"Mario, ada temenmu tuh dateng." teriak wanita yang melahirkan cowok sedang mandi tersebut. Mamanya merasa tidak di jawab, akhirnya keluar dari kamar cowok itu. Entah cowok itu dengar atau tidak, yang pasti Maminya sudah memberi tahu.
Mario mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Kemudian ia memakai kaos putih dan di balut lagi dengan kemeja putih sekolah. Tepat d kancing ketiga dari bawah, bunyi pintu di buka membuatnya mendumel sambil berbalik.
"Mami aku denger kok, nanti aku tu-"
"Aaaah!"
Suaranya yang tadi terdengar mengomel ringan kini tergantikan dengan teriakan terkejut yang luamayan kencang.
"Ada apa, Mario?!" teriak maminya dari lantai bawah. Sementara anak tengahnya itu melotot tak percaya atas siapa yang masuk ke kamarnya.
Keterkejutannya di sebabkan oleh kehadiran orang yang tak pernah ia sangka akan berteman dengannya. Setelah beberapa peristiwa aneh yang ia lalui sampai mengenal seseorang di ambang pintu kamarnya. Mario segera mendekati temannya tersebut.
"Lo kaget banget kayaknya?! Emang wajah gue kayak setan gitu?" Mario menjambak rambutnya, lalu memutar balik badan temannya itu menuju pintu keluar tak lupa ia mendorongnya maju.
"Lo...usir gue?" tanya temannya itu. Sementara Mario yang kini di ambang pintu tidak bisa berkata-kata. Hanya bisa memegang kepala dan celingak-celinguk.
"Shei! Lo ini... Astaga. Jangan lancang masuklah. Nanti kalau adek gue lihat gimana? Dia nanti mikir macem-macem. Bocah SMP kayak adek gue pikirannya mulai ngawur sana-sini tahu gak?" Mario mengomel pada Sheira. Ternyata gadis itu benar-benar ingin berteman dengannya sampai segininya.
Sheira menyilangkan tangannya depan dada. "Bukannya lo temen gue? Wajar dong gue main kesini?" Mario kemudian menepuk jidatnya.
"Mi, aku berangkat!" teriak Mario kini keluar dari rumahnya.
Dari dapur maminya berteriak, "Gak sarapan dulu, Yo?!"
Mario menyahut lagi, "Aku berangkat!" Bukannya menjawab, cowok itu malah pamit pergi sambil menyeret Sheira keluar rumah bersamanya. Sheira hanya diam saja di tarik seperti itu.
"Lo mau ke sekolah?" Sheira mengangguk.
Mario menatapnya tak percaya. "Bukannya..."
"Gue di skors selama seminggu. Jadi gue pulanglah ngapain di sekolah juga. Sekali buruk ya buruk aja. Gak peduli gue." ujar Sheira menatap Mario sejenak.
Tahu jika Mario membayangkan percakapan mereka di taman membuatnya bersuara. "Iya gue tahu. Tapi gue pengin aja sepedaan bareng ke sekolah sama temen baru gue. Salah emang?"
Mario jadi ingat bagaimana Sheira meresmikan dirinya sebagai temannya. Mengingat hal itu, ia jadi bergidik ngeri dan memegang dadanya.
"Ngapain lo? Sakit? Ayo!" ujar Sheira mengajaknya.
****
PLAKK
Pipi kanan yang kini memerah itu membuat sang empu memegang pipinya. Wajahnya yang terpaling ke samping ia tetap biarkan di posisi itu saja. Matanya menatap dingin ubin tempatnya berpijak. Tangan sebelahnya yang masih menggantung di sisi tubuhnya kini mengepal kuat. Tidak ada air mata apapun yang menitih sama sekali, hanya sebuah kekesalan yang membara di hatinya sekarang.
"Mas udah. Ini masih pagi, kasihan juga Jihannya. Katanya ada launching produk baru hari ini kan?" wanita berpakaian dress batik cokelat-hitam tersebut berusaha menenangkan suaminya yang berkabut amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLAYING
Mystery / ThrillerON GOING • SELASA, RABU & JUM'AT Bagaimana rasanya hidup dengan masa lalu yang terus terputar ulang? **** Masa lalu saling berkesinambungan dengan masa depan. Seringkali masa lalu tersebut menjadi arahan seseorang bahkan pelajaran untuk kehidupan ke...