Tias Bagian Empat

30 4 0
                                    

Malam ini tugas Radit yang kemarin minta tolong sama aku, sudah selesai.

Kini aku menunggu nya untuk mengambil flashdisk ku agar dapat di print oleh nya.

Tak lama ponsel ku berdering, tanda sms masuk dari Radit.

Kakek

Gua di belakang rumah lo prett
Tempat biasa

Oke, bentar

Aku pun bergegas merapihkan tempat belajar ku dan menyambar jaket serta flashdisk.

Ku berjalan ke arah gang belakang rumah. Disana sudah ada Radit yang menengok dari belokan gang.

"Si anjir malah ngintip2" seru ku tertawa melihat Radit melongokkan kepala nya saja di belokan gang.

"Lama amat, prett"

"Tadi gua beberes buku dulu bambank!"

"Oh, yaudah, mana?"

"Nih" memberikan flashdisk kecil ku ke tangan nya.

Dia mengambilnya sembari menengok kanan kiri seperti takut ada orang yang melihat.

"Ngapain lu setan!" teriak ku.

"Sstt, jangan berisik babi! Ini kita lagi transaksi gelap" ucap nya dengan wajah serius dan lanjut menengok kanan-kiri seperti tadi. Memang di tempat kita bertemu pencahayaan nya tidak begitu terang, lebih tepat nya remang-remang.

"Jingan! Ngadi2 aje lu ah!" tawa ku pecah dan mencubit pinggang Radit.

"Aw! Sakit bego!"

"Bodo amat!"

"Yaudah gua pulang ye"

"Lah? Lo gak print langsung?"

"Besok aje prett"

"Dih goblok! Besok flashdisk nya mau gua pake, setan!"

"Lah, kenapa lo gak bilang dari tadi njir, warnet mana ada yang buka jam segini"

"Ahelah! Besok gua ngumpulin tugas kek! Dan ada di flashdisk itu!"

"Terus gimana dong?"

"Tau ah terserah lo deh! Udah bawa aja flashdisk nye sama lo" kesal ku dan hendak pergi dari tempat itu untuk pulang ke rumah, namun di tahan lengan ku oleh nya.

"Dih kamprett, bentar dulu napa! Sini duduk dulu"

Aku pun duduk di bangku yang lumayan panjang untuk bisa duduk berdua dengan nya.

"Terus gimane?" tanya ku sedikit kesal.

"Yaudah gini deh, gua bawa dulu ni flashdisk, nanti gua balik ke rumah lo ye, tenang, besok flashdisk lo pasti bakal lo bawa ke sekolah" ucap nya.

"Oke! Sms gua aja kalo gitu"

"Sip, udeh jangan ngambek! Serem njir kalo lo ngambek, kaya iblis!"

"Bgst lo ah!"

"Tuh kan? Kasyar!"

Aku pun sedikit tertawa dengan tingkah Radit, namun kembali ku pasang wajah jutek ku.

Arti Sebuah Sahabat [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang