9. Doubt

181 83 18
                                    

Semalaman penuh Jimin terjaga setelah perbincangannya bersama Jikyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalaman penuh Jimin terjaga setelah perbincangannya bersama Jikyung. Dirinya terus saja memikirkan apa yang Jikyung katakan tentang membawa Minnie dan juga Soo Hyun.

Itu memang tidak salah. Minnie putrinya dan dia berhak tinggal dirumahnya, tapi untuk Soo Hyun, Jimin masih belum bisa mengizinkannya.

Jimin tahu tidak ada perempuan lain di belahan dunia manapun yang sanggup hidup satu atap bersama perempuan lain. Terlebih lagi mantan kekasih suaminya sendiri.

Itu akan sangat menyakitkan.

Ia harus segera membuat keputusan sebelum Jikyung kembali mengambil langkah yang akan membuat keduanya bertengkar seperti sebelumnya.

Jimin hanya tidak mau dengan kehadiran Soo Hyun di tengah-tengah rumah tangganya malah membawa masalah baru, yang mungkin saja mengharuskan Jikyung kembali berpikir untuk menyudahi pernikahan mereka.

Jihyun yang melihat Jimin berdiri di teras belakang rumah saat akan mengambil air di dapur mengurungkan niatnya dan menghampiri sang kakak.

Hyung kau belum tidur?”

Jimin menoleh ke sumber suara, mendapati adiknya berdiri di sampingnya. “Kau sendiri?”

“Ingin mengambil segelas air.” jawabnya. “Hyung sendiri?”

“Mencari angin malam saja. Lebih baik kau cepat kembali ke kamar setelah mengambil air!”

Jihyun mengangguk, lalu berjalan menuju dapur. Jihyun tahu setelah hyung nya itu mengetahui tentang kehamilan Jikyung, tapi harus mengetahui dengan cara yang menyakitkan. Sejak saat itu sikapnya pada Jihyun kembali berubah. Padahal dulu Jihyun senang sekali Jimin mau mendekatkan dirinya dan sedikit demi sedikit sikapnya seperti seorang hyung pada umumnya. Namun, lagi-lagi Jimin menjauhkan dirinya.

Jihyun menoleh sekali lagi pada Jimin dan mengucapkan sesuatu. “Hyung, maaf.”

Jimin tidak merespon, dia hanya terdiam sembari melihat kedua tangannya di dada.

“Aku tahu hyung masih marah. Saat aku pulang ke Busan waktu itu, hyung bahkan tidak mengatakan apa-apa. Maaf sekali lagi. Aku juga sedih karena harus kehilangan keponakanku.” ucap Jihyun menunduk.

“Aku sedang tidak ingin membahas itu, Jihyun. Lebih baik kau cepat kembali ke kamar!” perintah Jimin.

“Baik. Hyung tapi katakan padaku ya nanti, jika hyung tidak ingin aku tinggal di rumah ini lagi. Supaya aku bisa mencari kosan yang dekat dengan sekolah.”

Jimin menghela napas panjang, membalikkan badannya kearah Jihyun. “Semarah apa pun aku padamu, kau tetaplah adikku. Disini kau tanggung jawab ku bersama, Jikyung. Jika terjadi sesuatu pada dirimu aku akan merasa sangat bersalah.”

Setidaknya Jihyun merasa lega mendengar perkataan sang kakak. Itu artinya Jimin masih memperdulikannya.

***

REMINISCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang