2. Busan

246 136 17
                                    

Untuk saat ini Jikyung dapat melihat kekesalan pada wajah Jimin sekaligus terkejut dengan pertanyaan Jikyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk saat ini Jikyung dapat melihat kekesalan pada wajah Jimin sekaligus terkejut dengan pertanyaan Jikyung.

Sebenarnya bukan hanya pertanyaan Jikyung saja yang menjadi penyebab kekesalannya hari ini. Pertama, Jikyung menelpone pagi-pagi sekali menyuruhnya datang ke Busan, mengatakan jika kondisi tuan Hyun kembali menurun, dan yang kedua, ketika Jikyung menanyakan bagaimana jika ia memiliki anak dari masa lalunya. Jimin berpikir itu akan sangat mustahil dan tidak akan terjadi. Namun, kenyataannya sangat pahit.

Jimin menghela napas kasar. "Akhir-akhir ini kau selalu berbicara melantur dan banyak berbohong padaku, Ji. Padahal kau tahu pekerjaanku sangat banyak. Belum lagi menemui investor dari Jepang."

"Jadi kau lebih memilih pekerjaanmu dari pada aku, istrimu sendiri? Jim, aku tidak berbohong menegenai ayah. Semalam ibu mengatakan kesehatan ayah mulai menurun, setelah mengambil alih kembali perusahaan. Apa aku salah jika menyuruhmu kesini untuk melihat keadaan ayahmu sendiri."

Untuk beberapa saat Jimin terdiam meresapi perkataan Jikyung yang kelewat tegas dalam menjawab. Baiklah, anggap saja Jimin hari ini datang tanpa kekesalan dalam dirinya. Merengkuh tubuh sang istri dalam pelukannya sembari berkata. "Maaf, Ji. Akhir-akhit ini emosiku tidak stabil dan lagi kau berbohong kemarin padaku."

"Belakangan ini kau juga selalu mencari pertengkaran denganku, sebenarnya ada apa denganmu, Jim?" tanya Jikyung dan membalas pelukan jimin.

"Entalah, rasanya seperti kau akan meninggalkanku cepat atau lambat." Jimin melepaskan pelukan hangat itu menggantikannya dengan cara menangkup kedua pipi Jikyung, mentapnya dengan dalam. "Tolong maafkan aku jika memiliki kesalahan, Ji. Walau kesalahan itu sangat fatal untukmu. Tapi percayalah aku sangat mencintaimu. Tidak ada wanita lain yang aku cintai selain dirimu." ucap Jimin penuh emosional.

Sebelumnya Jimin maupun Jikyung tidak  pernah melontakan kata 'aku mencintaimu', hanya dibeberapa kesempatan seperti moment yang paling berkesan untuk pribadi masing-masing. Atau contohnya berada di satu ranjang yang sama sembari memberikan kehagatan satu sama lain, dan selebihnya tidak pernah.

"Bukankah sudah sangat lama?" Jikyung meneteskan air matanya satu persatu, menunduk guna menghindari tatapan itu. Tidak mau Jimin melihatnya kembali menangis. "Terakhir kali kau mengatakannya satu tahun yang lalu ketika aku dinyatakan positif hamil, namun tidak bisa mempertahankannya karena aku terlalu lemah. Dan hari ini kau mengatakannya lagi walau aku tidak melihat kesungguhan di dalam matamu. Apa yang kau ragukan, Jim?"

Ya, benar. Kapan terakhir kali Jimin mengatakannya, bahkan dia sendiri hampir melupakan kata-kata itu.

Tidak mendapatkan respon dari Jimin, pribadi Lim melepaskan tangkupan tangannya dari pipi, lantas memilih melangkah meninggalkan Jimin sendiri di dalam kamar. Tapi sebelumnya Jikyung mengambil jas yang sempat Jimin taruh sembarangan dan mengembalikannya pada pria Hyun itu.

"Ambillah. Kau ingin menemui investor pentingmu itu bukan? Masih ada waktu beberapa jam sebelum pertemuan. Kasihan Hoseok oppa jika menangani pekerjaanmu sendirian, dia akan kewalahan dengan tumpukan kesayanganmu itu."

REMINISCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang