Tias Bagian Duabelas

14 4 0
                                    

Memasuki kelas 3 SMK adalah momen bahagia ku selama hampir genap 3 tahun di sekolah ini. Aku bahagia karena sebentar lagi lulus.

Orang tua ku telah pindah ke luar Kota, Cimahi. Setiap liburan semester aku pulang-pergi dari Jakarta Ke Cimahi. Sendirian di umur yang menurut ku masih muda sudah berani keluar kota menaiki bus umum. Itu adalah momen pertama ku keluar dari zona nyaman.

Meskipun begitu aku akhirnya merasakan bagaimana bisa hidup mandiri tinggal bersama orang lain di organisasi. Bukan. Mereka keluarga kedua ku di Jakarta.

Hubungan ku dengan Radit? Aku tidak ingat, sama sekali tidak mengingat Radit di kelas 3 SMK. Aku hanya mengingat teman-teman ku di sekolah, organisasi dan satu lelaki yang mulai aku sukai (lagi) haha. Anak itu beda sekolah, namun kami bertemu dalam satu organisasi. Letak sekolah kami sangat lah berbeda arah.  Sehingga setiap berangkat sekolah, aku sangat bersemangat karena bisa bertemu dengan nya meskipun hanya saling sapa karena kami berdua jalan kaki ke sekolah masing-masing yang berbeda arah. Itu adalah momen bahagia ku di kelas 3 SMK. Dan aku tidak ingat posisi Radit ada di mana pada saat itu, haha.

Momen pahit nya yaitu ketika aku akan memasuki ujian praktek. Dimana seharusnya aku dapat menggunakan jas kantoran beserta dengan sepatu pantofel nya dilengkapi juga riasan cantik orang dewasa yang bekerja di kantor dengan posisi bagian divisi keuangan. Tapi hal itu tidak pernah dapat aku rasakan. Karena saat momen ujian praktek, aku di diagnosis penyakit tipes. Artinya aku baru bisa sembuh total dua hingga empat minggu lagi. Benar-benar membuat ku tersiksa akan penyakit ini.

Setelah seminggu lebih aku di rawat oleh kakak serta teman ku di organisasi, aku di ajak untuk berlibur ke Surabaya melihat kampus yang aku incar kuliah disana. Berpergian selama 3 hari 2 malam itu sangat lah membuat ku semangat dan berkeinginan sangat tinggi untuk masuk ke kampus impian ku selama 2 tahun terakhir ini.

Sepulangnya dari Surabaya, aku kembali ke Jakarta dan kembali di imfus karena keadaan ku semakin memburuk.

Radit?

Aku tak ingat dia dimana, sedang apa dan apakah dia tau keadaan ku memburuk. Namun setelah beberapa minggu kemudian, keadaan ku sehat kembali.







































Lulus dari sekolah menengah kejuruan, nafas ku sangat lah lega. Akhirnya aku dapat keluar dari sekolah yang sudah membuat ku menderita selama 3 tahun itu. Aku tidak akan mengenal satu orang pun di sekolah itu, kecuali yang masih satu organisasi dengan ku karena aku terlalu benci dengan mereka yang hanya dapat mengejek, menghina dan membully ku sesuka mereka. Aku memang merasa menjadi orang yang paling rendah di sekolah itu.

Radit?

Aku tidak tau, tapi yang pasti dia juga lulus dari sekolah nya.





































Waktu bergulir begitu cepat hingga aku baru sadar bahwa setelah lulus SMK, aku sudah mengikuti tes masuk kuliah di Surabaya. Aku mendapatkan beasiswa penuh disana. Bahagia sekali hingga aku akhirnya mengabari Radit lewat sms. Setelah beberapa minggu, Radit tidak bisa lagi dihubungi. Ternyata ponsel nya rusak lagi, itu pun aku mengetahui nya dari Wanto dkk. Akhirnya aku pamit ke Radit lewat Facebook.

Aku sempat meminta Radit untuk mengantar ku ke stasiun sebelum pulang ke rumah orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sempat meminta Radit untuk mengantar ku ke stasiun sebelum pulang ke rumah orang tua. Namun ternyata bapak ku menjemput ku ke Jakarta untuk bertemu keluarga besar mamah ku di Cimahi.

Raditya Pangestu

Kek, w plg nya hari selasa jadinya.
Tp w dijemput bokap, so gak jd minta anter ya kek...
Oh ya, tgl 15 w balik ke jakarta, tp tgl 16-17 w liburan ke lembang bandung hihi😆😅 17 malemnya w udh jalan lagi ke gambir buat kuliah di Surabaya... Hehe... Doain ya kek biar sehat sllu cucumu ini😆😅
Ohya, lo kpan punya hp? Gaji pertama lu kpn kluar kek?? Wkwkwk

Namun sudah satu hari, Radit belum membalas chat ku. Esok nya, aku mencoba chat kembali Radit di Facebook.

Raditya Pangestu

Kakek

Oke deh gw doain semoga baik2 aja

Besok aku bermaksud untuk mampir ke rumah Radit setelah membeli keperluan ku untuk pergi berlibur ke Lembang, Bandung. Namun setelah ku tanyakan jadwal Radit, ternyata dia sibuk magang di tempat bekerja nya. Kecewa. Namun mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa memaksa Radit untuk bertemu setelah bekerja, karena pulang kerja nya saja jam 11 malam.

Terpaksa aku pamit ke mamah nya saja serta adik-adik nya di rumah tanpa kehadiran Radit.

Setelah membeli keperluan ku untuk berlibur, sekaligus membeli jajanan untuk ketiga adik nya Radit, akhirnya aku berangkat menuju rumah nya untuk menemui ibu nya. Dengan menaiki motor sendirian, aku merasa tidak sanggup untuk meninggalkan kota Jakarta ini. Melihat jalanan yang sering ku lewati bersama Radit, membuat rindu itu menyeruak dalam batin ku. Namun semakin aku mengingat kenangan itu, semakin aku tak ingin meninggalkan kota ini. Akhirnya aku memutuskan pergi membeli air terlebih dahulu untuk melegakan tenggorokan yang tercekat karena ingin menangis.

Sampai di depan warung ibu Radit, aku memarkirkan motor dengan hati-hati.

Mengucapkan salam dan mencium tangan ibu Radit dengan hangat. Menanyakan keberadaan adik-adik nya dan menyapa nya satu-persatu. Setelah itu aku mengobrol sebentar dengan ibu Radit, berpamitan akan pergi kuliah di Surabaya.

"Kalo liburan, main-main ke rumah Radit ya yas" Ucap ibu nya tersenyum membuat aku ikut senang mendengar nya.

"Insyaallah bu, nanti Tias main ketemu ibu lagi, ohya, ibu sehat-sehat ya sama keluarga, salam untuk bapak juga" Sahut ku dan mendoakan.

"Iya Tias juga ya, sukses buat kuliah nya"

"Aamiin bu, sekali lagi Tias minta maaf dan makasih ya ibu udah mau kenal sama Tias, titip salam untuk Radit ya bu, maaf gak bisa nemuin Radit karena kepergian Tias juga mepet banget" Ucap ku.

"Iya, hati-hati di jalan ya Tias, salam untuk keluarga"

"Baik bu"

Aku mencium punggung tangan ibu Radit kembali. Mengucapkan salam dan pergi dari rumah nya.

Dalam perjalanan, aku tersenyum lebar meski berat hati tidak bisa bertemu Radit untuk terakhir kalinya, tapi aku sudah sangat bahagia dapat berhubungan baik dengan keluarga nya.

Radit, semoga sukses di sini ya, meskipun aku tidak lagi di kota yang sama dengan mu, tapi aku yakin kita dapat sama-sama belajar dengan baik di kehidupan masing-masing. Sehat terus Radit, aku akan kembali ke kota ini untuk berjumpa dengan mu lagi.





















Sudah tak sanggup lagi gua nulis nya beb, haha.
Padahal cuma sahabat doang, tapi kaya sedih banget buat pisah sama Radit untuk pertama kali nya ke luar kota. Dan jujur emang sempet nangis, padahal gua yakin Radit gak bakal sedih-sedih amat kaya gua lebay, haha.

Makasih udah mau baca 😇❤

Arti Sebuah Sahabat [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang