15. Cemburu.

15.3K 1.1K 6
                                    

Vote and Comment.

Serla menghembuskan nafasnya saat ia sudah berhasil lolos keluar dari banyaknya tamu undangan yang menikmati pesta tersebut. Yah sekarang Serla untuk pertama kalinya menghadiri pesta seperti tersebut. Ia memang sudah sejak kecil tidak terbiasa berada di tengah keramaian, itu membuat ia terlihat kaku dan tiba-tiba bodoh saat ada yang mengajaknya berbicara. Untung saja tadi tidak ada yang mengajak gadis itu bicara selain Baron dan Axelle.

Kini ia sudah berada di toilet, dengan hati-hati Serla menurunkan Axelle dari gendongannya, lalu menyamakan tinggi badannya dengan anak itu. Serla melonggarkan ikat pinggang yang meliliti pinggang Axelle. "Oke siap. Sana masuk ke dalam!" pinta Serla lalu memberi anggukan kepada Axelle.

Serla mengernyitkan alisnya bingung. Bocah empat tahun itu tidak mau bergerak dan jalan memasuki toilet. Anak itu menatap lurus kepadanya. "Kenapa?" tanya Serla.

Axelle menggeleng lemah. "Takut," bisiknya.

Serla melongo mendengar jawaban Axelle. Tidak mungkin dia masuk ke dalam toilet khusus pria. Yang ada nanti ada salah paham. Sekarang gadis itu terlihat gelisah. Sementara Axelle, anak tampan itu berusaha menahan sesuatu yang sebentar lagi akan keluar. Serla celingkukan mencari orang yang bisa membantunya khususnya pria. Pegangan pada gaun Serla semakin kuat menandakan jika Axelle tidak tahan lagi.

Serla menepuk pelan keningnya, ia lupa akan kehadiran Baron di dalam acara tersebut. Serla mengambil ponselnya bermaksud menghubungi Baron, ia membongkar isi tas ransel kecilnya.

"Serla kan?"

Merasa namanya di panggil Serla mendongkak. Manii keduanya bertemu sesaat namun, tatapan itu tak berlangsung lama karena Axelle menarik kembali gaun gadis itu. Arsen, pria tampan itu tersenyum kepada Serla. Kemudian pria itu melirik sekilas kepada bocah kecil tampan yang memegang erat kain gaun Serla.

"Pas banget Mas. Saya bisa minta tolong gak?" Serla berucap dengan wajah memelas.

Arsen hanya tersenyum dan mengangguk membuat Serla bersorak gembira di dalam hati. "Yah sudah, Axelle bareng Om Arsen yah ke dalam," ucap Serla lembut.

"Mas bisa kan temanin Axelle ke dalam?" Serla melirik sekilas kepada pintu toilet.

"Ouh itu, bisa dong. Ayo anak ganteng, Om temani." Arsen mengulurkan tangan kepada Axelle. Awalnya anak itu ragu menyabut tangan Arsen, tapi melihat anggukan dari Serla, akhirnya ia mau. Kedua lelaki berbeda usia itu berjalan bersamaan memasuki toilet.

Serla menunduk mengamati pakaian mahal yang ia gunakan. Sepatu heels bening itu sangat pas membalut kakinya. Gaun yang ia gunakan sama sekali tidak terbuka, ia suka itu. Seleranya beda dengan perempuan yang sekarang berada di pesta itu. Kebanyakkan dari antara mereka itu bajunya terlalu kurang bahan.

Serla yang hanya melihat saja bergidik ngeri apa lagi memakainya. Mulai dari kecil ia di ajarkan untuk tidak menggenakan pakaian yang terbuka, ketat dan juga terlalu kecil. Di kampungnya jika ada seorang anak gadis yang mengenakan pakaian seperti itu, pasti para tetanggan terkhusus nenek-nenek akan kemarahi dan mengatai sebagai perempuan yang tidak benar. Menganti warna rambut juga tidak di perbolehkan untuk anak sekolahan, karena para tetangga akan mengatainya sebagai brandal sekolah.

Mulut tetangga memang sangat tajam dan lancip. Jadi jangan pernah menciptakan sesuatu yang tidak baik di pandang oleh para tetangga, kalau tidak pasti nanti kita akan di bawa dalam ngibahan mereka.

Tas kecil yang tadi ada di tangannya terlempar sekitar dua meter darinya.
Serla, gadis itu terjatuh saat seorang pria dengan tubuh kekar mendorongnya ke dinding. Bukannya terbentur ke dinding, ia malah jatuh mengenaskan di permukaan lantai yang cukup dingin. Kakinya sepertinya terkilir karena sepatu heels yang ia kenakan tertekan dan tertimpah oleh satu kakinya.

My Sweet Duda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang