20. Ponakan Arsen.

10.7K 869 7
                                    

Jangan lupa klik bintang yang di pojok yah manteman 🤗🤗.
Komen yang banyak.
Terimakasih ❤



Seorang perempuan baru saja keluar dari dalam tempat ATM. Analin perempuan itu baru saja mengambil uang yang cukup banyak dari kartu ATMnya. Ternyata benar jika majikannya sudah menstransfer uang sebesar 50 juta ke nomor rekeningnya. Sembari melangkahkan kakinya menuju halte tempat tunggu angkot yang ada di sekitar sana, ia membayangkan bagaimana wajah kedua orang tuanya yang senang akan hutang yang sudah terlunasi.

Hari ini cuaca cukup bagus. Tidak mendung dan tidak juga panas. Tujuannya sekarang yaitu pergi ke kantor pos untuk mentransfer uang itu kepada orang tuanya. Serla memutuskan untuk duduk sambil menunggu angkot. Sesaat kemudian, sekumpulan anak sekolah yang memakai seragam putih merah datang menghampirinya. Serla mengernyit bingung akan itu. Ia menatap penampilannya mulai dari bawah sampai atas, siapa tahu bajunya terbalik. Tapi setelah mengechek, ia tidak menemukan sesuatu hal yang janggal.

"Kak." cicit satu anak yang paling pendek di antar lima orang.

"Iya? Kenapa dek?"  balas Serla dengan senyuman tipis. Tatapan gadis itu seperti seorang ibu. Serla memang gadis yang sangat menyukai anak-anak.

Anak itu menundukan kepalanya, sepertinya malu. Seorang anak maju, anak itu terlihat lebih tinggi dari antara kelimanya. Serla menunggu anak itu untuk berbicara kepadanya dan menjelaskan maksud dari panggilan dari anak itu.

"Gini kak, Feren sampai sekarang belum di jemput. Uang buat ongkos angkotnya gak ada," jelas anak itu sengaja menjeda. Lalu anak itu menyenggir tanpa dosa.

Serla mengangguk dan tersenyum lebar. "Ooh itu, kakak maksudnya mau bayarin? Gitu?" goda Serla menyipitkan matanya.

Anak yang paling kecil itu mengangguk semangat. "Oke," ucap Serla menyetujui maksud dari anak itu. Anak yang bernama Feren itu menyalami tangan Serla sambil berucap terimakasih. "Makasih banyak kak," ucapnya tulus. Serla tersenyum lebar sembari mengangguk kemudian beranjak saat melihat angkot mendekat.

Kini Serla bersama lima anak yang duduk bersamanya di halte tadi sudah berada dalam satu angkot. Serla sengaja menyuruh Feren untuk duduk di sebelahnya. Ia jadi teringat akan Axelle yang ia tinggal di rumah. "Kalian semua kelas berapa?" tanya Serla sekedar basa-basi.

"Kami kelas 2 SD kak," jawab salah satu anak yang lebih berisi.

"Ouh, harus rajin-rajin yah belajarnya, jangan malas," ujar Serla dengan senyuman manis. Anak-anak itu mengangguk sebagai jawaban.

Sudah sekitar lima belas menit ia di dalam angkot. Tapi anak yang duduk di sampingnya itu belum mengambil pergerakan di mana ia akan turun. Ia berharap semoga rumah anak itu terlebih dahulu sampai dari pada kantor posnya. Serla menoleh saat Faren menarik ujung bajunya. "Kenapa?" tanya Serla.

"Kakak ikut ke rumah Faren yah, biar mama ganti uang kakak," ajak Faren.

Serla menggeleng. "Gak usah dek, kakak iklas kok," balas Serla.

"Tapi. Oke deh~"
"Eh, ayolah kak. Feren takut," anak yang bernama Feren itu menatap Serla dengan pupy eyesnya.

"Takut kenapa? Hemm?"

"Faren takut jalan sendiri ke rumah. Soalnya ada anjing di sana," terang Feren menyenggir.

Serla menganggukangguk, ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Masih ada waktu buat ke kantor pos. "Okee, kakak temanin kamu kalau gitu." putus Serla membuat senyuman puas terbit di wajah Feren.

Serla dan Feren, keduanya berjalan seiringan memasuki kompleks perumahan elit. Serla mengamati sekitar, banyak rumah besar dan megah lebih tepatnya penthouse yang cantik dengan taman yang cukup luas, dan pancur air yang menambah kesan mewah di tengah taman di tambah banyak bunga, membuat suasana udara sekitar komplek menjadi sejuk dan asri.

My Sweet Duda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang