Selamat membaca, Yeorobun❤
*****
"Besok jangan lupa ada jadwal les kamu. Yang sehari lalu itu, yang papa baru daftarin." ucap seorang pria yang kini berusia kepala empat lebih. Ia sedang berdiri di ambang pintu kamar putri tengahnya.
Putrinya itu sedang mengerjakan tugas di meja belajar yang tak jauh dari pintu kamarnya. Setelah pria itu pergi, dia kemudian menatap dinding yang banyak tempelan dari sticky note itu dengan mata yang menahan marah. Ia remas celananya dan menggaruk belakang lehernya gelisah walau sebenarnya tidak gatal. Lalu ia menyugar rambutnya serta sedikit menjambak dengan siku yang bertumpu di atas meja.
Tak lama kemudian ia membaringkan kepalanya di atas meja dengan bantalan lengannya. Matanya kini memandang sebuah figura berisikan foto dua orang perempuan yang satunya berusia tiga puluhan awal dan seorang gadis kecil berusia 10 tahun.
"Belajarnya yang rajin sayang. Mama yakin nanti kamu pasti jadi dokter yang sukses. Kan cita-cita kamu." ujar wanita itu memeluk putri bungsunya erat ketika sedang membaca di sebuah taman bersamanya.
Gadis itu kemudian memandang mamanya. "Mama harus dukung aku dan bersama aku. Biar aku juga bisa rawat mama kalau sakit, jika aku udah jadi dokter nanti."
Mamanya menguraikan pelukan mereka. Ia kemudian memegang kedua sisi wajah anaknya itu. Senyumnya mengembang, "Pasti. Mama pasti akan selalu di samping kamu. Tetap semangat, Jyo sayang." ia lalu mendaratkan kecupan hangat di pipi anaknya itu. Mereka kembali berpelukan, menyalurkan harapan di balik kebahagiaan.
"Bohong. Mama bohong." ujarnya dengan air mata yang kini menetes
"Jyo."
Cewek itu tersadar dan kemudian menghapus air matanya lalu kembali menegakkan kepalanya. Ia menengok ke sampingnya langsung saja tangannya kembali bergerak menulis.
Tak lupa ia kembali bersuara. "Jangan panggil aku Jyo."
Seseorang di sampingnya itu kemudian merasa bersalah. Tangannya kemudian meletakkan sebuah susu cokelat di atas meja tersebut.
"Maaf Jihan, Bunda gak sengaja. Lihat kamu ngelamun tadi, Bunda tahu apa yang kamu pikirkan. Jadinya Bunda manggil kamu gitu." wanita itu kembali berujar.
"Aku mau belajar. Jangan di ganggu." Jihan berusaha memfokuskan diri pada buku-buku di hadapannya.
Wanita itu kemudian melangkahkan kaki untuk mengambil jarak dan pergi meninggalkan cewek itu. Tapi langkahnya kemudian berhenti. "Kalau kamu memang gak mau mengikuti les besok. Bunda bisa bantu kok bilang sama papamu, biar dia gak nambahin be-"
"Gak perlu, Bunda. Jihan mau kok mengikutinya." Jihan berbalik dan sedikit tersenyum. Bunda kemudian menatap Jihan sedih lalu kembali melanjutkan langkah keluar dari kamar Jihan.
Jihan bangkit lalu bergerak cepat menuju pintu dan berlari ke kamar mandi dengan isak yang tertahan.
****
Keluar dari pekarangan rumah, ia memperhatikan sebuah rumah besar yang tak begitu berjarak dari tempatnya bernaung. Lama mengamati, sebuah cowok bersepeda kini membuat pengamatannya buyar. Ia memperhatikan cowok yang tak asing di ingatannya.
Belum jauh cowok yang di telinganya memakai earphone tersebut ia mengingatnya. Segera ia berlari menuju garasi.
Mario bersenandung ketika lagu terputar. Kakinya mengayun lambat pada kayuh sepedanya. Ia melirik ke jam tangannya.
Masih lama, gak bakal telat. Batin Mario.
Tak lama sebuah sepeda yang bergerak kencang langsung menyalipnya dan menghadangnya. Segera ia mengerem dan menurunkan kakinya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLAYING
Mystery / ThrillerON GOING • SELASA, RABU & JUM'AT Bagaimana rasanya hidup dengan masa lalu yang terus terputar ulang? **** Masa lalu saling berkesinambungan dengan masa depan. Seringkali masa lalu tersebut menjadi arahan seseorang bahkan pelajaran untuk kehidupan ke...