24. Masalalu.

9.9K 798 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen sayang 🤗🤗🤗.

Terimakasih ❤
Sekian dan terima Baron 🤝





Dua cangkir teh hangat sudah tersaji di meja. Baron memberi kode kepada Elita supaya meminum teh tersebut. Wanita dua anak itu melirik sekitar, ia sangat penasaran kepada siapa bosnya itu memberi pembalut tadi. Dengan tatapan anggun Elita meminum teh hangat tersebut. Elita memberi tatapan penuh selidik kepada Baron. Dengan senyuman menggoda, Elita bersedekap di sana.

Baron sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, jadi ia tidak merasa terbebani, tertekan dan sungkan kepada pria itu. Tentu sebagai salah satu orang yang paling dekat kepada Baron, ia penasaran akan apa yang telah terjadi di dalam rumah besar ini. Aurahnya sangat berbeda dengan terakhir kali ia bertamu. Hanya di lihat dari lekuk wajah dan bagaiman perlakuan Baron akhir-akhir ini di kantor yang terasa hangat. Tidak seperti yang dulu yang selalu marah dan mengamuk tidak jelas.

"Buang tatapan menjijikan itu," Baron sudah jenggah dengan wanita yang di hadapannya itu. Sudah sekitar sepuluh menit wanita itu menatapnya dengan tatapan penuh makna.

Elita terkekeh, ia tahu jika pria itu tidak nyaman dengan tatapannya. Segera Elita langsung mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya. "Ini pak, proyek yang besok akan di bahas," ucap Elita meletakkan benda itu di atas meja.

Baron mengangguk sekilas. Pria itu meraih gelas dan menyesap teh hangat dengan nikmat. "Sekali lagi saya tidak menerima tamu di malam hari. Jadi jangan pernah bertamu di malam hari," ucap Baron. Elita menganggukkan kepalanya.

Wanita cantik itu menggedarkan pandangannya berharap ia bisa melihat perempuan yang berada di rumah Baron. Baron memukul keras meja. Elita tersenyum konyol dan lagi-lagi pandangannya beralih menatap lantai atas.

"Bapak sudah menikah lagi yah? Kenapa tidak ada undangan," Elita menatap kecewa kepada Baron. Itu memang terdengar sangat terang-terangan dan terlalu penasaran. Tapi jika bosnya itu sudah menikah tanpa mengundangnya itu sangat keterlaluan. Minimalnya dirinya harus mengenal siapa perempuan yang di nikahi bosnya itu.

"Buang pikiran gila itu. Saya belum menikah," balas Baron dengan cepat. Baron menatap tajam kepada Elita. Memang ia mempunyai tujun untuk menikah, tapi tidak dengan gadis lain. Ia akan hanya menikah dengan perempuan yang ia cintai, yaitu Serla. Di sisi lain ia merasa takut jika Elita tiba-tiba bertamu ke Rumah dan melihat Serla.

"Terus yang tadi~." Elita kembali menyipitkan matanya.

Baron tak menjawab. "Tidak ada lagi kan? Kamu bisa pergi dari rumah saya," ucap Baron. Baron menghembuskan nafasnya pelan. Ia seharusnya tidak berucap demikian dan langsung mengusir Elita begitu saja. Tapi ia juga harus memikirkan masa depannya bersama Serla.

Elita berdecak kesal. "Tau arah pintu keluar kan?" tanya Baron dengan wajah menyebalkannya.

"Baiklah saya akan pulang. Terimakasih atas Tehnya dan selamat menikmati momen kebersamaan bersama orang yang anda cintai."

Elita meraih tasnya dengan kasar dan berjalan menuju pintu keluar. Wanita itu mengangguk semangat. Besok ia harus menyelidikinya, dengan alasan ia harus membawa kedua anaknya untuk bertamu kembali ke rumah ini, sekalian ingin melihat anak bosnya itu. Ibu dua anak itu tersenyum jahat atas ide bagus yang tiba-tiba ada di benaknya.

Dua hari Serla berbaring lemah di ranjang, sekarang gadis itu sudah kembali melakukan aktivitas biasanya. Mulai memandikan Axelle di pagi hari dan menyuapi anak itu sudah ia lakukan. Tubuhnya sudah kembali bugar setelah istirahat total selama 2 hari penuh.

Baron, majikannya itu sangat perhatian kepadanya. Berjalan menuju kamar mandi saja harus di bantu. Ooh ayolah Serla tidak selemah itu. Serla sudah memutuskan untuk tidak sakit lagi, jika ia tidak ceroboh. Bila ia sakit lagi, maka Baron akan memperlakukan hal yang berlebihan akannya.

My Sweet Duda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang