CYT 14 : Menghilang✨

5 4 0
                                    


"Suniii..." Suni terkejut karena panggilan itu begitu keras. Dia keluar dari kamarnya dan melihat Anto berdiri sambil memegang pinggang.

"Ambilkan koper kecil didalam gudang, bersihkan dan masukkan barang-barang ini," katanya tanpa nada manis sedikitpun.

Suni melakukan apa yang dikatakan Anto. Dia melangkah ke arah gudang yang letaknya disebelah dapur. Dia melihat-lihat mencari koper kecil, lalu dia melihat bahwa koper kecil itu terletak diatas almari. Suni keluar untuk mengambil kursi, supaya bisa mengambil koper itu.

"Suniiii !!"

"Ya pak.. sebentar, baru mau diambil," jawab Suni sambil naik keatas kursi.

"Kelamaan banget sih !" omelnya sambil melotot kearah gudang.

"Ini pak, letaknya diatas almari itu. Saya harus naik ke atas kursi," katanya sambil menarik koper yang dimaksud. Tapi Suni salah meletakkan kursinya. Sebelah kaki kursi terletak diatas tumpukan karpet sehingga membuatnya tidak seimbang, jadi ketika Suni turun sambil membawa koper itu, kursi tersebut jatuh miring, dan tentu saja membawa tubuh Suni yang masih berdiri sambil membawa kopor itu.

Brakk !

"Anto kembali melotot kedalam gudang, bukannya membantu Suni bangun, dia menarik koper yang tertindih tubuhnya begitu saja.

"Auuww " sakitnya.

"Bodoh !!"

Lalu Anto berlalu sambil membawa koper, meninggalkan Suni yang mengaduh karena pinggangnya terantuk tumpukan kardus.

"Adduh..." sakitnya sambil berusaha bangun.

Suni berdiri sambil mengelus pinggangnya.

"Orang gila !!" marah perlahan.

Suni membawa kursinya keluar dari gudang sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri.

"Sabun sama pasta gigi ! Ambilkan !!" teriak Anto lagi begitu melihat Suni muncul di dapur.

Suni melangkah menuju almari tempat menyimpan stok sabun lalu mengambil sepotong sabun mandi, sebuah sikat gigi dan pastanya sekalian. pelan Suni menyerahkan barang-barang itu dan menyerahkannya pada Anto.

"Masukkan sekalian !"

Suni memasukkannya kedalam koper, tapi dia tak melihat handuk didalamnya.

"Pak, handuknya belum?"

"Ya ambilkan! Yang pembantu itu kamu, bukan aku," marahnya.

Suni menghela nafas kesal.

"Dia memang bukan manusia," bisiknya dalam hati.

Dia mengambil selembar handuk dari dalam almari, lalu memasukkannya ke dalam koper, sebelum serigala kelaparan itu memarahinya lagi. Dia juga sekalian menutupnya. Tapi ketika mau menyerahkan koper itu, ponsel Anto berdering.

"Ya sayangku... iya.. benar.. ah... nggak bisa kayaknya.. aku kan harus ke rumah sakit.. Ini.. istriku minta dikirim baju ganti.. benar.. ah.. kamu sukanya menggoda ya. Besok kan masih ada waktu. Sabar lah, iya.. iya.. ini mau kerumah sakit sekarang.. aduuh... malam-malam jangan menggoda ya. Okey..O iya lah, mobil itu aku ingat, katanya besok mau dikirim. Kamu tenang saja, sudah ya,..mmuaachh."

Suni kan tidak tuli, jarak Anto ketika menelpon hanya terhalang pintu. Telinganya mendengar dengan jelas isi percakapan itu. Ingin dia mengangkat gagang sapu yang ada dibalik pintu untuk di pukulkannya ke wajah tampan yang berhati busuk itu.

Suni meninggalkan koper yang sudah ditutup itu ditempatnya, lalu dia bergegas pergi ke belakang.

"Suniiii..." serigala itu menggeram lagi. Suni keluar dari kamar.

Cinta Yang TerserakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang