21. About Ahn's

33 4 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Berita berhentinya Jeongguk dari entertainment menyebar dengan cepat. Yoongi mematikan siaran televisi nya setelah ia melihat media mulai membicarakannya.

"Aku sudah menuruti yang kau inginkan, lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?"

Pria itu terdiam dia ruangan Yoongi dengan tatapan kosong. Apa yang dia inginkan selama ini sudah dia capai. Bahkan, mantan kekasihnya semasa ia duduk di tempat kuliah juga sudah ada di dalam genggamannya lagi.

Semua itu berkat bantuan Yoongi.

"Kembali mendapatkan hatinya." ucap Jeongguk sembari berdiri, menghampiri Yoongi. "Hyung bantu aku sekali lagi dengan menempatkan aku di salah satu perusahaan mu."

"Kau membuat ku repot saja Jeongguk. Tidak bisa. Kembali pada keluarga mu saja! Mereka pasti akan menerima mu lagi dengan senang hati." jelas Yoongi.

"Suamiku berita itu tidak benarkan?!" pekik Jiyeon yang berusaha membuka pintu ruang kerja Yoongi. Saat perempuan itu melihat Jeongguk, dia segera memukul-mukul kecil pria Ahn itu. "Apa sih yang kau inginkan? Suami ku sudah memberi kau perkejaan yang bagus agar kau di akui oleh keluarga, sekarang mau mengacaukan semuanya Ahn Jeongguk."

Jeongguk membenarkan jaket denim nya yang sedikit berantakan gara-gara Jiyeon. "Noona, kau tidak tahu, aku sangat lelah dengan semua ini. Untuk apa aku di akui jika aku akan di buang pada akhirnya. Adik mu ini tidak ingin menyusahkanmu terus."

Jiyeon duduk di salah satu kursi, menghela nafas. Yoongi menghampiri dan menenangkan sang istri.

"Je sekali ini saja menurut padaku! Jadi lah anak yang baik agar keluarga ku menerima mu tanpa peduli siapa dirimu dan dari mana kau berasal." ucap Jiyeon dengan gemetar.

"Aku ingin melakukan itu. Tapi sepertinya tidak bisa noona. Jika aku sekarang kembali menurut dan menjadi anak baik, apa aku bisa hidup bersama Jikyung?"

"Jeyyyy..." Jiyeon meninggikan suaranya.

"Jiyeon apa kau akan terus seperti ini? Jeongguk sudah dewasa, ia juga berharap mengambil keputusan tentang hidupnya." ucap Yoongi menghentikan perdebatan mereka.

"Iya. Apa sekarang aku boleh mengambil keputusan itu tanpa takut? Noona apa seorang anak dari perempuan simpa—"

"Cukup Je!" sela Jiyeon tidak ingin mendengar ucapan terakhirnya. "Awalnya aku sulit menerima mu, tapi seiring berjalannya waktu aku juga ingin seorang adik. Aku hanya ingin kau di akui. Dimana semua keluarga memandang sama seperti diriku, tanpa di bedakan."

"Terimakasih."

***

Jiyeon berdiri di halaman belakang rumahnya, menyilangkan tangan di dadanya. Memikirkan apa keputusan yang ia ambil tentang Jeongguk dan Jikyung benar.

Mau bagaimana pun Jikyung adalah sahabat nya dan juga Jeongguk adalah adiknya.

Kenyataan itu selalu ia sembunyikan dari Jikyung, karena tidak ada seorang pun yang tahu fakta Ahn Jeongguk adalah anak dari keluarga Ahn.

Karena sebuah kesalahan Ahn Jeongguk lahir di dalam keluarga nya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" itu suara Yoongi. Pria itu berjalan menuju Jiyeon dengan secangkir teh hangat di tangannya.

Jiyeon tersenyum simpul. "Tidak ada. Anginnya cukup sejuk ya."

"Kau takut apa yang sedang kau bangun untuk Jeongguk jadi berantakan, karena kau mengambil keputusan untuk kembali mendekatkan Jikyung bersama Jeongguk?"

"Iya ada sedikit rasa takut. Lebih takut lagi jika ibu sampai tahu Jeongguk kembali berhubungan dengan Jikyung, yang sekarang status nya pernah menikah."

"Kurasa tidak ada salahnya Jeongguk mengambil keputusan dalam hidupnya sendiri. Toh, nantinya juga dia akan lebih nekat dari ini." jelas Yoongi. Jiyeon tahu akan itu, namun ia tidak ingin melihat Jeongguk seperti terakhir kali dia bertemu di rumah besar.

"Tolong yakin kan aku bahwa Jeongguk dan Jikyung akan baik-baik saja ke depannya." ucap Jiyeon lirih. Lagi-lagi ia menempatkan sahabat nya dalam masalah.

Di tahan sekuat apa pun ia tidak akan sanggup lagi menahan air mata yang sudah terlanjur mengalir di kedua pipinya.

Yoongi hanya bisa memeluk tanpa melakukan apa pun. Situasi nya semakin memburuk setelah Jikyung bercerai. Mereka pikir setelah masalah Jikyung selesai dengan Jimin, ini akan menjadi awal yang baik. Tetapi, melihat Jeongguk yang begitu keras keluar dari batas yang Jiyeon buat, membuat dirinya menjadi berpikir berkali-kali. Ini tidak akan baik untuk mereka berdua juga.

"Aku harus bertemu Jikyung sekarang."

Yoongi menahan langkah Jiyeon. "Untuk apa? Lagi pula ini sudah hampir jam sepuluh malam. Coba kau pikir, Jeongguk akan semakin nekat jika dia tahu mungkin kau akan menjauhkan mereka."

"Yoon ini belum terlalu jauh. Di sini hanya Jeongguk yang masih berharap tentang Jikyung."

"Lalu setelahnya apa yang akan Jeongguk lakukan jika Jikyung juga ikut pergi meninggalkannya, sama seperti Sara."

"Ini berbeda situasi nya Yoon."

"Tidak ada yang beda! Hanya Sara pergi untuk selamanya, sedangkan Jikyung tidak. Jiyeon aku akan selalu ada di sisi mu sampai kapan pun. Tapi, tolong jangan membuat diri mu dalam masalah karena keadaan seperti ini."

"Lalu aku harus bagaimana?"

Yoongi terdiam, "Biarkan saja berjalan sebagaimana mestinya."

"Dan membiarkan Jeongguk kehilangan semuanya?"

***

Jeongguk termenung di ruang kerjanya. Sudah sekitar seminggu ini dia hanya diam di rumah tanpa melakukan apa pun. Tidak menghubungi Jiyeon untuk meminta maaf, atau Yoongi untuk menanyakan apa pria itu bersedia memberikan posisi sebagai karyawan di perusahaannya.

Satu ketukan pintu membuat lamunan nya buyar. Mendapati Jikyung yang membuka pintu dengan membawa secangkir kopi.

"Ini untuk mu. Aku lihat kau sepertinya cukup kelelahan." ujar Jikyung setelah menaruh kopi itu di atas meja.

"Terimakasih ya." ucap Jeongguk. "Kau tidak mau bertanya tentang aku yang memilih untuk berhenti bekerja menjadi seorang aktor? Aku yakin kau cukup penasaran."

"Sebenarnya iya. Aku penasaran sekaligus bingung, kenapa tiba-tiba kau mengambil keputusan seperti itu."

"Itu karena dirimu."

Sebuah kalimat yang tidak bisa Jikyung cerna dengan baik. Karena dirinya?

"Maksud mu apa ya? Aku tidak mengerti." tanya Jikyung bingung.

"Bukankah sudah jelas Ji. Aku tidak ingin kau melihat ku bersama perempuan lain."

"Tidak ada alasan khusus untuk aku melarang mu dekat-dekat dengan perempuan mana pun. Itu hak mu ingin dekat dengan siapa saja. Jadi, jangan terlalu memperdulikan aku."

"Masalahnya aku masih menyimpan perasaan itu saat kita masih bersama."

"Itu tidak lucu."

"Aku memang tidak sedang melucu. Aku serius dengan apa yang aku ucapkan."

"Aku di sini hanya untuk hubungan pekerjaan, dan tidak untuk yang lain. Maaf" ucap Jikyung setelahnya ia memilih untuk pergi meninggalkan Jeongguk seorang diri.

.
.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REMINISCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang