REPLAYING || 17

3 0 0
                                    

"Jihan Lo kok udah masuk sekolah aja sih?" Tanya teman Jihan. Mereka berdua sedang duduk di pinggir lapangan.

Jihan hanya tersenyum miris. Dalam hati ia berucap, gue juga gak bakalan tenang jika terus di rumah. Lagipula sejak kemarin gue gak lihat Mario. Gue harus kasih tahu hal ini sama Mario biar dia gak deket-deket lagi sama Sheira. Sayatan di lengan gue gak cukup buat Mario sadar. Dengan hal ini, pasti Mario akhirnya tahu bahwa Sheira gak pantes untuk dia.

Jihan jadi mengingat saat ia menunjukkan sayatan di lengannya pada Mario untuk mengalihkan perhatian cowok itu dari Sheira. Ia senang bukan main saat sahabatnya itu membawanya di UKS. Cewek itu duduk di kursi yang ada di sana. Sementara Mario sibuk mengambil beberapa obat-obatan luar.

Kemudian Mario menarik kursi lainnya untuk mendekat pada Jihan. Ia kemudian meneteskan sedikit obat merah pada cotton bud. "Kok bisa sih tangan lo ada sayatan gini? Ini sayatan yang lumayan dalam loh walau cuman satu." Cowok itu mengolesi cotton bud yang di beri obat merah itu pada luka Jihan.

Diam-diam Jihan menahan gemuruh di dadanya karena Mario memperlakukannya seperti ini.

"Han!"

Jihan langsung tersadar dari lamunannya. Ia menoleh, baru saja sosok itu ia lamunkan sudah datang saja sekarang di sampingnya.

"Tangan lo kenapa? Itu kepala Lo juga di perban-perban gitu?" Mata Mario menerawang luka-luka Jihan.

Hal ini terulang kembali, bahkan saat melamunkan Mario saja Jihan sudah berdebar hebat. Mengingat bagaimana Mario memperlakukannya di UKS, apalagi kali ini hal tersebut kembali terjadi.

"Lo gak tahu, Yo?" Celetuk teman Jihan di sebelah cewek itu. Dalam hati, Jihan menarik senyum jahat. Sebelum ia mengatakan hal ini, ia yakin bahwa Mario sepertinya belum tahu apa-apa tentang Sheira. Karena kejadian kemarin sudah jam pulang sekolah. Lalu ia tahu, jika Mario belum tentu bisa mempercayai ucapannya jika ia mengatakan secara spontan.

"Tahu apa?"

Yash, Mario mulai terpancing dengan topik pembicaraan itu.

"Astaga, bahkan satu sekolah aja udah tahu. Kemarin Sheira punya kasus mengerikan kemarin."

Mario akhirnya berpikir apakah itu alasan Sheira tidak ada di rumahnya semalam, serta ia tidak datang ke acara makan malam di rumahnya, dan juga... Perasaan was-was bapak-bapak semalam saat berbicara padanya.

Tapi mengapa Mario tidak tahu sama sekali mengenai ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi kemarin sore di sekolah? Begitu pikir Mario.

"Kasus apa?"

Teman Jihan itu semakin mendekat pada Mario. Ia melirik ke kanan kirinya. "Lo lihat kan Jihan sekarang kayak gini? Itu karena Sheira. Kemarin Sheira dorong Jihan yang lagi ngomong sama Ciara di tangga depan pintu menuju rooftop. Akhirnya Jihan sama Ciara jatuh ke tangga deh dan luka parah gini. Terus, Ciara juga lagi di rumah sakit sekarang kayaknya cideranya Ciara lebih parah deh."

Mario terdiam tak percaya. Ia memandang ke arah lapangan dan kemudian menatap Jihan. "Itu bener, Han?" Ucapnya kemudian.

Jihan sebenarnya ingin langsung menjawab, tapi raut wajah yang ditunjukkan oleh Mario benar-benar aneh.  Riak ekspresinya seolah-olah ia tidak percaya akan hal itu menimpa Sheira, juga ada amarah yang di timbulkan.

"Han, jawab!" Cowok itu mengguncang bahu Jihan yang malah terdiam menatapnya.

"IYA!" bentak Jihan. Ia muak dengan Mario yang sudah berbeda dari sebelumnya. Sekarang cowok itu selalu saja lebih mengkhawatirkan Sheira di banding dirinya. Secara jelas, bahwa sahabat Mario itu dia bukan Sheira.

REPLAYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang