanya. Tapi bukannya menolong dia malah berteriak-teriak.
"Tolong... toloong.. ada yang pingsan.."
Beberapa pelayan berlari mendekat, sementara Anto sudah berdiri sambil menggandeng tangan Indri.
"Siapa dia? Bapak mengenalnya?" tanya seorang pelayan.
Anto menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak.. tidak.. aku tidak mengenalnya, maaf aku harus segera pergi, istriku ketakutan," kata Anto yang kemudian mengajak Indri berlalu dari tempat itu dengan cepat.
"Lhoh, ini kan pak Murti?" kata pelayan yang lain, yang kemudian berlari memanggil manager rumah makan itu.
Manager rumah makan segera memanggil ambulans. Rupanya pak Murti adalah pelanggan rumah makan itu.
"Ini kan pak Murti, pemilik perusahaan Murtiyoso," kata sang manager.
Keributan terjadi, tapi tak seorangpun tahu apa penyebabnya. Kesimpulan sementara adalah pak Murti memang sedang sakit. Pesanan yang dipesanpun belum sempat disentuhnya.
Pelayan yang tadi menghidangkan pesanan hanya melihat ketika dia meletakkan pesanan, tiba-tiba pak Murti berdiri, lalu jatuh tak jauh dari mejanya. Pelayan juga tak memperhatikan pak Murti mau kemana.
"Dia seperti berkata-kata, tak jelas entah apa, lalu aku mendengar dia terjatuh," lanjut pelayan itu.
Tak lama kemudian bunyi mobil ambulan terdengar membelah hiruk-pikuk lalu-lintas di siang hari itu.
***
"Aku minta maaf Yes, kemarin aku bermaksud mencari celah, barangkali perusahaan mau mengganti uang yang kamu pergunakan untuk mobil itu, tapi tak berhasil."
"Tidak apa-apa mas, aku sudah menduga, bapak tak akan mengijinkan. Mas Anto agak kaku, tak bisa sedikitpun mengambil hati bapak."
Gunawan mengangguk. Bersyukur Yessy tak marah ketika pak Murti menolak permintaannya. Rupanya Yessy juga menyadari bahwa bapaknya kurang suka pada suaminya.
"Sudah beres tentang mobil itu?"
"Sudah, tidak yang terlalu mahal, dibawah dua ratusan, soalnya aku juga sedang membangun rumah mertua aku."
"Wouw.. membangun rumah mertua juga rupanya?" gumam Gunawan dalam hati.
"Aku kasihan sama ibu mertuaku. Dia sudah janda, rumahnya bocor disana-sini, dan mas Anto bilang bahwa dia belum sempat memikirkannya."
Gunawan hanya tersenyum tipis. Rasa kasian kembali menyambar. Mulutnya ingin berkata sesuatu, tapi diurungkannya, ketika ponselnya berdering.
"Hallo, benar ini saya, Gunawan, apa? Dari rumah sakit ? Ya Tuhan, kenapa dia? Tiba-tiba pingsan dirumah makan? Baiklah, saya segera kesana." Gunawan menutup ponselnya sambil langsung berdiri. Dia juga menarik tangan Yessy.
"Ada apa mas?"
"Cepat ke rumah sakit. "
"Ada apa? Bapak?" tanya Yessy panik.
Gunawan mengangguk sambil berjalan cepat kearah parkiran, Yessy mengikutinya sambil tersandung-sandung, oleh sepatu hak tinggi yang dikenakannya.
"Memangnya bapak kenapa?" Yessy terus bertanya.
"Belum tahu, katanya pingsan saat di rumah makan."
"Ya Tuhan," Yessy menutup mulutnya.
"Tadianya sore ini aku akan mengantarnya ke dokter untuk kontrol, kami sudah janjian," kata Gunawan sambil naik ke atas mobil, diikuti Yessy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...