Suni sebenarnya sudah mengantuk. Dia menguap berkali-kali. Pak Frans yang selalu memperhatikannya, memegang tangannya.
"Ngantuk ya?"
Suni mengibaskan tangan itu. Sungguh dia tidak suka sikap laki-laki setengah tua yang tampaknya aneh menurutnya.
"Kita mampir makan dulu ya, aku lapar," kata pak Frans.
Suni ingin menolak, tapi pak Frans sudah menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah makan.
"Aduh,, rumah makan apa ini? Begitu besar.. jual makanan apa rumah makan sebesar ini?" kata batin Suni.
"Ayo turun," tiba-tiba pak Frans sudah membukakan pintu, dan menarik tangan Suni untuk turun.
Pak Frans membawa Suni masuk dengan menggandeng tangannya. Aduh, Suni ingin mengibaskannya, tapi pak Frans menggenggamnya erat.
Tangan Suni mulai berkeringat,
Pak Frans membawa Suni duduk disebuah bangku, memilih tempat yang agak redup.
Suni merasa asing. Dia belum pernah masuk ke sebuah rumah makan. Dikampungnya, kalau tidak sempat memasak, dia hanya beli diwarung, beli nasi. Hiih.. apa saja ya jualan rumah makan besar ini? Karena heran dan takjub, Suni lupa pada rasa kesalnya atas sikap pak Frans.
"Mau makan apa?"
Suni mengangkat bahunya. Adakah tahu bacem atau tempe bacem? Itu kesukaannya. Tapi Suni tak mengucapkan apapun.
"Aku mau pesan steak, kamu mau?"
"Apa itu?"
"Baiklah, kamu belum pernah kan, aku pesan sirloin steak.. dagingnya enak, agak kenyal, tapi nikmat."
Suni hanya melihat pak Frans memanggil pelayan, mengatakan pesanannya.
"Minum apa?"
"Terserah bapak."
Lalu Suni pun diam ketika pak Frans memesan minuman yang entah namanya apa.
Namun ketika pesanan itu datang, Suni terpana karena tak tahu bagaimana cara memakannya. dia menatap makanan yang masih mengepulkan asap, ada segumpal daging, kentang dan sayuran. Ada pisau, sendok dan garpu dibalut tissue.
Suni merasa kesal, mengapa tukang restoran tidak mau mengiris-iriskan dagingnya sekalian dan meyuruh pembeli mengiris sendiri?
Ayo minumlah, itu hanya jus jeruk.
Suni pernah melihat di televisi, seseorang meracuni temannya dengan segelas minuman yang diberikannya. dia hanya menatap minuman itu.
"Kamu takut? Pemilik restoran tak akan meracuni kita. Lihat aku minum," kata Frans sambil meneguk minumannya.
Suni meraih gelasnya, karena sesungguhnya dia juga haus.
"Hm, segar.. " gumamnya pelan. Pak Frans tersenyum.
"Ayo makanlah, begini cara makannya," kata pak Frans sambil memegang pisau ditangan kanannya dan mengirisnya sementara garpu ditangan kirinya kemudian menusuk dagingnya lalu melahapnya.
"Ih, aneh.. susah amat," lalu Suni mencoba menirukannya, tapi kemudian sepotong daging di piringnya melompat dan mengenai baju pak Frans.
"Auww... aduh, maaf.."
Pak Frans geleng-geleng kepala. Benar-benar gadis kampung yang sangat polos dan bodoh. Tapi pak Frans suka. dia kemudian mengambil seiris daging dari piringnya sendiri lalu disuapkannya ke mulut Suni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Terserak
Random~•°°story snippet°°•~ Menceritakan Cinta yang Terserak/Tersebar diseluruh dunia yang tidak beraturan. Mencari mencari cinta yang berserakan tidak tau tujuannya kemana dan apa tujuannya. Ketika cinta melabuhkan bubuk cinta kapadanya, apa yang akan t...