6.

554 36 0
                                    

"Nona Karin mengalami pendarahan ringan."

"Pen-darahan?"

"Iya. Dan untungnya janinnya tidak apa-apa.".

"JANIN?" Yuta semakin tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan dokter di depannya.

"Iya janin. Nona Karin tengah hamil."

Bagai di tusuk puluhan jarum. Yuta sontak membulatkan matanya.

"Dokter jangan bercanda, Dok, adik saya belum menikah." Cerca Yuta kepada dokter yang bername tag Dr.Taeil itu.

Yuta mengusap wajahnya gusar badannya seketika lemas.

"Saya tidak bercanda. Nona Karin memang tengah mengandung."

Yuta memainkan lidahnya di dalam mulut lalu menggeleng. Apa-apaan ini, belum setengah hari dia kembali dari Jepang sudah mendapat kabar memilukan.

"Kandungannya sudah jalan sekitar 7 minggu."

Ohmay Yuta benar-benar ingin berteriak. Gagal sudah ia mendidik adik satu-satunya.

Setelah itu Yuta keluar dari ruangan dokter dengan lesu lalu kembali ke ruang rawat dimana Karin dan istrinya berada. Sebelum masuk, Yuta menetralkan emosinya untuk tidak mengamuk pada Karin.

Pintu terbuka. Ruang rawat Karin kebetulan hanya satu orang. Anna yang melihat Yuta kembali sudah bisa membaca ada yang tidak beres dengan suaminya itu.

"Lo udah sadar?" tanya Yuta dingin sambil berjalan ke arah ranjang Karin. Karin hanya mengangguk pelan.

"Sayang, bisa tinggalin aku berdua dulu nggak sama Karin?" Anna mengerti, tanpa menjawab ia langsung keluar dari ruang rawat.

Perasaan Karin sudah campur aduk. Sepertinya Yuta sudah tau kalau dirinya tengah hamil.

Yuta duduk di tempat yang di duduki istrinya tadi. Tatapannya sangat tajam pada Karin, mulutnya bungkam.

"Jo... Johnny, Bang...." lirih Karin dengan suara bergetar. Dia tau maksud Yuta untuk menyuruhnya berbicara lebih dulu.

"Maafin Karin ya, Bang.. Karin udah nakal.." ujar Karin lagi yang mulai terisak.

Yuta membuang pandangannya, air mata pria itu menggenang, "Jangan minta maaf sama gue, sama Nyokap Bokap sana.."

Tangis Karin semakin menjadi setelah Yuta menyinggung perihal Orangtuanya yang telah tiada sejak Karin kecil.

"Gue udah gagal didik lo, Rin, Mamih sama Papih pasti kecewa banget sama gue." Ujar Yuta sembari mengusap matanya. Baru kali ini Karin melihat Yuta menangis.

Karin bangun lalu duduk, Ia meraih tangan Yuta membuat si empunya menoleh, "Bang gue tau gue salah. Sekarang gue pasrah lo apain. Lo nggak anggap gue adikpun gue terima."

"Gimana ceritanya sih Rin lo bisa kaya gini, HAH? Gue percayain lo jauh dari gue karena gue tau lo bisa jaga diri, tapi apa HAH? Gue kecewa sama lo!" Emosi Yuta akhirnya keluar.

Anna yang sebenarnya sejak pertama sudah menguping dari luar ruangan, akhirnya harus terpaksa masuk karena ia takut kalau Yuta akan melakukan tindakan aneh pada Karin, di tambah kondisi Karin yang tengah tidak baik-baik saja.

"Yuta tahan, Karin lagi sakit." Anna datang dan langsung merangkul pundak suaminya dari samping.

Yuta memejamkan matanya lalu memeluk Anna.

"Lo skripsi kapan?" tanya Yuta setelah emosinya mulai terkontrol.

"Sa.. satu bulan lagi." jawab Karin pelan.

"Habis skripsi ikut gue ke Jepang."

Setelah itu Yuta keluar meninggalkan Karin dan Anna di kamar. Karin memeluk Anna dan terisak.

Malamnya Sonya dan Doy baru datang ke rumah sakit. Karena tadi siang ada kejadian memilukan. Ban motor Doyoung dua duanya pecah ban. Dan mau nggak mau Sonya menemani Doy lebih dulu untuk tambal ban dan sepakat untuk menjenguk Karinnya malam hari saja.

Setelah melihat Karin Sonya langsung memeluk gadis itu. Sonya memegang wajah Karin yang sepertinya habis menangis.

Yaa Karin habis menceritakan SEMUANYA pada Yuta dan Anna bagaimana bisa dia hamil. Termaksud Johnny yang akan lamaran dalam waktu dekat ini.

"Hai Ka Yuta, Hai kaa.." Sapa Sonya pada Yuta dan Anna.

"Oh ini yang tadi siang telfon ke nomor suami saya, ya?" Tanya Anna. Sonya mengangguk.

Anna melihat Yuta yang seperti mengisyaratkan sesuatu padanya. "Sonya, saya sama Yuta keluar dulu ya, titip Karin."

Sonya mengagguk diikuti Doy. Ini kali pertamanya Doy dan sonya bertemu abangnya Karin

"Udah enakan, Rin?" tanya Sonya duduk di pinggir ranjang. Sedangkan Doy di seberangnya berdiri.

Karin mengangguk, "Udah, Nya. Makasi ya udah jenguk, lo juga Doy thanks banget."

"Santai, Rin," ujar Doyoung. Sonya hanya mengelus pundak Karin.

"Bang Yuta u-dah tau?" tanya Sonya hati-hati.

Karin melirik Sonya lalu ke Doy, ya ampun Sonya lupa kalau Doy nggak tau kalau Karin hamil.

"Eh gue bawain lo buah nih," Sonya mencoba mengalihkan topik. Doy hanya menaikan alisnya bingung.

"Iya nanti gue makan deh. Makasi ya sekali lagi."

"Dua hari nggak ada karin, kelas sepi kaya kuburan, nggak ada yang berisik hehe.." ujar Doyoung.

Karin menepuk lengan Doy, " Baru dua hari, Doy, gimana lulus nanti, pasti lo bakal kangen banget deh sama keberisikan gue wkwk..."

Sonya tersenyum, Gila ya Karin lagi rapuh aja masih bisa-bisanya bikin orang ketawa..


●●●●
Thanks for reading..

Teman Tapi Menikah [Johnny]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang