14. Maaf.

16.9K 1.1K 2
                                    

Vote and Comment.

Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian hangat, Serla memutuskan untuk tidak keluar kamar. Udara di luar cukup dingin, secangkir teh hangat sudah ia tegak sampai kandas. Tapi tubuhnya tetap terasa dingin. Kini sekarang gadis itu sudah berbaring di atas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya.

Suara ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Serla terpaksa melangkah mendekati pintu lalu membukanya. Seorang bocah tampan berdiri dengan gagah di sana. Serla menaikan sebelah alisnya, tumbenan saja anak itu datang mencarinya sampai ke kamar.

"Eh ada Axelle. Kenapa sayang?" tanya Serla membawa Axelle masuk ke dalam kamarnya.

"Mama sakit yah?" tanya anak itu yang malah mengalihkan pembicaraan.

Serla menggelengkan kepalanya. "Enggak kok sayang. Mama kedinginan aja. Kenapa nyari Mama?" tanya Serla kedua kalinya.

"Besok aja deh Ma. Kelihatannya Mama kurang enak badan, nanti Axelle suruh Papa buatin susu hangat yah untuk Mama." Axelle berjalan keluar dari dalam kamar Serla.

Serla yang baru paham dengan ucapan anak itu, langsung saja berlari mengejar Axelle. "Tunggu Axelle!" panggil Serla.

Anak itu menoleh kebelakang dengan polos, bocah itu berlari menghampiri Serla. "Kenapa Ma? Mama mau ketemu sama Papa juga?"

"Bukan sayang. Mama mau kamu bilang yang tadi, kalau besok Mama gak mau lagi." Serla tersenyum lebar.

"Oh itu, tapi Mama baik-baik aja kan? Gak sakit kan?" Axelle menyipitkan matanya menatap penuh selidik kepada Serla.

Serla tertawa dan mengangguk mantap. "Mama fine," ujar Serla.

Sedikit ragu namun Axelle akhirnya menganggukkan kepalanya.

Kini bocah kecil yang bernama Axelle itu menarik tangan Serla menuju kamarnya. Serla yang masih kedinginan karena hujan tadi, pasrah saja akan apa yang di lakukan anak itu. Gadis itu duduk di pinggir ranjang. Serla sekarang tidak segan lagi untuk duduk di pinggir ranjang milik Axelle.

Serla mengamati apa saja yang di lakukan anak kecil itu. Membuka lemari dan mengambil sebuah paper bag dari sana. Axelle berjalan mendekat kepada Serla. Paper bag itu diletakan di pangkuan Serla. Serla mengernyit bingung.

"Ini untuk Mama. Tadi Papa beliin," ucap Axelle semangat.

"Untuk kakak?" tanya Serla lugu.

Wajah Axelle langsung saja cemburu mendengar sebutan Serla. "Bukan Kakak, tapi Mama!" ucap Axelle membuang pandangannya.

"Eh." Serla memukul pelan mulutnya.

"Iya maaf. Ini benarkah untuk Mama?" tanya Serla.

"Iya," jawab Axelle ketus.

"Kok gitu sih nadanya." Serla menarik Axelle ke dalam pelukannya. Dan benar saja bocah tampan itu memeluk erat Serla dan menangis terisak di sana.

"Kok nangis?"

"Axelle gak mau dengar itu lagi. Mama bilang kakak terus. Memang Mama bukan Mamanya Axelle?" tanya Axelle membuat Serla tertegun dengan ucapan Axelle.

"Iya-iya maafin Mama yah. Ini Mamanya Axelle oke. Anak Mama kok cengeng." Serla mencium pucuk kepala Axelle dengan penuh kasih sayang. Sungguh ia sangat menyayangi anak itu.

"Janji yah, Mama gak boleh pergi lagi." Axelle menunjukkan jari telunjuknya kepada Serla. Serla menatap ragu kepada jari mungil itu. Ia tak bisa janji jika soal jodoh, tidak mungkin ia langsung mengiyakan dan mengklaim dirinya bahwa ia adalah Ibu dari anak tampan itu.

My Sweet Duda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang