13. Duda Mesum.

19.3K 1.3K 9
                                    

Vote and Comment

"Ada apa Pak manggil saya?" Seorang wanita paruh baya memasuki ruang kerja khusus Baron.

Baron mengendus kesal. "Bi, jangan panggil Pak, panggil Baron aja," ucap Baron.

"Oalah iya, bibi lupa." wanita paruh baya itu cenggesan tak jelas.

"Silahkan duduk Bi!" pintah Baron. Meher yang masih bingung memutuskan untuk duduk di kursi kosong di hadapan Baron sesuai perintah pria itu.

Baron mengecilkan volume suaranya berharap tak ada yang mendengar obrolan mereka. Meher merasa di imitimidasi saja jika begini suasananya. Wanita paruh baya itu semakin penasaran dengan apa yang akan di ucapkan Baron kepadanya.

"Bi. Bibi pasti belum lupa dengan Serla kan." itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

Dengan cepat Meher mengangguk. "Masih atuh," ucap Meher di akhiri sebuah anggukan.

"Serla ingat Bibi gak?" Baron tentu sangat penasaran dengan satu jawaban ini.

Meher menggeleng pelan dapat terlihat jika Meher sangat kecewa. "Ngak ingat Nak," jawab Meher jujur.

"Oke, Bibi saya minta tolong sama Bibi boleh?" tanya Baron penuh harap.

Meher kembali mengangguk. "Bisa atuh nak," jawabnya membuat sudut bibir pria itu melengkung. Jawaban puas dari Meher membuat Baron tersenyum.

"Tolong Bibi kasih tau sama saya tentang masalalu Serla setelah saya menikah kalau Bibi dapat info entah dari dari manapun dan jangan pernah mengungkit masalalu saya dengan Serla. Jujur saya belum bisa mov on dari Serla Bi," lanjut Baron dengan tatapan sendu.

Meher mengelus punggung tangan Baron. Dan sebuah anggukan dari wanita paruh baya itu menandakan jika wanita itu setuju. "Iya Nak, Bibi juga tidak mau jika nak Serla tau. Nanti tuan muda Axelle gimana. Di lihat dari keadaan saat ini, tuan muda Axelle sangat menyukai Nak Serla," ucap Meher tersenyum simpul.

"Makasih Bi," ucap Baron mencium punggung tangan Meher. Wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti. Anak majikannya itu sungguh baik, punya sopan dan santun. Meher sudah menganggap Baron seperti anaknya sendiri, begitu juga dengan Tiven_adik lakilaki Baron.

🍁🍁🍁

Serla mengecek beberapa botol obat yang harus ia konsumsi setiap harinya. Dua botol kecil itu sudah kosong, sudah waktunya ia membeli obat untuk persediaan berikutnya. Serla mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya, gadis itu mendesah saat melihat isi dompet yang tidak pernah bertambah lalu ia memasukkan uang tersebut ke dalam saku celananya.

Terlebih Serla harus meminta izin kepada Enim jika ia akan pergi ke apotik untuk membeli obat. Serla dengan pakaian rapinya berjalan menuju dapur, ia sangat berharap jika Axelle tidak melihatnya. Jika ada pasti anak itu ngotot untuk ikut. Apalagi jika anak itu mengeluarkan jurus tangisnya, sudah jamin pertahanan Serla roboh dan dengan terpaksa pasti mengajak anak itu.

Sepertinya ia bisa bebas kali ini dari Axelle, karena ia tidak melihat Axelle saat ia berjalan menuju dapur. Serla dengan langkah besarnya menghampiri Enim yang sedang mengupas buah. Enim mengenyitkan dahinya saat melihat Serla dengan pakaian rapi berjalan ke arahnya.

"Bi, saya bisa keluar gak?" Serla memainkan jari-jarinya seperti anak kecil.

"Mau kemana?" tanya Enim menyipitkan matanya.

"Em, Serla mau beli obat Bi. Stok obat Serla udah habis Bu," jawab Serla tegas.

"Kamu sakit apa Nak?" seketika Enim panik, wanita itu bahkan menjamah dahi Serla tapi tidak panas.

My Sweet Duda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang