"Ayo mas, duduklah, aku mau bicara," kata Yessy yang untunglah tak melihat seikat mawar yang terjatuh dibawah kaki Gunawan.
Dengan sedih Gunawan duduk, sambil menyeret seikat bunga yang tersia-sia itu dengan kakinya, ke bawah kursi yang didudukinya.
"Tadi kemana saja?" tanya Yessy sambil mengaduk es kopyornya.
"Itu, tadi.. mencari.. teman."
"Mas kencan dengan teman mas itu?"
"Ti.. tidak, katanya dia membuka toko disekitar sini," jawab Gunawan sekenanya.
"Ketemu ?"
Gunawan menggelengkan kepalanya, lalu tangannya meraih segelas es kopyor didepannya, dan meneguknya perlahan setelah mengaduk-aduknya.
"Yang aku suka dirumah makan ini adalah es kopyornya," kata Yessy seperti kepada dirinya sendiri.
Memang segar, nikmat, tapi bagi hati yang sedang hancur, semua itu tak ada artinya.
"Makan dulu mas, bicara setelah makan saja, keburu dingin nanti lemaknya menggumpal."
Gunawan tak menjawab. dia mengikuti apa kata Yessy, dan berharap hatinya akan lebih tenang.
"Masih panas, enak kan ?"
Gunawan tetap tak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya. Lalu mereka makan dengan tanpa berkata-kata.
"Mau nambah mas?"
"Nggak.. nggak.." jawab Gunawan tanpa memandang lawan bicaranya. Begitu mereka bertatapan, hati Gunawan terasa perih. Belum lama dia merasa jatuh cinta, lalu tiba-tiba cinta itu terhempas, jatuh hancur seperti mawarnya yang terlepas dari pegangan.
Cinta sehari, lalu tiba-tiba patah hati. Untuk apakah Yessy mengajaknya kemari dan mengatakan akan mengajaknya bicara? Kalau soal pekerjaan kan bisa saja dibicarakan di kantor? Oo, barangkali pak Murtiyoso belum mengatakan apa-apa tentang keinginannya, sehingga Yessy sama sekali tidak tahu. Gunawan merasa nasi yang ditelannya serasa terhenti di tenggorokan. Baru separuh masuk kedalam mulutnya, lalu dia menghentikannya.
"Kok sudah mas? Nggak habis pula? Nggak enak ya?"
Apa yang diucapkan Yessy seperti tanpa perasaan. Barangkai Yessy benar-benar belum mengerti apa yang dibicarakan ayahnya dengan dirinya kemarin.
"Nggak enak ya?"
"Enak kok, tapi tiba-tiba perutku terasa nggak enak," kata Gunawan sambil meneguk kembali es kopyornya.
"Sakitkah ?"
"Tidak.. tidak..." jawabnya padahal sambil menangis, dalam hati.
"Ya sudah mas, sebentar, aku ke toilet ya.." kata Yessy sambil berdiri lalu berjalan kearah toilet.
Gunawan menatap punggung Yessy dengan perasaan tak menentu.
"Aku benar-benar gila, tiba-tiba saja aku merasa jatuh cinta. Ya Tuhan, rupanya dia memang tidak akan menjadi milikku," doaku pelan, sambil mengaduk aduk es kopyornya, kemudian meneguknya sampai habis.
"Aku seorang laki-laki, apapun yang terjadi, aku harus bisa menerimanya," katanya lagi, lalu menyandarkan tubuhnya.
"Mas, capek ya?"
Gunawan menegakkan tubuhnya.
"Eh mas, itu apa? Dibawah kursi mas ada bunga.."
Gunawan hampir terloncat karena kaget. Bodohnya dia, mengapa dia tidak membuangnya ketika Yessy sedang pergi ke toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...