Part 27

376 20 0
                                    

Happy reading 🤗

*
*
*

"Cinta mengambil alih tubuhmu kemudian menguatkan pikiranmu. Jika kamu mencintai seseorang, seratus persen itu ketidaksengajaan. Jadi, masih berpikir kalau cinta ini salah?"

~Genandra Aaron Davie~

((๑˙❥˙๑))

Thea dan Genandra tengah duduk berdua di kursi taman. Keduanya masih merasa canggung sehingga belum ada yang berani bersuara sejak sepuluh menit yang lalu mereka duduk di tempat itu.

"Ekhem." Thea berdeham pelan. Tak lama kemudian ia merasa Genandra sedikit bergeser duduk mendekatinya.

"Thea." Panggil cowok itu ragu.

"Hmm."

Terdengar helaan napas dari mulut Genandra. Dia memejamkan mata sejenak, setelah itu meraih pundak Thea supaya menghadap ke arahnya.

Thea sedikit tersentak. Ia menatap dalam iris hitam milik Genandra. Ia tak menampik, terlihat rasa bersalah dan penyesalan mendalam yang tersirat di dalamnya.

"Gue minta maaf."

"Untuk kesekian kalinya gue minta maaf."

Thea tetap diam. Ia tak tau harus menjawab apa. Tatapan Genandra yang terlihat sangat tulus itu membuatnya gugup.

"Kali ini lo maafin gue kan?"

"I-iya."

"Serius?" Tanya Genandra memastikan.

"Iya." Senyuman Genandra menular kepada Thea. Ternyata sangat melegakan. Senyuman yang sempat hilang itu kini telah kembali.

"Makasih. Makasih karena lo masih mau ngasih gue kesempatan untuk kita tetap bersama. Setidaknya walau cuma sebagai sahabat." Ucap Genandra sambil menggenggam tangan Thea. Tak menunggu lama Thea membalas genggaman itu lebih kuat.

"Gue sadar nggak ada orang yang mampu mengatur perasaannya. Cinta nggak bisa memilih kemana tempat berlabuh. Siapapun berhak jatuh cinta." Gadis itu menatap lekat iris sosok di hadapannya.

"Berhak jatuh cinta kepada siapa saja, termasuk sahabatnya." Lanjut Thea ketika Genandra tetap saja bungkam.

"Tapi, ini cinta yang salah."

"Karena kita beda agama?" Potong Genandra.

Thea mengangguk singkat. "Lo tau itu."

Keduanya terdiam beberapa saat.

"Andra, lo bisa lupain gue kan?" Sontak Genandra berdiri, kemudian diikuti oleh Thea yang berusaha mengambil tangan cowok itu untuk menenangkan.

"Lo bisa kan janji sama gue?"

Genandra melepas genggaman tangan Thea dan menggeleng tegas, "gak!"

Thea mengalihkan pandangan. Ia terlihat mendongakkan kepala. Menghalau air mata yang hampir menetes. Sementara Genandra mengusap wajah dengan gusar.

"Maaf. Gue nggak bisa janji. Cinta gue terlalu dalam." Ungkap cowok itu.

Thea kembali mengarahkan pandangan ke Genandra. Ia mengangguk meyakinkan sosok di depannya. "Lo pasti bisa! Lo bisa coba pelan-pelan!" Suara Thea mulai parau.

CONFIDENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang