Rasanya sudah habis air mata karin untuk menangisi Johnny. Cukup. Johnny sudah bersama pilihannya dan karin harus terima itu.
Sebenarnya Karin ingin datang ke lamaran Johnny karena dia sudah janji sama dirinya kalau nanti Johnny menikah baru tidak datang, tapi Yuta melarangnya. Kata dia buat apa lo liat sesuatu yang bikin lo sakit, nggak usah sok kuat...Dan berakhirlah Karin yang hanya bisa mengirimkan selamat pada Johnny lewat chat.
Karin sudah keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu. Dan Yuta memutuskan untuk tinggal bersama Karin sampai adiknya itu lulus. Btw, Yuta menyewa apartement baru untuk dia tinggali karena kosan lama Karin hanya punya satu kamar.
Sebenarnya Yuta ingin sekali memberitahu Johnny perihal kehamilan adiknya. Tapi melihat Karin yang sampai bersujud di kakinya tempo hari membuat pria itu tidak tega. Ya karin menyuruh Yuta untuk merahasiakan kehamilannya juga.
"Sabar ya, Rin, mbak yakin Tuhan akan kasih pengganti yang lebih dari Johnny untuk kamu." ujar Anna sambil mengelus perut Karin yang belum kentara.
"Makasi ya, Mbak, Bang Yuta beruntung banget punya istri seperti mbak Anna."
Anna hanya tersenyum simpul karena Yuta yang tiba-tiba mengedipkan mata padanya mendengar omongan Karin.
Mulai hari ini, Yuta akan mengantar jemput Karin ke Kampus. Bukannya posesif, tapi Karin itu adik satu-satunya yang Yuta punya. Sebelum orangtuanya meninggl pun Yuta sudah di pesan untuk selalu menjaga Karin. Meskipun sekarang Karin udah dewasa, tapi bagi Yuta karin tetap si gadis cengeng.
"Kabarin gue ya balik jam berapanya." pinta Yuta pada Karin setelah mobil yang sengaja pria itu titipkan pada rental tiba di pekarangan kampus.
Karin melepas sabuk pengamannya, "Siap pak Bos."
"Inget ya, Rin, jaga tuh calon keponakan gue. Jangan sampai kenapa-napa." Karin memutar bola matanya.
"Iya, Om, mamah pasti jagain aku." ujar Karin seolah-olah baby nya yang berbicara pada Yuta. Yuta tertawa.
"Dah ya, Bang, hati-hati bawa mobilnya. Inget disini nggak kaya di jepang."
"Iya bawelll.."
Setelah itu Karin keluar dari mobil. Ia berjalan ke arah dimana fakultasnya berada. Btw, Karin memutar arah lebih jauh karena jalan yang biasa ia lewati melewati fakultas Johnny. Sekarang Karin sudah memutuskan untuk tidak ingin lagi bertemu Johnny kecuali memang ada hal penting.
Tapi...
"Karin... Rin.."
Ahelah.
Karin semakin mempercepat jalannya. Ayolah Jo, jangan muncul depan gue lagi plisss...
"Karin, Rin, WOY!"
Johnny menahan tangan Karin membuat Karin langsung menoleh padanya.
"Johnny sorry gue lagi buru-buru." Ujar Karin sembari menghindari kontak mata pria itu.
"Johnny gue nggak ada waktu sumpah." Karin ingin pergi tetapi Johnny menahannya.
Johnny menelisik Karin, "Oke, bentar doang, Rin."
"Apa?"
"Lo pindah kosan? Ko nggak bilang gue? Tadi malem gue ke kosan lo tapi katanya lo udah pindah."
Karin memutar bolamatanya, dalam hati sebenarnya Karin ingin sekali memeluk Johnny dan menangis sejadi-jadinya.
"Udah? Tanya itu doang?"
"Rin lo kenapa deh, kenapa jadi sewot gitu sama gue?" tanya johnny bingung.
Karin mendecih, "Emang penting buat lo gue pindah apa enggak?"
"Pentinglah kita kan sa-"
"Sahabat? Iya? Jo, kita emang sahabat tapi enggak semua yang terjadi sama gue lo harus tau. Paham sampai sini?" Setelah itu Karin pergi dengan menubruk lengan Johnny.
Johnny menggaruk tengkuknya bingung, "Karin lagi dateng bulan kali yaaa..."
Sesampainya di kelas Karin langsung di sambut dengan sorakan Sonya serta Doy. Mereka heboh sendiri karena terlalu senang melihat karin yang sudah masuk kuliah lagi.
"KARINNNNN WELKAMBEK TO MY ROOM..." nggak waras emang si Hendery.
"Berisik anjay.." Doy melempar Hendery dengan kulit kacang.
Sonya langsung menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Karin, "Pagi Karin, pagi juga calon keponakan tante..." bisik Sonya. Karin langsung tertawa.
Hari itu hanya dua matkul jadi sehabis makan siang Karin sudah bisa pulang. Makan siang kali ini di caffe tempat biasa anak kampus pada nongkrong.
Karin, Sonya, Hendery serta Doy yang menjadi donatur alias yang bayarin makanan mereka.
Sial banget gue hari ini, Batin Doyoung.
Pas mereka lagi asik-asiknya makan, Johnny dan Sesil muncul dengan bergandeng tangan masuk ke dalam caffe. Sonya mengikuti pandangan karin.
Karin mengangguk. Dan Sonya mengerti.
"Doy makanan gue sama Karin take away aja ya, boleh kan? Mendadak ada urusan nih kita."
Doy dan Hendery saling tatap. Belum sempat menjawab Sonya sudah memanggil pelayan lebih dulu untuk membungkus makanannya dan juga Karin.
Ya Sonya tau kalau Karin tengah menghindari Johnny dan Sonya sangat mendukung tindakan temannya tersebut. Ya sebetulnya Johnny tidak salah sepenuhnya tapi ya tetap saja seharusnya ia paham terhadap perasaan Karin. Sahabatan doang lama tapi masalah hati gak kenal sama sekali. Payah.
Tidak lama pesanan take away Karin Sonya datang. Mereka langsung pergi tanpa berterimakasih dengan Doyoung yang jelas-jelas akan membayar makanan mereka.
Sebenarnya dari masuk tadi, Johnny sudah melihat ke arah Karin terus tetapi sebisa mungkin Karin menghindari kontak mata Johnny. Yaa Karin sudah bilang kan, kalau ia ingin mengikhlaskan Johnny.
Karin lo kenapa sih Rin?
Tbc.
_______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [Johnny]
Fanfiction'Jo, kalo gue bilang gue hamil anak lo, gimana?' Karin. 'Sakit jiwa lo, Rin' Johnny. ⚠️ Typo[s] ⚠️ Bahasa Kasar -Jadilah pembaca yang bijak. ENJOY 💚