Yessy menundukkan wajahnya. dia tak mengira ayahnya menatapnya seakan sangat marah mendengar jawabannya.
"Coba katakan sekali lagi, bahwa kamu menolak perintah bapak," kata pak Murtiyoso masih dengan tatapan tajam.
"Bapak, Yessy belum pernah melihat bapak seakan memaksakan kehendak, apalagi ini soal perjodohan," kata Yessy pelan, sedikit merasa takut.
"Kamu kan tahu bahwa setiap orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk anaknya?"
"Tapi ini soal jodoh, pak. Yessy tak akan menikah dengan seseorang yang tidak Yessy cintai."
"Cinta itu apa? Kamu bukan lagi seorang gadis remaja yang selalu menurutkan kata hati dan berpegang kepada sesuatu dengan nama "cinta". Apa cinta itu sebetulnya? Suka karena dia tampan, dia pintar merayu, dia sangat romantis. Dan kamu harus tahu bahwa itu bukan sesuatu yang selalu baik."
"Tapi pak, sungguh saya tidak bisa menerimanya. Mas Gunawan hanya saya anggap sebagai saudara tua saya."
"Jangan bodoh ! Dia akan bisa melindungi kamu dengan baik, sehingga nanti ketika sudah saatnya bapak harus meninggalkan kamu, bapak bisa menutup mata dengan tenang."
"Bapak jangan berkata begitu. Bapak masih akan lama bersama Yessy," kata Yessy dengan mata berkaca-kaca.
"Bapak sudah tua dan lelah," kata pak Murtiyoso sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
Yessy berdiri, lalu duduk disamping ayahnya, bersandar pada bahunya yang kokoh.
"Yessy sangat mencintai bapak, Yessy akan selalu melakukan apa yang bapak inginkan, tapi janganlah soal jodoh. Maaf pak."
"Mengapa? Kurang apakah Gunawan? Dia baik, dia tampan, dia menarik, dia pintar dan cerdas."
"Yessy sudah punya pilihan," kata Yessy lirih, sungguh dengan perasaan takut-takut. Tapi dia masih tetap bersandar pada bahu ayahnya.
Pak Murtiyoso mengangkat wajahnya, menatap anak gadisnya lekat-lekat.
"Kamu sudah punya pilihan? Bapak tak pernah melihat kamu sedang bersama seorang laki-lakipun. Apa kamu tidak pernah mengajaknya ke rumah?"
"Dia orang yang sederhana. Belum berani datang kerumah karena merasa dirinya hanya seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta. Bukan pejabat atau pimpinan."
"Mengapa takut? Seorang laki-laki tidak akan merasa takut dalam memperjuangkan cintanya."
"Bukan takut, hanya kecil hati."
"Itu perilaku seseorang yang penakut."
"Tapi dia baik."
"Kamu mencintai dia?" kata pak Murtiyoso dengan suara yang lebih rendah. Barangkali amarahnya sudah berkurang.
"Yessy mencintai dia. "
"Cinta atau karena kasihan karena dia bukan seorang pejabat atau seseorang yang memiliki kedudukan?"
"Bukan bapak. Yessy sungguh mencintai dia."
"Apa yang membuat kamu jatuh cinta sama dia?"
"Dia baik.. rendah hati."
"Apakah dia berani datang kemari untuk melamar kamu?"
Yessy mengangkat tubuhnya, menatap ayahnya dengan penuh harap.
"Bagaimana ?" lanjut pak Murti.
"Bapak ijinkan seandainya dia melamar Yessy?"
Pak Murtiyoso menghela nafas panjang. Baginya, Gunawan adalah yang terbaik. Dia berharap banyak atas dia. Ya bisa mengemudikan perusahaan, ya bisa menjadi pelindung bagi anak sematanya. Tapi kalau Yessy menolak, apa yang harus dikatakannya? Pak Murtiyoso bukan seorang diktator ataupun otoriter. dia akan mengalah ketika merasa bahwa tindakannya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...